DI
OLEH :
BAB I
1. PENGERTIAN
Pneumothorax adalah udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat terjadi secara
spontan (spontaneous pleura), sebagai akibat trauma ataupun proses patologis, atau
dimasukkan dengan sengaja (Dorland 1998 : 872).
Pneumothorax/kolaps paru – paru adalah penimbunan udara atau gas di dalam rongga
pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru – paru
dan rongga dada.
2. ETIOLOGI
Pneumothorax terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui
robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkus. Pelebaran /alveoli
dan pecahnya septa septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatus
fibrosis. Granulomatus fibrosis adalah salah satu penyebab tersering terjadinya pneumothorax,
karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empisema.
3. KLASIFIKASI
a. Artificial
Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau pneumothoraks
disengaja (artificial) dengan terapi dalam hal pengeluaran atau pengecilan kavitas proses
spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumothoraks sengaja lainnya ialah
diagnostik untuk membedakan massa apakah berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-
penyebab lain ialah akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan rongga pleura.
b. Traumatic
Masuknya udara melaui mediastinum yang biasanya disebabkan trauma pada trakea atau
esophagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat (endoskopi) atau benda asing tajam
yang tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula mengakibatkan udara dalam rongga
pleura melalui fistula antara saluran nafas proksimal dengan rongga pleura.
Akumulasi darah dalam rongga toraks (hemotoraks) dapat menimbulkan masalah yang
mengakibatkan terjadinya hemopneumotoraks.
c. Spontan.
Terjadi secara spontan tanpa didahului kecelakaan atau trauma. Timbul sobekan
subpleura dari bulla sehingga udara dalam rongga pleura melalui suatu lubang robekan atau
katup. Keadaan ini dapat terjadi berulang kali dan sering menjadi keadaan yang kronis.
Penyebab lain ialah suatu trauma tertutup terhadap dinding dan fistula bronkopleural akibat
neoplasma atau inflamasi. Pneumotoraks spontan dapat diklasifikasikan menjadi Pneumotoraks
Spontan Primer dan Pneumotoraks Spontan Sekunder. Pneumotoraks Spontan Primer biasanya
disebabkan oleh pecahnya bleb pada paru (sering terjadi pada pria muda yang tinggi kurus dan
pada Marfan syndrome), sedangkan Pneumotoraks Spontan Sekunder seringkali terjadi akibat
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Pneumotoraks tertutup. Rongga pleura tertutup tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Udara yang dulunya ada di rongga pleura kemungkinan positif oleh karena diresorbsi dan tidak
adanya hubungan lagi dengan dunia luar, maka tekanan udara di rongga pleura menjadi negatif.
Tetapi paru belum mau berkembang penuh. Sehingga masih ada rongga pleura yang tampak
meskipun tekanannya sudah negatif (- 4 ekspirasi dan – 12 inspirasi).
4. PATOFISIOLOGI
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan intrabronkhial, sehingga
paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luaryang tekanannya nol akan
masuk ke bronchus sehingga sampe ke alveoli.
Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih
tinggi dari tekanan dialveolus ataupun di bronchus, sehingga udara ditekan keluar melalui
bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan
intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin atau mengejan, karena pada
keadaan ini glotis tertutup. Apabila dibagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian
yang lemah, bronkhus atau alveolus itu akan pecah atau robek.
a. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk kea rah
jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam alveoli akan
meningkat.
b. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor
presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.
c. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan fibrosis di
peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan pneumothoraks.
Airway
Assessment :
perhatikan patensi airway
dengar suara napas
perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
Management :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan
benda yang menghalangi jalan napas
re-posisi kepala, pasang collar-neck
lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)
Breathing
Assesment
Periksa frekwensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks
Circulation
Assesment
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oxymetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Tachypnea
b. Dyspnea
c. Cyanosis.
e. Tracheal deviation.
h. Tachycardia.
i. Hypotension
6. PENATALAKSANAAN MEDIK
Prinsip – prinsip penanganan pneumothorax menurut British Sosiety dan American collage of
chest fisician adalah :
b. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube trakeostomi dengan atau tanpa
pleurodesis.
c. Trakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya blep atau bula.
d. Torakotomi
Pemeriksaan Fisik
B1(Breathing)
· Palpasi : Taktil Fremitus menurun pada sisi yang sakit. Di samping itu, pada palpasi
juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang
sakit, ruang antar-iga bisa saja normal atau melebar.
· Perkusi : Suara ketok pada sisi yang sakit, hipersonor sampai timpani, dan tidak
bergetar. Batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura
tinggi.
· Auskultasi : Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Pada posisi
duduk, semakin ke atas letak cairan maka akan semakin tipis, sehingga suara napas terdengar
amforis, bila ada fistel brongkhopleura yang cukup besar pada pneumotoraks terbuka.
B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor pneumotoraks pada status kardiovaskular yang meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan pengisian kapiler darah.
B2 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaraan perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan GCS.
Apakah compos mentis, somnolen atau koma.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh kaarena itu, perawat
perlu memonitor adanya oliguria. Oliguria merupakan tanda awal dari syok.
B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan
B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering kali didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak
dada sehingga meningkatkan resiko infeksi. Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan
keletihan fisik secara umum.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi : Gambaran radiologis pneumotoraks akan tampak hitam, rata dan paru
yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru.
BAB II
A. PENGKAJIAN
1.1 Anamnesa
Identitas Pasien
MR : 33.45.54
AGAMA : ISLAM
PENDIDIKAN : SMA
PEKERJAAN : WIRASWATA
Keluhan Utama :
8 jam yang lalu os terjatuh dari sepeda motor. Posisi os terjatuh, punggung terkena aspal.
Setelah jatuh, os hanya merasakan punggung kanan ngilu. Tapi 1 jam SMRS, os sesak tiba tiba,
kadang kadang nyeri dada kanan. Karena keluhan sesak napas dirasakan semakin berat, klien
dibawa keluarga ke RS untuk dilakukan tindakan pemasangan selang WSD.
TB PARU
Tidak ada
2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)
Batuk :produktif
Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, TB paru
B2 (Blood)
Akral : hangat,
B3 (Brain)
E. 4 M. 6 V. 5
adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri nyeri dada sebelah kanan, frekuensi
nyeri (disaat beraktifitas dan setelah selesai merokok), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri
kadang tersa beraty didada sehingga sulit untuk bernafas.
B4 (Bladder)
Keluhan kencing : normal, jumlah 500cc/ hari dan berwarna kuning bening
B5 (Bowel)
Tenggorokan : normal
B6 (Bone)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratoriu
hb: 13, 5
leukosit : 10,1
plt : 225
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa data
Prioritas Masalah
1. Pola nafas inefektif b/d penurunan ekspansi paru
2. Neri b/d peningkatan tekanan di rongga dada dan pemasangan WSD
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hudak & Gallo, 1996, Keperwatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing
8thEdition Volume I, Jakarta: ECG.