Anda di halaman 1dari 17

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Masalah


Terdapat enam program pokok puskesmas yang dikenal dengan basic six,

yaitu: Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, KIA & KB, Perbaikan Gizi

Masyarakat, Pencegahan Pemberantasan Penyakit, serta Penyembuhan

Penyakit dan Pelayanan Kesehatan. Salah satu program Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Menular adalah Diare. Berikut adalah Pencapaian

program P2 Diare di Puskesmas Natar tahun 2017.

Variabel Keluaran Tolak Ukur Pencapaian Masalah


Penemuan Kasus Target penemuan Capaian target inspeksi dan

Diare oleh Kader kasus diare oleh pembinaan tempat

dan Puskesmas kader dan pengelolaam mencapai (+)

puskesmas sebanyak 63,93% (979 orang)

1532 orang.
Penanganan kasus Target penanganan Capaian penanganan kasus

diare dengan oral kasus diare dengan diare dengan oral rehidrasi
(+)
rehidrasi oral rehidrasi sebanyak 63,93%

sebesar 1532 orang.


Tabel 5.1. Hasil Pencapaian Program P2 Diare Puskesmas Natar Tahun 2017

P2 Diare capaian puskesmas 69,3%. Adapun capaian tertinggi yaitu desa Rejosari

dengan 75% dan capaian terendah desa merak batin dengan 39,5%

5.2 Kerangka Konsep

40
Untuk mempermudah identifikasi faktor penyebab masalah program

penanganan diare di Puskesmas Natar khususnya di desa merak batin

diperlukan kerangka konsep dengan menggunakan pendekatan sistem.

Input Proses Output


1. Sumber Daya 4. Penyuluhan kepada 6. Peningkatan

Manusia: warga mengenai penemuan kasus


-Petugas
diare diare
kesehatan 5. Penjaringan
2. Instrumen
- Promosi penderita diare

kesehatan
- Proses

pencatatan

dan pelaporan

kasus diare
3. Sarana dan prasarana

penunjang
Tabel 5.2. Kerangka konsep

5.3 Identifikasi Penyebab Masalah


Sesuai dengan pendekatan sistem, ketidakberhasilan target penemuan dan

penanganan kasus diare merupakan suatu output yang tidak sesuai dengan

program Puskesmas. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan pendekatan

sistem serta menaruh perhatian kemungkinan adanya masalah pada

komponen lain pada sistem tersebut.


Langkah berikutnya setelah mengetahui masalah yaitu adalah mencari akar

pada masalah tersebut. Pendekatan yang dilakukan dapat menggunakan

41
diagram fishbone dan didapatkan daftar penyebab masalah mengenai

kurangnya pencapaian dari Penanganan Kasus Diare di Puskesmas Natar

khususnya dessa merak batin.

42
43
Gambar 5.1. Diagram Fishbone

Man Material
Machine
Active case finding belum Kurangnya pengetahuan masyarakat Belum terdapatnya sarana
optimal mengenai gejala awal diare dan pendukung seperti belum
komplikasinya sehingga proses adanya Pojok Oralit di
penemuan kasus diare berkurang Puskesmas sebagai salah
satu sarana pendukung
Peran kader belum program P2 Diare
optimal: Proses Penyuluhan tentang Klinik sanitasi belum optimal, tidak
pencatatan dan pelaporan pengenalan awal gejala tersedia jamban
kasus diare oleh kader
tidak mencakup kasus
diare oleh keluarga hanya
diare yang tidak dibawa dilakukan oleh bidang Media KIE (leaflet,
ke posyandu atau promosi kesehatan, tidak Kurangnya pengetahuan lembar balik) Capaian
puskesmas (kasus diare
disampaikan rutin oleh masyarakat tentang penggunaan masih kurang
yang sembuh sendiri)
kader saat posyandu. jamban sehat dan PHBS di penemuan
lingkungan sekitarnya kasus diare di
Puskesmas
Peran kader belum optimal karena proses Natar hanya
penemuan kasus diare masih bersifat pasif,
dimana masyarakat datang berobat ketika
63,93%
terdapat keluhan. (Kurang)
Kemampuan ekonomi
masyarakat yang masih Kurangnya peran lintas
rendah sehingga tidak sektor
mampu membawa anggota
keluarga yang terkena
diare untuk berobat ke
Puskesmas
Kasus diare yang sembuh
sendiri tanpa dibawa ke
Puskesmas tidak tercatat
oleh kader
Kurangnya peran aktif
Penyuluhan kepada warga
tenaga kesehatan lain tentang diare tidak dihadiri
oleh seluruh warga
Money Metode

44
No I T R JUM
P S RI DU SB PB PC
Daftar Masalah IxTxR
1. Man

1. Peran kader belum 4 4 3 3 4 4 3 3 3 252

optimal: Proses

pencatatan dan

pelaporan kasus

diare oleh kader

tidak mencakup

kasus diare yang `

tidak dibawa ke

posyandu atau

puskesmas

2. Active case

finding belum 3 3 3 4 2 3 3 2 2 84

optimal

3. Penyuluhan

tentang

pengenalan awal 4 3 3 4 5 3 2 3 2 144

gejala diare oleh

keluarga hanya

dilakukan oleh

bidang promosi

45
kesehatan, tidak

disampaikan rutin

oleh kader saat

posyandu.
2. Material

1. Belum terdapatnya 2 3 3 3 3 3 3 3 2 120

sarana pendukung

seperti belum adanya

Pojok Oralit di

Puskesmas sebagai

salah satu sarana

pendukung program

P2 Diare.

2. Media KIE (leaflet, 3 2 3 4 3 3 2 3 3 120

lembar balik) masih

kurang

3. Machine

1. Kurangnya 3 4 3 4 2 3 2 3 3 189

pengetahuan

masyarakat

mengenai gejala

awal diare dan

46
komplikasinya shg

proses penemuan

kasus diare

berkurang
2. Klinik sanitasi
3 3 2 3 2 4 2 2 2 76
belum optimal,

tidak tersedia

jamban

3. Kurangnya

pengetahuan
4 3 3 3 3 4 4 2 3 144
masyarakat

tentang

penggunaan

jamban sehat dan

PHBS di

lingkungan

sekitarnya

4. Methode

1. Peran kader 3 3 3 2 3 3 2 2 3 114

belum optimal

47
karena proses

penemuan kasus

diare masih

bersifat pasif,

dimana

masyarakat

datang berobat

ketika terdapat

keluhan.
2. Kurangnya peran
4 3 2 3 2 2 4 3 3 180
lintas sektor
3. Kasus diare yang

sembuh sendiri 3 3 4 4 3 3 2 3 3 198

tanpa dibawa ke

Puskesmas tidak

tercatat oleh kader


4. Penyuluhan

kepada warga
4 2 2 2 2 2 3 3 2 102
tentang diare tidak

dihadiri oleh

seluruh warga
Tabel 5.3. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah

Keterangan: P = Prevalence

S = Severity

PB = Public concern

48
RI = Rate of increase

DU = Degree of unmeet need

SB = Social benefit

PC =Political climate

T = Technical feasiability

R = Resources availability

Berdasarkan teknik matriks yang digunakan, didapatkan masalah yang berpengaruh besar

terhadap tidak target program penemuan dan kasus diare oleh kader dan puskesmas. Berikut

ini merupakan masalah yang memiliki prioritas yang tinggi. Proses pencatatan dan pelaporan

kasus diare oleh kader tidak mencakup kasus diare yang tidak dibawa ke posyandu atau

puskesmas, kasus diare yang sembuh sendiri tanpa dibawa ke puskesmas tidak tercatat oleh

kader, kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala awal diare dan komplikasinya

sehingga proses penemuan kasus diare berkurang, kurangnya peran lintas sektor, dan

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban sehat dan PHBS di

lingkungan sekitarnya.

49
BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Belum tercapainya target penemuan kasus diare oleh kader dan Puskesmas di Puskesmas Natar

tentunya tidak terlepas dari komponen sistem yang lain. Setelah dilakukan pencarian masalah

utama pada bab sebelumnya, diperoleh masalah yaitu Proses pencatatan dan pelaporan kasus

diare oleh kader tidak mencakup kasus diare yang tidak dibawa ke posyandu atau puskesmas.

Selain itu, kasus diare yang sembuh sendiri tanpa dibawa ke puskesmas tidak tercatat oleh kader

juga menjadi masalah. kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala awal diare dan

komplikasinya sehingga proses penemuan kasus diare berkurang. Kurangnya peran lintas sektor

mulai dari masyarakat, hingga pemerintah juga menjadi masalah. Serta kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan jamban sehat dan PHBS di lingkungan sekitarnya.

6.1. Menyusun Alternatif Jalan Keluar

Berdasarkan faktor penyebab masalah yang dapat diidentifikasi, maka dibuat beberapa

alternatif pemecahan masalah sebagai berikut :

50
Masalah Penyebab Alternatif
Proses pencatatan Kunjungan ke
Kader turun
dan pelaporan kelompok sulit
langsung ke rumah
kasus diare oleh dilakukan karena
masyarakat untuk
kader tidak keterbatasan waktu
menskrining pasien
mencakup kasus baik kader maupun
diare dengan
diare yang tidak masyarakat.
memperhatikan
dibawa ke
waktu luang
posyandu atau Pada saat dilakukan
masyarakat dengan
puskesmas posyandu, pasien
pemberitahuan
diare tidak datang
menyeluruh, dan
sehingga tidak
melibatkan seluruh
tercatat.
elemen masyarakat

serta dilakukan

secara rutin dan

terjadwal agar

semua pasien dapat

tercatat dan

terjaring.

Kerjasama antara

bidan desa dengan

kader

Memperkuat sistem

51
pencatatan dan

pelaporan
Tabel 6.1. Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah (Jalan Keluar)

6.2. Memilih Prioritas Jalan Keluar

Dari alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat maka akan dipilih pemecahan

masalah yang dianggap paling mampu. Pemilihan prioritas cara pemecahan masalah ini

dengan memakai teknik PAHO. Metode PAHO standar penilaian dalam menentukan prioritas

dalam suatu masalah berdasarkan prevalensi penyakit yang menunjukkan besarnya masalah.

Metode Paho menggunakan skor pada setiap variabel penilaian dengan menggunakan skor 1-

10 dan penilaiannya lebih luas dibandingkan dengan matrik, yaitu Magnitude (M) besarnya

kejadian, Important (I) tingkat keparahan dan kepentingan dari masalah tersebut, makin

tinggi tingkat keparahannya maka skor makin besar,Vulnerabelity (V) tingkat kerentanan,

kemampuan kita untuk menanganinya, Comunity/ Political Concent (C) tingkat perhatian

diukur dari perhatian para pengambil kebijakan.

No Daftar alternatif jalan keluar Efektivitas Efisiensi Prioritas


M I V
(c) (p)

MIV/c
1 Kader turun langsung ke rumah masyarakat untuk 4 5 4 2 40

52
menskrining pasien diare dengan memperhatikan

waktu luang masyarakat dengan pemberitahuan

menyeluruh, dan melibatkan seluruh elemen

masyarakat serta dilakukan secara rutin dan

terjadwal agar semua pasien dapat tercatat dan

terjaring.

2 Kerjasama antara bidan desa dengan kader 3 4 4 2 24

3 Memperkuat sistem pencatatan dan pelaporan 4 4 4 1 64

Tabel 6.2. Memilih prioritas penyelesaian masalah

Dari analisis prioritas alternatif pemecahan masalah diatas, didapatkan bahwa prioritas

pemecahan masalah adalah memperkuat sistem pencatatan dan pelaporan. Kegiatan

pencatatan dan pelaporan tersebut dilakukan dalam 2 minggu sekali atau minimal sekali

dalam sebulan sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan, yakni proses penemuan

kasus diare meningkat. Penguatan sistem dilakukan secara bertahap mulai dari puskesmas

pembantu ke puskesmas induk, dari kader ke masyarakat, pembagian tugas kader yang lebih

merata, serta kerjasama dengan pamong desa (RT) yang harus lebih diperkuat. Untuk lebih

memperkuat sistem pencatatan dan pelaporan, hal yang bisa dilakukan yaitu dengan

mengundang para kader ke lokakarya mini, lalu di monitor hasil pencatatan dan

pelaporannya. Diharapkan para penanggung jawab program dapat mengawasi pembuatan

laporan dan bila ada yang tidak membuat laporan, penanggung jawab harus membuat

rencana tindak lanjut.

53
Bila sistem pencatatan dan pelaporan sudah baik, maka secara tidak langsung dapat

menurunkan angka mortalitas diare. Sehingga diharapkan setelah ditentukannya alternatif

dari masalah tersebut dapat meningkatkan target capaian pada tahun 2018 mendatang akan

tercapai dengan baik.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

54
7.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan evaluasi Progam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular,

Penemuan dan Penanganan Diare, Puskesmas Natar tahun 2017 didapatkan masalah

belum tercapainya target penemuan dan penanganan diare di Puskesmas Natar tahun

2017.
2. Faktor penyebab masalah yang telah diidentifikasi yaitu Proses pencatatan dan

pelaporan kasus diare oleh kader tidak mencakup kasus diare yang tidak dibawa ke

posyandu atau puskesmas


3. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dipertimbangkan yaitu Memperkuat sistem

pencatatan dan pelaporan


7.2. Saran

1) Pengutusan kader untuk dapat turun langsung ke rumah masyarakat untuk menskrining

pasien diare dan sekaligus memberikan edukasi singkat tentang diare dalam waktu

bersamaan.

2) Memperkuat system pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang melibatkan berbagai

sektor.

3) Menyusun pembagian tugas secara jelas dan tertulis mengenai petugas yang

bertanggung jawab dalam memilih dan motivasi kader untuk mengikuti pelatihan,

pelaksanaan penyuluhan, rincian tugasnya masing-masing serta membuat jadwal

penyuluhan secara teratur.

4) Mengadakan pelatihan-pelatihan kepada kader dalam hal penanganan diare.

55
56

Anda mungkin juga menyukai