Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FARMAKOTERAPI

“KASUS HIPERLIPIDEMIA”

OLEH:

NAMA NIM
RAHMATIA 17.01.326
GAUDENSIA BENA 17.01.327
KAROLINA A. B. BLIKOLOLONG 17.01. 328

Dosen : Akbar Awaludin, S.Si., M.Si.,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2018
A. Kasus 3
B.C., pria berusia 56 tahun, mengalami nyeri dada akut 3 bulan yang
lalu dan dirawat di rumah sakit setempat dengan diagnosis angina
yang tidak stabil. Satu-satunya masalah medis yang diketahui adalah
hipertensi yang diobati dengan enalapril 10 mg setiap hari. Profil
lipidnya saat masuk adalah sebagai berikut:
Total kolesterol, 235 mg / dL
HDL-C, 30 mg / dL
LDL-C, 165 mg / dL
TG, 300 mg / dL
Dia menjalani kateterisasi jantung, yang menunjukkan lesi stenotik
90% di arteri naik kirinya. Stent obat-eluting ditempatkan tanpa
kesulitan. Dia kemudian diberikan simvastatin 40 mg setiap malam
pada waktu tidur, ezetimibe 10 mg setiap hari, asam asetilsalisilat 325
mg setiap hari, clopidogrel 75 mg setiap hari, metoprolol 100 mg dua
kali sehari, dan enalapril 10 mg setiap hari. Saat ini beratnya 220
pound, tingginya 6 kaki (berat badan ideal, 140 sampai 185 pound),
dan memiliki lingkar pinggang 42 inci. Dia telah kehilangan 10 pound
sejak didiagnosisnya angina tidak stabil dengan mengikuti diet rendah
lemak dan program olahraga. Dia berenang 1 mil tiga kali seminggu
tanpa gejala iskemia jantung, dan dia minum dua gelas anggur setiap
malam dengan makan malam. Ayahnya meninggal pada usia 58 tahun
MI (lipid tidak diketahui). Dia tidak pernah merokok. Temuan fisik yang
penting termasuk BP 148/90 mmHg, denyut jantung yaitu 60
denyut/menit dan reguler, arcus senilis, pulsa karotis sama tanpa bruit,
dan dada jelas untuk auskultasi tanpa kardiomegali. Tes laboratorium
mengungkapkan kadar TSH normal, fungsi ginjal dan hati normal, dan
kadar glukosa puasa 120 mg / dL. Urinisisnya normal. Profil lipid saat
mengambil rejimen di atas adalah sebagai berikut:
Total kolesterol, 143 mg / dL
TG, 210 mg / dL
HDL-C, 33 mg / dL
LDL-C, 68 mg / dL
B. Penjelasan kasus
Berdasarkan kasus diatas pasien B.C dengan usia 56 tahun mengidap
penyakit:
1. Angina pektoris tidak stabil ditandai dengan nyeri dada akut selama
3 bulan. Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari
sindroma iskemik miokard akut yang berada di antara angina
pektoris stabil dan infark miokard akut. Penyakit ini merupakan
suatu sindroma klinik yang berbahaya dan merupakan tipe angina
pektoris yang dapat berubah menjadi infark miokard ataupun
kematian. Pada angina pektoris tidak stabil serangan terjadi pada
waktu istirahat, tidur ataupun aktivitas minimal. Penyebabnya ialah
spasme pembuluh koroner, penyumbatan sementara oleh trombus
dan trombus yang beragregasi. Rasa sakit dada pada keadaan ini
terjadi lebih lama daripada angina biasa dan frekuensi timbulnya
serangan lebih sering. Gejalanya yaitu didapatkan rasa tidak enak
di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi dapat pula
sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa
terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan,
daerah antara tulang skapula, daerah rahang ataupun lengan.
Sewaktu angina terjadi, penderita dapat sesak napas atau rasa
lemah yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula terjadi
palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan.
Pemeriksaan fisik dan EKG dianjurkan untuk pengidap penyakit ini.
Pengobatan yang dapat diberikan pada pasien ini ialah pengobatan
mendikal seperti pemberian obat-obatan: obat golongan nitrat
(nitrogliserin) merupakan pilihan utama untuk serangan angina
akut, Ca-Antagonis,Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk
mengurangi frekuensi serangan pada beberapa bentuk angina dan
obat golongan beta blocker, Karena efeknya yang kadiorotektif,
obat ini sering digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah
serangan angina pektoris pada sebagian besar penderita. Pada
kasus ini pasien diperikan obat metoprolol untuk mencegah
serangan angina pektoris, namun sebaiknya pasien diberikan juga
obat isosorbid dinitrat karena pasien juga sudah mengalami ACS
(acute coronary syndrome).
2. Hipertensi yang ditunjukkan dengan hasil tes tekanan darah 148/90
mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Berdasarkan klasifikasi hipertensi, pasien ini tergolong hipertensi
stage 1. Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi
lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,
penggunaan estrogen. Gejala Hipertensi sulit disadari oleh
seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut
Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah,
wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah
lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
Pasien yang mengalami hipertensi disarankan untuk melakukan
pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Pengobatan yang dapat
di anjurkan untuk pasien hipertensi ialah pengobat non farmakologi
seperti mengatur asupan nutrisi, istirahat yang cukup serta
olahraga yang teratur. Selain itu pesien juga dapat disarankan
untuk mengkonsumsi obat hiperetnsi seperti: pemberian obat
golongan ACE-Inhibitor (lisinopril, kaptopril, enapril), Angiotensin
Receptir Blocker (Candesartan, irbesartandan valsartan), beta
blocker (atenolol, metoprolol), Calcium Chanel Blocker (Amlodipin
dan diltiazem) dan golongan diuretik tiazid (HCT). Pasien ini, dilihat
dari hasil tes tekanan darahnya menunjukkan hasil yang tidak
terlalu tinggi namun tetap dikatakan hipertensi sehinnga tetap
diberikan obat enapril 10 mg untuk mengontrol tekanan darah
pasien. Enalapril merupakan obat yang termasuk dalam golongan
penghambat enzim pengubah angiotensin (angiotensin converting
enzyme, ACE inhibitor). Mekanisme kerja enalapril yaitu dengan
menghambat kerja enzim pengubah angiotensin (ACE) sehingga
menurunkan senyawa-senyawa tertentu yang dapat
mengencangkan pembuluh darah, sehingga aliran darah lebih
lancar dan jantung dapat memompa darah lebih efisien. Sehingga
obat ini dapat seterusnya dipakai. Pemberian aspirin 325 mg
menyebabkan loading dose bukan maintenance jadi disarankan
aspirinnya diturunkan dosisnya menjadi 80 mg kalau dikombinasi
dengan clopidogrel 75 mg karena bleeding risknya tinggi
Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet,
sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi
arteri dimana antikoagulan kurang dapat berperan. Klopidogrel
digunakan untuk mencegah kejadian iskemik pada pasian dengan
riwyat gejala penyakit iskemik. Klopidogrel dalam kombinasi
asetosal dosis rendah digunakan untuk sindrom koroner akut tanpa
elevasi segmen ST .Pasien perlu ditambah PPI (Proton Pump
Inhibitor) karena mendapat dual antiplatelet untuk mencegah risk
bleedingnya.. Keuntungan penggunaan proton pump inhibitors
(PPIs) kemungkinan disebabkan keunggulannya dalam
mempertahankan PH lambung pada angka di atas 6, sehingga
mencegah ulcer clot dari fibrinolisis. PPI yang disarankan adalah
lanzoprazole bukan omeprazole karena omeprazole omperazole
bisa interaksi dengan clopidogrel.
3. Hiperlipidemia (Hyperlipoproteinemia adalah tingginya kadar lemak
(kolesterol, trigliserida maupun keduanya) dalam darah. Kadar
lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar
yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita
mulai meningkat. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar
lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah: Riwayat keluarga
dengan hiperlipidemia, Obesitas, Diet kaya lemak, Kurang
melakukan olah raga, Penggunaan alkohol, perokok, Diabetes yang
tidak terkontrol dengan baik, Kelenjar tiroid yang kurang aktif,
asupan makanan tinggi kolesterol, lemak jenuh, dan kalori yang
berlebihan, pengaruh lingkungan, gaya hidup, dan kelebihan
asupan alkohol. Kadar kolesterol nomal ialah <200 mg/dL, LDL-C
normal <100 mg/dL, HDL-C rendah <40 mg/dL, tinggi ≥60 mg/dL
dan Kadar trigliseriida normal <150 mg/dL. Gejala yang sering
timbul berupa sakit kepala pada bagian leher belakang. Penyakit ini
dapat didiagnosa melalui tes kadar lemak dalam darah.
Pengobatan yang dapat dianjurkan untuk pasien ialah pengobatan
non-farmakologi seperti menjaga asupan makanan, kurangi minum
alkohol, olahraga teratur dan pengobatan farmakologi seperti
pemberian obat kolesterol seperti: Obat golongan resin asam
empedu (cholestyramine, colestipol dan colesevelam), Niasin
(asam nikotinat) mengurangi VLDL dari sintesis hepatik dan
menyebabkan penurunan sintesis LDL dan juga meningkatkan
HDL, Obat golongan statin (atorvastatin, simvastatin, fluvastatin,
lovastatin, pravastatin, rosuvastatin) menghambat koenzim A 3-
hydroxy-3- methylglutaryl (HMG-Co A) reduktase, mengganggu
konversi HMG-Ko A menjadi mevalonat, monoterapi obat golongan
asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat, klofibrat) efektif dalam
mengurangi VLDL, Ezetimibe dan suplemen minyak ikan.
Penggunaan obat untuk mengatasi hiperlipidemia pada pasien ini
sudah baik sehingga tidak perlu unuk diganti, hal dikarenakn
berdasarkan hasil uji laboratoium pasien selanjutnya didapatkan
hasil penurunan kolesterol, trigliserida, LDL-C dan peningkatan
HDL-C. Namun, penurun trigliserida belum sampai batas normal
dan peningkatan HDL-C masih terlalu sedikit. Sehingga selain
mengkonsumsi obat, pasien juga disarankan untuk mengontrol
asupan makan berlemak,dan memperbanyak mengkonsumsi ikan,
karena mengandung omega-3 yang dapat membantu mengontrol
hiperlipidemia serta pasien dianjurkan untuk berolahraga secara
terartur.
4. Pasien dipasang stent jadi harusnya ditambahkan antikoagulan
enoksaparin. Pemasangan sent bertujuan untuk memperlancar
kembali aliran darah pada pembuluh koroner. Penyempitan akan
menghambat aliran darah menuju otot jantung, sehingga otot
jantung tidak mendapat asupan oksigen dan makanan untuk
bergerak secara normal. Enoxaparin secara Farmakodinamik
meningkatkan kecepatan penghambatan (ATIII) pada enzim proses
penjendalan darah dan inhibisi faktor Xa.
5. Keadaan tertentu yang mempengaruhi farmakoterapi
Pasien kemungkinan obesitas jadi VD pasiennya mempengaruhi
farmakokinetika obat. Pasien tergolong high risk karena ada riwayat
sosial dan sudah CVD(cardiovaskuler disesase) dan HT
(hipertensi).
6. Kontraindikasi dan efek samping pada pasien
a. Metoprolol (beta blocker) karena bisa menyebabkan brakikardia
pada pasien apalagi pasiennya CVD (cardiovaskuler disesase)
b. Simvastatin efek sampingnya rhabdomiolisis (kerusakan
jaringan otot rangka akibat matinya serat otot)
c. Dual antiplatelet efek sampingnya risk bleeding (resiko
pendarahan).
Daftar Pustaka

Abjad B, Abrahamson T.; Almgra, Ujung B. 1983. Pharmacology of


Antianginal Drugs in what is Angina?, AB Hassle, Swedwn.

Jackson G. 1984. Ische heart disease clinical & management in


cardiovascular update, update Publications, England.

Sobel b.I.Julian D.G. Hugenhoit. P.G. 1984. Perspective in cardiology,


current medical literature Ltd. London.

Wharthon C.F.P Archer A.R. 1987. Cardiology, PC publising Pte. Asian


economy ed. Singapore,.

YettyH.S. 1989. Angina pektoris lak Stabil : prognosis, Insiden infark


dan Tingkat Kemaian, Fakultas pascasarjana, UI.

Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Hipertensi. Depkes RI: Jakarta

Anonim, 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.


Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler: Jakarta
PEDOMAN TATALAKSANA
SINDROM KORONER AKUTPEDOMAN TATALAKSANA
SINDROM KORON

Anda mungkin juga menyukai