Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Kata-kata produktivitas memang telah menggema di Indonesia dalam


beberapa tahun belakangan ini, walaupun kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
baik tenaga kerja. Namun Salah satu dari masalah-masalah utama dalam
ketenagakerjaan di Indonesia adalah produktivitas tenaga kerja yang rendah. Padahal,
untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor non-migas, khususnya ekspor industri
manufaktur pada waktu-waktu paska krisis ekonomi, Indonesia tidak dapat lagi
mengandalkan diri pada sumber-sumber keunggulan komparatif yang tradisional,
seperti tenaga kerja yang murah dan kekayaan alam. Indonesia perlu mengembangkan
keunggulan komparatif yang dinamis, yakni sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas produktif dan profesional.
Penggunaan sumber daya manusia, modal dan teknologi secara ekstensif
telah banyak ditinggalkan orang.
Sebaliknya, pola itu bergeser menuju penggunaan secara lebih intensif dari
semua sumber-sumber ekonomi.
Sumber-sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan
keterampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang
tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah. Melalui
berbagai perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga dan berbagai input lainnya
akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak hal
yang bisa dihemat. Yang jelas, waktu tak terbuang sia-sia, tenaga dikerahkan secara
efektif dan pencapaian tujuan usaha bisa terselenggara dengan baik, efektif dan
efisien. Rendahnya produktivitas sering kali dikaitkan dengan tingkat pendidikan.
Diasumsikan makin tinggi tingkat pendidikan sesorang, makin tinggi pula tingkat
produktivitas yang mungkin dapat dicapainya. Karena ini barangkali, kemampuan
membaca dan menulis merupakan salah satu elemen penting tahap-tahap awal

1
program industrialisasi (Wie, 1995). Pada tingkat industrialisasi yang lebih tinggi
dibutuhkan ketrampilan teknik yang lebih maju.

Rumusan masalah
1. Apakah peranan dan pentingnya produkvitas?
2. Apa pengertian produktivitas?
3. Bagamaimana konsepsi produktivitas?
4. Bagaimana pengukuran produktivitas?
5. Apa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja?

Tujuan masalah
1. Mendeskripsikan peranan dan pentingnya produktivitas.
2. Memaparkan pengertian produktivitas.
3. Menjelaskan konsepsi produktivitas.
4. Menjelaskan pengukuran produktivitas.
5. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Peranan Dan Pentingnya Produktivitas

Pentingnya produktivitas kerja mencakup banyak hal, dimulai dari


produktivitas tenaga kerja, produktivitas organisasi, produktivitas modal,
produktivitas pemasaran, produktivitas produksi, produktivitas keuangan dan
produktivitas produk. Pada tahap awal revolusi industri di negara-negara Eropah,
perhatian lebih banyak tertuju pada bidang produktivitas tenaga kerja, produktivitas
produksi dan produktivitas pemasaran. Sedangkan di negara Jepang, perhatian
peningkatan produktivitas tertuju pada produktivitas tenaga kerja dan produktivitas
organisasi, sehingga keharmonisan kepentingan buruh dan majikan dipelihara dengan
baik. Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari
secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan
keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk
menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa, peningkatan produktivitas
juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang berada dibawah
kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang sesuai dengan
masukan tenaga kerja.Sayang sekali produktivitas sering dikaitkan secara paksa, acuh
tak acuh terhadap kualitas hidup dan pengaruh yang membahakan bagi lingkungan.
Misalnya, nasionalisasi tidak manusiawi. Bagi banyak orang
meningkatkan produktivitas berarti bekerja lebih giat dan cepat, mengurangi mutu
barang, kerja dan kehidupan, meningkatkan penganguran dan semacmnya. Kita tidak
memberikan andil dengan pandangan-pandangan yang pesimistis ini. Secara umum
diyakini bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, upah yang wajar serta
untuk meningkatkan kondisi-kodisi kerja perlulah mempertimbangkan produktivitas
sebagai faktor penyumbang terbesar.Karena manusia adalah sumber penting dan
tujuan dari pembangunan kita harus meningkatkan produktivitas bukan atas beban

3
biaya mereka tapi atas beban biaya dari waktu yang terbuang, pengurangan pegawai,
birokrasi yang tidak perlu dan sebagainya.

2. Pengertian Produktivitas

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata


maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya (ILO, 1979). Greenberg yang dikutip
oleh Sinungan (1985) mengartikan produktivitas sebagai perbandingan antara
totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode
tersebut.

Pengertian lain produktivitas adalah sebagai tingkatan efisiensi dalam


memproduksi barang-barang atau jasa-jasa: “Produktivitas mengutarakan cara
pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang-
barang.”
Produktivitas juga diartikan sebagai :
a. perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.
b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang
dinyatakan dalam satu-satuan (unit) umum.
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja
yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau
jam-jam kerja orang.
Kita telah menyebutkan beberapa definisi, namun cukuplah mampu
mengetahui perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan. Dapatkah kita
menganggapnya sebagai pertentangan?
Persoalan pencapaian suatu definisi “produktivitas” yang mendetail bukanlah
masalah produktivitas itu sendiri, namun suatu masalah diluar produktivitas yang
merupakan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran manajemen dalam sistem dan
organisasinya dimana tujuan yang berbeda memerlukan pendekatan yang berbeda
pula untuk mendefinisikan produktivitas.
Misalnya, hasil-hasil penelitian diantara menejer dan ahli serikat buruh beberapa
perusahaan Amerika menunjukkan bahwa menejer-menejernya (78%) dan

4
pimpinan-pimpinan serikat buruh (70%) sebagian besar tidak hanya menerapkan
definisi produktivitas yang kuantitatif. Dilain pihak banyakl mengaitkan
produktivitas dengan organisasi-organisasi individual dan meliputi konsepsi yang
lebih luas dan kualitatif. Pada hakikatnya, melalui produktivitas, manajemen dan
para penentu kebijakan serikat buruh mengarhkan efektifitas dan pelaksanaan
organisasi perseorangan secara menyeluruh, yang mencakup sedikit gambaran jelas
seperti tidak adanya rintangan dan kesulitan tingkatan pembalikan, ketidak hadiran
dan bahkan kepuasan langganan. Dengan dikemukakan konsepsi produktivitas yang
lebih luas ini maka dapatlah dipahami bahwa para pembuat kebijaksanaan mengetahui
batas antara pekerja, kepuasan para langganan dan produktivitas.
Namun demikian para pemimpin serikat buruh terlebih dahulu
memperhatikan pengeluaran yang nyata, yang menjelaskan alasan kerugian usaha
peningkatan produktivitas yang mungkin menguntungkan manajemennya bukannya
pekerja yang diperlukan.
Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai
produktivitas, yang dapat kita kelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialahratio dari
pada apa yang dihasilkan (out put) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang
dipergunakan (input).
b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada
kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor


esensial, yakni: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta
riset; manajemen; dan tenaga kerja.

Disamping ketiga pengertian tersebut dalam doktrin pada konferensi Oslo, 1984,
tercantum definisi umum produktivitas semesta yaitu:
Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan
untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan
menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit.”

5
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan
tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas
untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dam tetap menjaga adanya
kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu
sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen,
informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan
peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas
semesta total.
Produktivitas mempunyai pengertiannya lebih luas dari ilmu pengetahuan,
teknologi dan teknik manajemen, yaitu sebagai suatu philosopi dan sikap mental yang
timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus berusaha
meningkatkan kualitas kehidupan.

3. Konsepsi Produktivitas

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan


utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya,
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam
menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan
demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki
hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola
hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks.Secara makro,
sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan kedalam unsur berikut:.

Pertama, peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses


pembangunan yang terus berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari
proses investasi.

Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi


terhadap pertumbuhan ekonomi.

6
Ketiga, peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang
bukan disebabkan oleh peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya,
melainkan disebabkan oleh peningkatan kualitasnya.

Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan
meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut
meningkat.Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran
kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada
berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja
kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama
dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap
aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut,
maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam pembangunan.
Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah
produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi,
dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi
komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas
adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia.Secara umum
konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (out put) dan
masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila:

1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber


daya yang sama

.2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah


masukan/sumber daya lebih kecil dan,

3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber


daya yang relatif kecil (soeripto, 1989; Chew, 1991 dan pheasant, 1991).

Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas


disemua sektor kegiatan. Menurut Manuaba (1992a) peningkatan produktivitas dapat
dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam

7
memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran
sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas
merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.

4. Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting


disemua tingkatan ekonomi. Dibeberapa Negara maupun perusahaan pada akhir-akhir
ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran produktivitas. Karena itu sudah
saatnya kita membicarakan alasan mengapa kita harus mengukur produktivitas.

1. Mengapa Mengukur Produktivitas

Pada tingkat sektoral dan nasional, produktivitas menunjukkan kegunaannya


dalam membantu evaluasi penampilan, perncanaan, kebijakan pendapatan, upah dan
harga melalui identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan,
membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas
kebijakan bantuan, menentukan tingkar pertumbuhan suatu sektor atau ekonomi,
mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi dan
seterusnya.
Pada tingkat perusahaan, pengukuran produktivitas terutama digunakan
sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan memdorong efisiensi produksi.
Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem
pengukuran, akan meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan
rangkaian produktivitas.
Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode
yang relatif kasar ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata
memberi dasar bagi penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif.
Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat
pada penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target/sasaran
tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen
secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan. Pengamatan atas

8
perubahan-perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostik yang
menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam meningkatkan penampilan
oraganisasi. Satu keuntungan dari pengukuran produktivitas adalah pembayaran staf.
Gambaran data melengkapi suatu dasar bagi andil manfaat atas penmpilan yang
ditingkatkan.

2. Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat


dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda:
1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan
pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang
ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang
serta tingkatannya.
2. Perbandingan pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses)
dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
3. perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang
terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlulah
mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran
produktivitas.
Paling sedikit ada 2 jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni
produktivitas total dan produktivitas parsial.
1. Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output)
dengan total masukan (input) persatuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas
total, semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total
keluaran harus diperhitungkan.

Hasil Total
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total

9
2. Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis
masukan atau input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan,
energi, beban kerja, dll.

Hasil parsial
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total

5. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Banyak faktor yang dapat mempengruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja.


Soedirman (1986) dan tarwaka (1991) merinci faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas kerja secara umum.

1. Motivasi.

Motivasi merupakan keuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang


kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang didmiliki untuk
mencapainya.
Karyawan didalam proses produksi adalah sebagai manusia (individu) sudah barang
tentu memiliki identifikasi tersendiri antara lain sebagai berikut:
Tabiat/watak
Siakap laku/penampilan
Kebutuhan

10
Keinginan
Cita-cita/kepentingan-kepentingan lainnya
Kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh keadaan aslinya
Keadaan lingkungan dan pengalaman karyawan itu sendiri
Karena setiap karyawan memiliki identifikasi yang berlainan sebagai akibat
dari latar belakang pendidikan, pengalaman dan lingkungan masyarakat yang
beranekan ragam, maka ini akan terbawa juga dalam hubungan kerjanya sehingga
akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan tersebut dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Demikian pula pengusaha juga mempunyai latar belakang budaya dan
pandangan falsafah serta pengalaman dalam menjalankan perusahaan yang berlain-
lainan sehingga berpengaruh di dalam melaksanakan pola hubungan kerja dengan
karyawan.
Pada hakikatnya motivasi karyawan dan pengusaha berbeda karena adanya
perbedaan kepantingan maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk mencpai
tujuan bersama dalam rangka kelangsungan usaha dan ketenaga kerjaan, sehingga apa
yang menajdi kehendak dan cita-cita kedua belah pihak dapat diwujudkan.
Dengan demikian karyawan akan mengetahui fungsi, peranan dana tanggung
jawab dilingkungan kerjanya dan dilain pihak pengusaha perlu menumbuhkan iklim
kerja yang sehat dimana hak dan kewajiban karyawan diatur sedemikian rupa selaras
dengan fungsi, peranan dan tanggung jawab karyawan sehingga dapat mendorong
motivasi kerja kearah partisipasi karyawan terhadap perusahaan.
Iklim kerja yang sehat dapat mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak
karyawan maupun dari pihak pengusaha sehingga mampu menumbuhkan motivasi
kerja yang searah antara karyawan dan pengusaha dalam rangka menciptakan
ketentraman kerja dan kelangsungan usaha kearah peningkatan produksi dan
prosuktivitas kerja.

a. Faktor-faktor Motivasi Kerja

11
Untuk mendapatkan motivasi kerja yang dibutuhkan suatu landasan yaitu
terdaptnya suatu motivator. Dan hal ini merupakan hasil suatu pemikiran dan
kebijaksanaan yang tertuang dalam perencanaan dan program yang terpadu dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi sesuai dengan keadaan eksteren dan interen.
Adapun yang dibutuhkan oleh motivator adalah sebagai berikut:
Pencapain penyelesaian tugas yang berhasil berdasarkan tujuan dan sasaran.
Penghargaan terhadap pencapaian tugas dan sasaran yang telah ditetapkan.
Sifat dan ruang lingkup pekerjaan itu sendiri (pekerjaan yang menarik dan
memberi harapan ).
Adanya peningkatan (kemajuan).
Adanya tanggung jawab.
Adanya administrasi dan manajemen serta kebijaksanaan pemerintah.
Supervisi.
Hubungan antara perseorangan.
Kondisi kerja
Gaji
Status
Keselamatan dan Kesehatan kerja.

b. Usaha-usaha Peningkatan Motivasi Kerja

untuk pencapaian tujuan diatas, maka perlu adanya pembinaan sikap laku
yang meliputi seluruh pelaku produksi. Pemerintah, pengusaha/organisasi pengusaha,
karyawan/organisasi karyawan dengan cara sebagai berikut:
1) Intern Perusahaan
a. penjabaran dan penanaman pengertian serta tumbuhnya sikap laku dan
pengamalan konsep Tri Dharma.
Rumongso handarbeni (saling ikut memiliki).
Melu Hangrungkebi (ikut serta memelihara, mempertahankan dan
melestarikan).
Mulat seriro hangroso wani (terus menerus mawasdiri).

12
b. Secara fisik, maka sarana-sarana motivatif yang langsung berkaitan dengan kerja
dan tenaga kerja diusahakan peningkatan menurut kemampuan dan situasi-situasi
perusahaan
2) ekstern perusahaan
penanaman kesadaran bermasyarakat dan kesadaran bernegara antara lain
melalui penataran P4.

2. Kedisplinan

Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah


laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap
peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.
Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola
tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi
norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

2. Adanya prilaku yang dikendalikan.

3. adanya ketaatan (obedience)

Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin
membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain.
Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam
pencapaian tujuan.
Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri
yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat
hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Mengingat eratnya
hubungan disiplin dengan produktivitas maka disiplin mempunyai peran sentral dalam
membentuk pola kerja dan etos kerja produktif.
Disiplin mempunyai pengertian yang berbeda-beda dan dari berbagai
pengertian itu dapat kita sarikan beberapa hal sebagai berikut:

13
a. Kata disiplin (terminologis) berasal dari kata latin: disciplina yang
berartipengajaran, latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu
sorang yang belajar). Jadi secara etimologis ada hubungan pengertian antara
discipline dengan disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran
atau aliran.
b. Latihan yang mengembangkan pengedalian diri, watak atau ketertiban dan
efisiensi.
c. Kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan
pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dala masyarakat.
d. Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk
mencapai prilaku yang dikendalikan (controlled behaviour).
Dengan rumusan-rumusan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa, disiplinadalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku
perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan (obedience)
terhadap peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan baik oleh
pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untu tujuan
tertentu.
Disiplin dapat pula diartikan pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila. Disiplin nasionaladalah suatu
kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau
dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan, peraturan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

3. Etos Kerja.

Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos
kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu
pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap
pekerjaan yang kita lakukan.
Usaha untuk mengembangkan etos kerja yang produktif pada dasarnya mengarah pada
peningkatan produktivitas yang bykan saja produktivitas individu melainkan juga

14
produktivitas masyarakat secara keseluruhan. Untuk itu dapat ditempuh berbagai
langkah seperti:
a. Peningkatan produktivitas melalui penumbuhan etos kerja, dapat dilakukan
lewat pendidikan yang terarah. Pendidikan harus mengarah kepada pembentukan
sikap mental pembangunan, sikap atau watak positif sebagai manusia
pemabangunan bercirikan inisiatif, kreatif, berani mengambil resiko, sistematis
dan skeptis.
b. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang
memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan serta sekaligus dapat
meningkatkan kreativitas, produktivitas, kualitas dan efisiensi kerja. Berbagai
pendidikan kejuruan dan politeknik perlu diperluas dan ditingkatkan mutunya.
c. Dalam melanjutkan dan meningkatkan pembangunan sebaiknya nilai
budaya Indonesia terus dikembangkan dan dibina guna mempertebal rasa harga
diri dan kebangsaan dan memperkokoh kesatuan.
d. Disiplin nasional harus terus dibina dan dikembangkan untuk memperoleh
rasa sikap mental manusia yang produtif .
e. Menggalakkan partisipasi masyarakat, maningkatkan dan mendorong agar
terjadi perubahan dalam masyarakat tentang tingkah laku, sikap serta psikologi
masyarakat.
f. Menumbuhkan motivasi kerja, dari sudut pandang pekerja, kerja berarti
pengorbanan \, baik untuk pengorbanan waktu senggang dan kenikmatan hidup
lainnya, sementara itu upah merupakan ganti rugi dari segala pengorbanannya
itu.
Usaha-usaha diatas harus terus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan langkah ini perlu
direalisasikan apabila tujuan-tujuan yang diahrapkan untuk membentuk sikap mental
dan etos kerja yang produktif sebagai faktor dominan masyarakat pembangunan dalam
menuju tahap tinggal landas.

15
4. Keterampilan.

Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat


menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu
dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
teruatama dalam perubahan teknologi mutakhir.
Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila yang bersangkutan
dalam satuan waktu tertentu dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan
demikian menjadi faktor penentu suatu keberhasilan dan produktivitas, karena dari
waktu itulah dapat dimunculkan kecepatan dan percepatan yang akan sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan termasuk kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara.
Haruslah disadari sedalam-dalamnya bahwa era tinggal landas hanya dapat
kita wujudkan bila kita benar-benar memiliki konspe waktu yang tepat serta mampu
menguasai dan memanfaatkan waktu, dan dengan demikian dapat meningkatkan
produktivitas, sebagai perwujudan dari eksistensi bangsa yang maju dan modern.

5. Pendidikan.

Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan


formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita
kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.
Disamping faktor tersebut diatas, manuaba (1992) mengemukakan bahwa
faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas yang
tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia pekerja.
Dalam pendidikan maka kita mengenal tiga faktor yang memberikan dasar
penting untuk pengembangan disiplin ialah sebagai berikut:
a. Pendidikan umum dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
b. Pendidikan politik guna membudayakan kehidupan berdasarkan konstitusi,
dwmokrasi pancasila dan hukum kesadaran hukum kunci penting untuk
menegakkan disiplin.

16
c. Pendidikan Agama yang menuju kepada pengendalian diri (self control) yang
merupakan hakikat disiplin, nilai agama tidak boleh dipisahkan dari setiap
aktivitas manusia peranan nilai-nilai keagamaan itu juga dijadikan bagian penting
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, mengamalkan nilai
kebenaran agama yang diarahkan membina disiplin nasional itu wajib,
sebagaimana manusia Indonesia mengamalkan Pancas

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Produktivitas bukanlah suatu perhitungan kuantitas, tetapi seperti diterangkan


dalam bab-bab terdahulu, adalah suatu ratio, suatu perbandingan dan merupakan suatu
pengukuran matematis dari suatu tingkat efisiensi. Produksi berkaitan dengan
kuantitas, sedangkan produktivitas adalah hasil persatuan dari suatu input (masukan).
Jadi merupakan perbandingan antara output (hasil) dan input (masukan).

18
DAFTAR PUSTAKA

Sinungan, Muchdarsyah, 2005, Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta, Bumi Aksara
Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan
produktivitas. Surakarta. Uniba Press.

Artikel dari Internet

http://www.bung-hatta.info/content.php?article.202 (Produktivitas Tenaga Kerja Dari


Perspektif Sosial)
Antoni., Student Ph.D Fakulti Universiti Kebangsaan Malaysia, 2007, Gaya
Kepemimpinan Dan Produktivitas Kerja,

Rahardi Ramelan, Konsepsi Dan Strategi Peningkatan Produktivitas Nasional


Pd Seminar Gerakan Produktivitas Nasional“ pada tanggal 13 Juli 1994 di Departemen
Tenaga Kerja RI, Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai