Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi Pasien

Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk


membedakan antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau
mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien.
Identifikasi adalah mengumpulakan & mencatat segala keterangan tentang bukti
diri seseorang sehingga bisa disamakan dengan orang tersebut sehingga dapat
membedakan dengan orang lain.

Tujuan mengidentifikasi klien :

1. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan


dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit.
2. Mengurangi kejadian / kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi.
Kesalahan ini dapat berupa: salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan
medikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik.
Tujuan menurut Permenkes 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien :
Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu : pertama,
untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut.

a. Lingkup Area
 Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi
Gawat Darurat (IGD), dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur.
 Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi,
bidan, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif,
dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.
1. Elemen Penilaian Sasaran I (Permenkes 1691 tahun 2011 ttg Keselamatan Pasien)
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.

2. Prinsip
a. Semua pasien rawat inap, IGD, dan yang akan menjalani suatu prosedur harus
diidentifikasi dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama masa
perawatannya.
b. Kapanpun dimungkinankan, pasien rawat inap harus menggunakan gelang
pengenal dengan minimal 2 data (nama pasien, tanggal lahir).
c. Tujuan utama tanda pengenal ini adalah untuk mengidentifikasi pemakainya.
d. Tanda pengenal ini digunakan pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika
pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.

3. Kewajiban dan Tanggung Jawab


a) Seluruh staf Rumah Sakit
1) Memahami dan menerapkan prosedur identifikasi pasien
2) Memastikan identifikasi pasien yang benar ketika pemberian obat, darah,
atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
3) Melaporkan kejadian salah identifikasi pasien; termasuk hilangnya gelang
pengenal.
b) Perawat yang bertugas (perawat penanggung jawab pasien)
1) Bertanggungjawab memakaikan gelang pengenal pasien dan memastikan
kebenaran data yang tercatat di gelang pengenal.
2) Memastikan gelang pengenal terpasang dengan baik. Jika terdapat
kesalahan data, gelang pengenal harus diganti, dan bebas coretan.

c) Kepala Instalasi / Kepala Ruang


1) Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur identifikasi
pasien dan menerapkannya.
2) Menyelidiki semua insidens salah identifikasi pasien dan memastikan
terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insidens
tersebut.

d) Manajer
1) Memantau dan memastikan panduan identifikasi pasien dikelola dengan
baik oleh Kepala Instalasi.
2) Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan identifikasi pasien.
2.2 Cara-cara identifikasi pasien
a. Mengetahui wajah secara umum, membandingkan foto yang tertera pada
tanda pengenal dengan wajah asli.
b. Memperoleh keterangan pribadi : nama, TTL, umur, pekerjaan, alamat,
Agama, dll. Mendapat data sebanyak-banyaknya sebagai bukti
menetapakan diri seseorang.
c. Penggabungan dari perkenalan wajah dengan keterangan pribadi.
2.3 Cara Pengumpulan Data Identifikasi
a. Wawancara langsung dengan sumbernya. Petugas menyiapkan formulir
dengan daftar pertanyaan & untuk mencatat jawaban
b. Mengisi formulir identifikasi oleh yang bersangkutan. Pertanyaan harus
jelas/tidak membingungkan saat pengisian sehingga didapat data yang
akurat.
c. Gabungan wawancara & pengisisan form
Data-data identifikasi, meliputi:
a. Data Pasien : nama, umur, sex, TTL, alamat, suku/ras,agama, tinggal
dengan.
b. Data provider (pemberi layanan kesehatan) : ID provider, alamat
c. Data masuk : alamat, tanggal, alasan datang, masalah, diagnosis,
pembayaran, assessment, pelayan medis disposisi/tindak lanjut.

Data-data identifikasi RS:


a. Semua catatan tentang diri pasien terkumpul & tersimpan
b. Kesulitan bisa terjadi bila identifikasi tidak jelas/tidak lengkap
c. Masalah yang timbul bisa merugikan RS Karen kerugian financial,
pemborosan waktu dan tenaga, pekerjaan tidak efisien dan efektif
d. Patien safety merugikan pasien bila sampai salah obat, tindakan, hasil
pemeriksaan medis (Lab,radiologi dll).
2.4 Macam-Macam Sistem Penomoran
Ada 4 macam sistem pemberian nomor Rekam Medis penderita masuk
(Admission Numbering system), yaitu:
a. Sistem Identifikasi Secara Seri (Serial Numbering Sistem)
Pemberian nomor secara seri atau yang dikenal dengan serial numbering
system adalah suatu sistem penomoran dimana setiap penderita yang berkunjung
selalu mendapatkan nomor Rekam Medis baru. Pada sistem ini, KIB (Kartu
Indeks Berobat) dan KIUP (Kartu Indeks Utama Pasien) tidak diperlukan karena
seorang pasien dapat memiliki lebih dari satu KIB (Kartu Indeks Berobat) dan
KIUP (Kartu Indeks Utama Pasien). Bila pasien datang berobat untuk kunjungan
berikutnya petunjuk yang digunakan yaitu buku register dengan cara
menanyakan nama dan tanggal terakhir pasien berobat.
Keuntungan identifikasi pasien secara seri adalah petugas mudah
mengerjakan pengisian data pasien dan pelayanan pendaftaran lebih cepat.
Sedangkan kerugiannya adalah sulit dan membutuhkan waktu yang lama dalam
mencari dokumen rekam medis dan informasi medis menjadi tidak
berkesinambungan.

b. Sistem Identifikasi Secara Unit (Unit Numbering System)


Pemberian nomor secara unit atau dikenal dengan unit numbering
system adalah suatu sistem dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam
medis pada pasien berobat jalan maupun pasien rawat inap dan gawat darurat
serta bayi baru lahir. Setiap pasien yang berkunjung mendapatkan satu nomor
pada saat pertama kali pasien datang kerumah sakit dan digunakan selamanya
pada kunjungan berikutnya.
Keuntungan sistem secara unit adalah:
 Informasi kllinis dapat berkesinambungan.
 Semua rekam medis pasien hanya memiliki satu nomor dan terkumpul
dalam satu map / folder.
 Menghilangkan kerepotan mencari rekam medis pasien yang terpisah
dalam sistem seri
Sedangkan kerugiannya adalah pelayanan pasien kunjungan ulang lebih
lama daripada dengan SNS (Serial Numerical System), karena petugas harus
mencari dokumen rekam medis pasien yang lama.

c. Pemberian Nomor Secara Seri Unit (Serial Unit Numbering System)


Pemberian nomor secara seri unit atau dikenal dengan serial unit
numbering system adalah suatu sistem identifikasi pasien dimana setiap pasien
yang datang berobat ke Rumah Sakit selalu diberi nomor baru, dan
dilakukan Cross Reference atau penggabungan antara dokumen rekam medis
baru dengan dokumen rekam medis lama dibawah satu nomor rekam medis
lama. Cara penggabungan dokumen, bahwa nomor rekam medis yang baru
dicoret dan diganti dengan nomor rekam medis yang lama sesuai dengan
dokumen rekam medis lama sehingga nomor Rekam Medis yang baru tersebut
dapat digunakan untuk pasien selanjutnya. Apabila satu berkas rekam medis
lama diambil dan dipindahkan ketempatnya ke nomor yang baru, ditempatnya
yang lama tersebut harus diberi tanda petunjuk (out guide/tracer) yang
menunjukkan kemana rekam medis tersebut telah dipindahkan.
Kelebihan dari sistem ini adalah pelayanan menjadi lebih capat karena
tidak memilah antara pasien baru atau lama, semua pasien yang datang seolah-
olah dianggap sebagai pasien baru. Kekurangannya yaitu petugas menjadi repot
setelah selesai pelayanan, informasi kliniks pada saat pelayanan dilakukan tidak
ada kesinambungan.

d. Sistem Identifikasi Secara Family (Family Numbering System)


Yang dimaksud system identifikasi secara family yaitu suatu sistem
penomoran yang menggunakan system indentifikasi berdasarkan
alphanumerical.
Yaitu merupakan gabungan antara alfabet dan huruf, sistem Famiy
Numbering System ini biasanya diberlakukan pada tingkat pelayanan kesehatab
dasar yaitu PUSKESMAS.
Keuntungan :
 Dokumen rekem medis dapat berkesinambungan dalam satu keluarga.
 Tidak menggunakan formulir pendaftaran yang banyak.
 Efisiensi ruang penyimpanan.
Kerugian :
Apabila dalam satu keluarga ada yang berkunjung secara terus menerus
atau lebih dari satu orang maka berkas cepat penuh.
2.5 Tujuan Identifikasi Pasien Secara Numerical
Tujuan identifikasi pasien secara numerical antara lain, sebagai berikut :
1) Mempermudah pencarian kembali dokumen rekam medis yang berisi
informasi tentang data pasien dan riwayat penyakit pasien pada sarana
pelayanan kesehatan.
2) Untuk mempermudah pencarian dokumen rekam medis yang telah disimpan
di filing.
3) Sebagai pedoman tata cara penyimpanan (penjajaran) dokumen rekam medis.
4) Mempermudah identifikasi pada saat pasien registrasi / pendaftaran
5) Untuk menghindari terjadinya nomor ganda
6) Memudahkan identifikasi kepemilikan berkas rekam medis pada suatu
penyimpanan apabila terjadi misfile atau salah simpan.
2.6 Prosedur Pemakaian Gelang Pengenal
a) Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian obat, darah,
atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
b) Pakaikan gelang pengenal di pergelangan tangan pasien yang dominan, jelaskan
dan pastikan gelang tepasang dengan baik dan nyaman untuk pasien.
c) Pada pasien dengan fistula arterio-vena (pasien hemodialisis), gelang pengenal
tidak boleh dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula.
d) Jika tidak dapat dipakaikan di pergelangan tangan, pakaikan di pergelangan kaki.
Pada situasi di mana tidak dapat dipasang di pergelangan kaki, gelang pengenal
dapat dipakaikan di baju pasien di area yang jelas terlihat. Hal ini harus dicatat
di rekam medis pasien. Gelang pengenal harus dipasang ulang jika baju pasien
diganti dan harus selalu menyertai pasien sepanjang waktu.
e) Pada kondisi tidak memakai baju, gelang pengenal harus menempel pada badan
pasien dengan menggunakan perekat transparan/tembus pandang. Hal ini harus
dicatat di rekam medis pasien.
f) Gelang pengenal hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari rumah sakit.
g) Gelang pengenal pasien sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu:
- Nama pasien dengan minimal 2 suku kata
- Tanggal lahir pasien (tanggal/bulan/tahun)
- Nomor rekam medis pasien
h) Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai jenis kelamin pasien.
i) Nama tidak boleh disingkat. Nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam
medis.
j) Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang pengenal. Ganti gelang
pengenal jika terdapat kesalahan penulisan data.
k) Jika gelang pengenal terlepas, segera berikan gelang pengenal yang baru.
l) Gelang pengenal harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di rumah
sakit.
m) Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasien.
n) Periksa ulang 3 detail data di gelang pengenal sebelum dipakaikan ke pasien.
o) Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya:
‘Siapa nama Anda?’ (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti ‘Apakah
nama anda Ibu Susi?’)
p) Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pasien tidak
sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas pasien kepada keluarga
/ pengantarnya. Jika mungkin, gelang pengenal jangan dijadikan satu-satunya
bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi. Tanya ulang nama dan
tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan jawaban pasien dengan data yang
tertulis di gelang pengenalnya.
q) Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani prosedur menggunakan 1
gelang pengenal. Untuk pasien anak dan neonatus, gunakan 2 gelang pengenal
pada ekstremitas yang berbeda.
r) Pengecekan gelang pengenal dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.
s) Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan
pastikan gelang pengenal terpasang dengan baik.
t) Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien
dan membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang
pengenal.
u) Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang pengenal:
1. Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:
- Menolak penggunaan gelang pengenal
- Gelang pengenal menyebabkan iritasi kulit
- Gelang pengenal terlalu besar
- Pasien melepas gelang pengenal
2. Pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika gelang
pengenal tidak dipakai. Alasan pasien harus dicatat pada rekam medis.
3. Jika pasien menolak menggunakan gelang pengenal, petugas harus lebih
waspada dan mencari cara lain untuk mengidentifikasi pasien dengan benar
sebelum dilakukan prosedur kepada pasien.

Identifikasi Pasien (Rawat jalan/ rawat Inap):


► Pemberian Obat
► Pemberian Tranfusi Darah dan atau produk darah
► Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, Radiologi)
► Pasien yang tidak dapat berkomunikasi
► Bayi baru lahir
► Tidak memungkinkan pemasangan Gelang
Identitas
_ Identifikasi risiko pasien melalui pemasangan gelang
Risiko
_ Prosedur Pemasangan Gelang Identitas Pasien

Anda mungkin juga menyukai