Anda di halaman 1dari 29

SKENARIO

Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke IGD RS karena berdebar-debar, sesak nafas, dan disertai
keringat dingin (hiperaktivitas otonomik), yang dirasakan sejak 2 minggu yll dan semakin lama gejala
dirasakan semakin berat sampai tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Keluhan ini muncul terutama
pada saat penderita mengerjakan skripsinya dan konsultasi dengan dosen pembimbing. Selain itu ia
sering merasa khawatir, ketakutan dan sulit konsentrasi (gejala psikis) disertai kencang di daerah
tengkuk, gemetar, dan tidak dapat santai (ketegangan motoric). Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD
110/70 mmHg, RR 28x/menit, nadi 100x/mnt, T 37C, PF thoraks dbn dan px penunjang tdk didaptkan
adanya kelainan. Dokter menduga pasien mengalami gang cemas. Tim medis observasi di IGD sampai
pasien stabil dan memberikan tx farmakologi dan psikososialnya.

STEP 1

1. Hiperaktivitas otonomik = aktivitas berlebihan dr SSO (cardio : berdebar, GIT : diare, muscular : nyeri
otot)
SSO dipengaruhi : simpatis dan parasimpatis  vasokontriksi dan vasodilatasi
2. Ketegangan motoric = bentuk nyata dari ketakutan dan kecemasan
3. Gejala psikis = keluhan yang terkait dengan mental dan emosional seseorang
4. Psikososial = terapi yang berhubungan dengan psikis dan fungsi social pasien
5. Cemas = rasa takut / waspada thd bahaya yang mengancam dengan sumber yang tidak nyata
6. Ketakutan = respon emosi thd bahaya/ancaman sumber jelas dan objek bisa didefinisikan

STEP 2

1. Mengapa pasien berdebar-debar, sesak napas, disertai keringan dingin?


2. Mengapa semakin lama gejala semakin berat sampai tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari?
3. Mengapa pasien merasa khawatir, ketakutan dan sulit konsentrasi (gejala psikis) disertai kencang di
daerah tengkuk, gemetar, dan tidak dapat santai?
4. Apa hubungan antara mengerjakan skripsi, bertemu dengan dosbing dengan keluhan pasien?
5. Apa saja terapi farmakologi dan psikososial yang diberikan pd pasien?
6. Faktor apa saja yang timbul dari rasa cemas?
7. Bagaimana cara menegakkan diagnosis? Apa diagnosis banding yang sesuai?
8. Apa saja ciri-ciri dari gangguan kecemasan selain yang ada di scenario?
9. Jelaskan perbedaan antara cemas (fisiologis dan patologis), takut, panik!
10. Apa akibat dari anxietas yang ada pada kasus?
11. Apa penyebab gangguan kecemasan?
12. Apa intervensi yang dilakukan pada scenario (individu, keluarga, kelompok)?
13. Bagaimana interpretasi dari PF pada scenario?
14. Apa yang dimaksud dengan obsessive-compulsive?
15. Apa perbedaan phobia, panic, dan OCD?
16. Sebutkan macam-macam gangguan cemas!
17. Apa yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh?
18. Bagaimana askep tentang gangguan cemas?
19. Bagaimana tujuan, sasaran terapi, dan tatalaksana terapi farmakologi dari anxietas?

STEP 3
1. Mengapa pasien berdebar-debar, sesak napas, disertai keringat dingin?
 Kelenjar adrenal  epinefrin dan ne  berikatan alpha 1  vasokontriksi pemb darah
o Jantung  vasokontriksi : berdebar-bedar
o Reseptor muskarinik  Paru-paru : sesak napas
o Kel keringat  pertahanan panas turun : keringat dingin
 Ancaman dr panca indera  hipotalamus  CRH  hip anterior : ACTH  kel adrenal :
katekolamin (epinefrin dan NE)  reseptor adrenergik Alpha 1 (kulit dan GIT) dan alpha 2
(jantung)
2. Mengapa semakin lama gejala semakin berat sampai tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari?
Awalnya fisiologis  kompensasi tubuh utk menanggulangi cemas  apabila berlebihan / dlm
kurun waktu lama  cemas patologis  fungsi tubuh turun
3. Mengapa pasien merasa khawatir, ketakutan dan sulit konsentrasi (gejala psikis) disertai kencang di
daerah tengkuk, gemetar, dan tidak dapat santai?
o Gemetar : cemas menyebabkan reseptor GABA meningkat  gyrus presentalis  gemetar
o Kencang di tengkuk : TTH
o NE  mekanisme fight or flight  pasien menghindari stressor  gejala somatic
o Biologis : ketidakseimbangan antara serotonin dan dopamin (cari lagi)
4. Apa hubungan antara mengerjakan skripsi, bertemu dengan dosbing dengan keluhan pasien?
 Stressor (skripsi, dosbing)  mekanisme koping / pertahanan diri = mekanisme kompleks
mendesak  pasien menekan stressor ke alam bawah sadar  efek : halusinasi, mimpi buruk,
gejala somatic
 Stressor  hipotalamus  CRH  hip anterior : ACTH  kel adrenal : katekolamin (epinefrin
dan NE)
5. Bagaimana interpretasi dari PF pada scenario?
 TD 110/70 mmHg = normal
 RR 28x/menit = meningkat
Kompensasi dari pengeluaran NE  betha 1 (hepar  mengambil beberapa glukosa 
metabolisme meningkat  butuh banyak O2 dan menghasilkan banyak CO2  RR meningkat)
 nadi 100x/mnt = normal (60 – 100 x/mnt)
 T 37C = normal
 PF thoraks dbn dan px penunjang tdk didaptkan adanya kelainan = menyingkirkan DD (penyakit
jantung, dll)
6. Jelaskan perbedaan antara cemas (fisiologis dan patologis), takut, panik!
Pembeda Cemas Takut panik
waham Belum waham Belum waham Ada waham
Halusinasi tidak Ada halusinasi
objek Belum ditemui Sudah ditemui (nyata) Tidak bisa
dideskripsikan
Keinginan bunuh diri Ingin bunuh diri
Gangguan somatik Gangguan somatic Gangguan somatic
disorganisasi ada ada Ada
Gangguan persepsi 
tidak bisa
mengendalikan
diri/melakukan sesatu
yang diinstruksikan
 Cemas fisiologis : masih bisa mengendalikan keadaan, gemetaran, keringat dingin
 Cemas patologis : tidak bisa mengendalikan keadaan, kaku otot, tidak dapat berpikir logis
7. Faktor apa saja yang timbul dari rasa cemas?
Faktor predisposisi: mengerjakan skripsi
Faktor persipitasi : bertemu dosbing
Faktor internal :
- Usia = semakin tua banyak pengalaman  semakin bisa mengendalikan masalah  lebih
mudah menangani stress
- Gender = perempuan lebih mudah mengalai stress (lebih sensitive, mengandalkan perasaan)
- Pengalaman = semakin banyak menghadapi masalah, lebih mudah beradaptasi dengan
masalah
Faktor eksternal :
- lingkungan keluarga = dukungan dari keluarga mengurangi tingkat kecemasan
8. Apa akibat dari anxietas yang ada pada kasus?
 Menarik diri dari lingkungan
 Keinginan untuk bunuh diri
 Timbul waham dan halusinasi
 Skripsinya tidak selesai  lulusnya lama 
9. Apa penyebab gangguan kecemasan?
 Faktor genetic
o Kembar monozigot (resiko 50%)
o Faktor keluarga  garis keluarga keturunan pertama (25%)
 Faktor biologis  berhubungan dengan otak dan NT
o Lobus occipitalis  banyak reseptor dari benzodiazepine
o NT : ketidakseimbangan serotonin, dopamin, GABA, glutamate
 Faktor psikososial : dipengaruhi oleh pengalaman dan faktor keluarga selama perkembangan
o Kognitif
o Psikoanalitik
10. Apa yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh?
Anxietas : F 40 (agrophobia, phobia social, phobia khas)
Anxietas lainnya : F 41
PPDGJ III : F 41.1 gangguan cemas menyeluruh
- Sifat = free floating, tidak harus ada keadaan yang sangat membahayakan
- Bisa timbul hampir setiap hari selama beberapa minggu sampai bulan
- Diagnosis harus mencakup 3 unsur
o Kecemasan = sulit konsentrasi
o Ketegangan motoric = tegang di tengkuk, tidak bisa santai, gelisah, sakit kepala
o Hiperaktivitas otonom = berdebar, sesak napas, gang lambung
- Bila disertai depresi (F 41.2)
11. Sebutkan macam-macam gangguan cemas!
12. Apa saja ciri-ciri dari gangguan kecemasan selain yang ada di scenario?
 Menyendiri
 Pikiran kemana-mana
13. Apa yang dimaksud dengan obsessive-compulsive?
Suatu keadaan dimana orang merasa kurang percaya diri melakukan aktivitas, biasanya terdapat ciri
perfeksionis. Didasari pada suatu pengalaman buruk sehingga lebih waspada.
 Obsessive : pikiran berulang
 Compulsive : tindakan yang dilakukan karena pikiran yang berulang
14. Apa perbedaan phobia, panic, dan OCD?
15. Bagaimana cara menegakkan diagnosis? Apa diagnosis banding yang sesuai?
16. Apa intervensi yang dilakukan pada scenario (individu, keluarga, kelompok)?
17. Bagaimana askep tentang gangguan cemas?
18. Apa saja terapi farmakologi dan psikososial yang diberikan pd pasien?
19. Bagaimana tujuan, sasaran terapi, dan tatalaksana terapi farmakologi dari anxietas?

STEP 7

1. Mengapa pasien berdebar-debar, sesak napas, disertai keringat dingin?

Penyebab gangguan cemas menyeluruh ini belum diketahui secara pasti. Hanya
saja disebutkan bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki peran terhadap terjadinya
gangguan cemas menyeluruh.

1. Faktor Biologi
Efikasi terapi obat benzodiazepin dan azaspiron (buspiron) terfokus pada sistem
neurotransmitter GABA dan serotonin. Benzodiazepin diketahui dapat mengurangi
kecemasan, sebaliknya flumazenil (reseptor antagonis benzodiazepin) dapat memicu
kecemasan. Walaupun tudak ada data yang mebuktikan bahwa reseptor benzodiazepin
pada pasien gangguan cemas menyeluruh adalah abnormal, beberapa peneliti mengatakan
bahwa konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi terdapat pada lobus occipitalis. Area
otak lain yang dicurigai berperan dalam terjadinya gangguan cemas menyeluruh adalah
basal ganglia, sistem limbik, dan korteks lobus frontalis.
Dikarenakan buspiron merupakan agonis terhadap reseptor serotonin, sehingga
ada hipotesis yang menyebutkan bahwa terjadi gangguan regulasi dari sistem
serotonergik pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh.
Neurotransmitter lain yang masih menjadi subjek penelitian pada gangguan cemas
menyeluruh adalah norepinephrine, glutamat, dan sistem kolesistokinin.
Suatu studi dengan pemeriksaan Positron Emission Tomography melaporkan
bahwa laju metabolik pada basal ganglia dan white matter pada pasien gangguan cemas
menyeluruh lebih rendah dibanding pada orang normal.
2. Faktor Psikososial
Faktor psikososial yang mengarah pada perkembangan gangguan cemas menyeluruh
adalah cognitive-behaviour dan psikoanalitik. Berdasarkan pada cognitive-behaviour,
pasien dengan gangguan cemas menyeluruh merespon suatu ancaman secara kurang tepat
dan benar. Ketidaktepatan ini dihasilkan dari perhatian yang selektif terhadap suatu hal
negatif di lingkungannya dengan cara mendistorsi pemrosesan informasi dan dengan cara
memandang terlalu negatif terhadap kemampuan dirinya dalam hal mengatasi suatu
masalah.
Hipotesis psikoanalitik menyebutkan bahwa kecemasan merupakan gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.
Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan:
1) Teori Psikologis
Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama:
a) Teori psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego yang memberitahukan
adanya suatu dorongan yang tidak dapat diterima dan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam tersebut. Idealnya, penggunaan represi sudah
cukup untuk memulihkan keseimbangan psikologis tanpa menyebabkan gejala, karena represi
yang efektif dapat menahan dorongan di bawah sadar. Namun jika represi tidak berhasil sebagai
pertahanan, mekanisme pertahanan lain (seperti konversi, pengalihan, dan regresi) mungkin
menyebabkan pembentukan gejala dan menghasilkan gambaran gangguan neurotik yang klasik
(seperti histeria, fobia, neurosis obsesif-kompulsif).

b) Teori perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimuli lingkungan spesifik. Pola
berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif dapat mendahului atau menyertai perilaku
maladaptif dan gangguan emosional. Penderita gangguan cemas cenderung menilai lebih
terhadap derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk
mengatasi ancaman.

c) Teori eksistensial
Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum dimana tidak terdapat stimulus yang
dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis.

2) Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun
dapat juga sebagai akibat darisuatu konflik psikologis.
a) Sistem saraf otonom
Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui mekanisme berikut ini:
Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri, kemudian ke sistem limbik
dan RAS (Reticular Activating System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian kelenjar
adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf otonom (Mudjaddid, 2006).
Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi berbagai sistem organ dan
menyebabkan gejala tertentu, misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler
(contohnya: nyeri kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan
(contohnya: nafas cepat).
Sinyal otonomik eferen Organ

Saraf simpatis sekresi asetilkolin (serabut kolinergik)


Saraf parasimpatis norepinefrin(serbt adrenergik)

Neuron preganglion pada simpatik dan parasimpatik: bersifat kolinergik


Neuron pada pada postganglion parasimpatik : Bersifat kolinergik
Neuron pada postganglion simpatik : Bersifat Adrenergik

Sehingga asetilkolin disebut sebagai transmitter parasimpatis


Dan Norepinefrin disebut sebagai Transmiter simpatis

Bila sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang bersamaan
yakni, yang disebut pelepasan impuls secara masal – dengan berbagai cara, keadaan ini akan
meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar. Dengan kejadian sebagai
berikut :
a. Peningkatan tekanan arteri
b. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran
darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinal dan ginjal, yang tidak diperlukan untuk
aktivitas motorik yang cepat
c. Peningkatan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh
d. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
e. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
f. Peningkatan kekuatan otot
g. Peningkatan aktivitas mental
h. Peningkatan kecepatan koagulasi darah
Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh lebih
besar daripada bila tidak ada efek diatas. Oleh karena itu baik stress fisik maupun mental dapat
menggiatkan sistem simpatis, seringkali keadaan tersebut dianggap merupakan tujuan dari sistem
simpatis untuk menyediakan aktivitas tambahan tubuh pada saat stress. Keadaan ini seringkali
disebut respons stress simpatis.
Guyton and Hall edisi 11
Ada reseptor di otak yang menerima neurotransmiter asam gamma-aminobutyric (GABA).
Ketika GABA ditransmisikan ke reseptor, neuron diperintahkan untuk berhenti menembak.
Generalized Anxiety Disorder ( gangguan kecemasan) terjadi ketika GABA tidak dapat
mengikat secara akurat ke sel reseptor, atau ketika ada terlalu sedikit reseptor GABA. Tanpa jumlah
yang tepat dari penerimaan GABA, neuron berlebihan akan, menyebabkan orang untuk tidak menerima
pesan cukup untuk "berhenti". Hasilnya adalah orang itu terus-menerus tegang, menjadi terlalu cemas
dan gelisah  akan memicu peningkatan saraf simpatis yang akan menimbulkan berbagai gejala yang
telah disebutkan diatas.
Stefan Sibernagl and Florian Lang text and color atlas of pathophysiology, EGC.2006

b) Neurotransmiter
Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan adalah norepinefrin,
serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
Norepinefrin
Pasien yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki sistem noradrenergik yang
teregulasi secara buruk. Badan sel sistem noradrenergik terutama berlokasi di lokus sereleus
di pons rostral dan aksonnya keluar ke korteks serebral, sistem limbik, batang otak, dan medula
spinalis. Percobaan pada primata menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus menghasilkan
suatu respon ketakutan dan ablasi lokus sereleus menghambat kemampuan binatang untuk
membentuk respon ketakutan. Pada pasien dengan gangguan kecemasan, khususnya
gangguan panik, memiliki kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meninggi dalam cairan serebrospinalis dan urin.

Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nukleus raphe di batang otak
rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus. Pemberian obat
serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang mengarah pada kecemasan. Beberapa
laporan menyatakan obat-obatan yang menyebabkan pelepasan serotonin, menyebabkan
peningkatan kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.
Gamma-aminobutyric acid (GABA)
Peranan GABA dalam gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh manfaat benzodiazepine
sebagai salah satu obat beberapa jenis gangguan kecemasan. Benzodiazepine yang bekerja
meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABAA terbukti dapat mengatasi gejala gangguan
kecemasan umum bahkan gangguan panik.
Beberapa pasien dengan gangguan kecemasan diduga memiliki fungsi reseptor GABA yang
abnormal (Kaplan dan Saddock, 2005).
Faktor budaya juga merupakan salah satu penyebab kecemasan yang penting. Pekerjaan,
pendidikan, institusi agama, dan sosial budaya semuanya dapat menjadi konflik yang
menyebabkan kecemasan.
Yuke Wahyu Widosari. 2010. Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran
Preklinik dan Ko-Asisten di Fk UNS Surakarta
The role of GABA in psychiatric disorders

Sumber : Adiwena, Nuklear. 2007.Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas IslamIndonesia.
2. Mengapa semakin lama gejala semakin berat sampai tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari?
FISIOLOGIS:
syaraf simpatis meningkat
- Thorax: menigkatkan detak jantung, nafas cepat

Parasimpatik meningkat
- Abdomen: hiperperistaltik, mual muntah
- Vasokontriksi pembuluh darah
- Otot: suara serak, telinga ada gangguan, ketegangan tengkuk
- Kepala: pusing, pingsan
- Kulit: keringat

PSIKOLOGIS:
- Kognitif: gangguan perhatian, konsentrasi hilang, lupa, salah tafsir, bingung
- Afektif: tidak sabar, mudah tegang, tremor, mudah gelisah
- Prilaku: gugup, bicara tidak ada kordinasi, bicara cepat
Karena sudah masuk dalam cemas yang patologis
3. Mengapa pasien merasa khawatir, ketakutan dan sulit konsentrasi (gejala psikis) disertai kencang di
daerah tengkuk, gemetar, dan tidak dapat santai?

syaraf simpatis meningkat


- Thorax: menigkatkan detak jantung, nafas cepat

Parasimpatik meningkat
- Abdomen: hiperperistaltik, mual muntah
- Vasokontriksi pembuluh darah
- Otot: suara serak, telinga ada gangguan, ketegangan tengkuk
- Kepala: pusing, pingsan
- Kulit: keringat

4. Apa hubungan antara mengerjakan skripsi, bertemu dengan dosbing dengan keluhan pasien?
Karena mengerjakan skripsi dan bertemu dengan dosen pembimbing merupakan stressor yang
menyebabkan pasien mengalami gejala diatas.
5. Bagaimana interpretasi dari PF pada scenario?
 TD 110/70 mmHg = normal
 RR 28x/menit = meningkat
 Kompensasi dari pengeluaran NE  betha 1 (hepar  mengambil beberapa glukosa 
metabolisme meningkat  butuh banyak O2 dan menghasilkan banyak CO2  RR meningkat)
 nadi 100x/mnt = normal (60 – 100 x/mnt)
 T 37C = normal
 PF thoraks dbn dan px penunjang tdk didaptkan adanya kelainan = menyingkirkan DD (penyakit
jantung, dll)

6. Jelaskan perbedaan antara cemas (fisiologis dan patologis), takut, panik!

Cemas
 Cemas adalah perasaan takut terus menerus terhadap bahaya yang seolah-olah terus
mengancam, yang sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan penderita
saja.(Psikiatri II Simtomatologi, FK UNDIP)

 KECEMASAN NORMAL ( DSM IV )


Perasaan tersebut ditandai dengan rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan
samar-samar, diawali dengan sebuah sebab yang jelas. seringkali disertai gejala otonom
seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung
ringan. Seseorang yg cemas mungkin juga merasa gelisah

 Cemas Normal suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari


perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari
penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup.
Ex. anak masuk sekolah pertama kali
(Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)

 KECEMASAN PATOLOGIS (DSM IV)


Kecemasan yang didasari tanpa sebab yang jelas dan tidak berpotensi untuk
mengancam jiwanya. Mngkin disertai dengan gejala otonom seperti kecemasan normal.
Kecemasan yang patologis adalah kecemasan yang berlebihan terhadap stimuli internal
atau eksternal, dan tidak berfungsi untuk menyelamatkan keutuhan jiwanya.
 Cemas Patologis respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang
diberikan berdasarkan pada intensitas atau durasinya.
- (Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)

Takut

- Suatu respon dari suatu ancaman, yang asalnya sudah diketahui lalu bersifat eksternal, tidak
bersifat konfliktual, jelas dan sifatnya akut (muncul saat bertemu dengan objek).
- Kecemasan adalah rasa khawatir , takut yang tidak jelas sebabnya

a. Cemas  respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-
samar atau non konfliktual (memiliki kualitas menyelamatkan hidup)
b. Rasa takut  respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas atau bahkan
bersifat konflik.
c. Panic  tidak disertai dengan adanya stimulus situasional yang dapat dikenali, spontan dan
tidak diperkirakan. terjadi anxietas berat (severe attack of autonomic anxiety) selama 1 bulan,
serangan disertai (4 gejala/lebih) gejala spt palpitasi, sesak napas, nyeri dada, rasa takut mati,
gemetar, mual, takut menjadi gila dll yang terjadi tiba2 dan mencapai puncaknya dalam 10
menit (<20 menit).

Pembeda Cemas Takut Panik


Halusinasi - - +
Waham - - +
Keinginan Bunuh - - +
diri
Objek Belum bertemu Sudah bertemu Tidak bisa
menyebutkan
Gejala somatik + + +
Disorganisasi - - +

NORMAL:
- Ada gejala otonom berlebihan: nyeri kepala, berkeringat
- Memperingatkan ancaman pada tubuhnya
- Respon sesuai dan nyata dengan kondisi yang ada
- Penyerta yang normal, seperti sesuatu yang baru
- Masih bisa di kontrol dan bisa diatasi

PATOLOGIS:
- Gejala otonom berlebihan: otot kaku
- Memperingatkan namun tidak untuk menyelamatkan jiwanya
- Respon yang tidak sesuai dengan kondisi
- Intensitas dan durasi lebih banyak
- Tidak dapat dikontrol, belum tentu bisa diatasi

7. Faktor apa saja yang timbul dari rasa cemas?

8. Tidak semua kecemasan dapat dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan yang bersifat
normal Dibawah ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan menurut
Adikusumo (2003) dari berbagai sumber :

1. Faktor Internal

a. Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada
kebutuhan akan kenyamanan, reasurance dan nasehat- nasehat.

b. Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman menghadapi stres dan punya cara
menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stres yang bertapun sebagai masalah yang bisa
diseleseikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari pengalaman dapat
meningkatkan ketrampilan menghadapi stres.

c. Aset Fisik
Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset ini untuk menghalau stres
yang datang mengganggu.
2. Faktor Eksternal

a. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual akan dapat meningkatkan
kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut.

b. Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk menghadapi stres. Semakin
tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu menghadapi stres yang ada.

c. Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut mengalami stres berupa
kekacauan finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finasialnya terbatas.

d. Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam
memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang
dihadapi suami akan dapat memberikan bumper kepada kondisi stres suaminya.

e. Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam kelompok anti ansietas. Obat- obat
ini mempunyai kasiat mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.

f. Sosial Budaya Suport.


Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan sangat
membantu seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan asalah bersama- sama dan tukar
pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu lebih siap menghadapi stres yang
akan datang.

9. Apa akibat dari anxietas yang ada pada kasus?


10. Apa penyebab gangguan kecemasan?
 Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang mengandung komponen fisiologik
dan psikologik. Perasaan takut atau tidak tenang yang sumbernya tidak dikenali. Kecemasan
terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara psikis atau psikologis (seperti harga diri,
gambaran diri, atau identitas diri). Selain itu, penyebab dari Ansietas yaitu dari faktor
Neurobiologik dan fisikologik.
 Faktor Neurobiologik
o Kimia otak dan faktor perkembangan penelitian menunjukkan bahwa sistem saraf
otonom atau nonadregenic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih
besar tingkatannya dari orang lain. Abnormalitas regulasi substansi kimia otak seperti
Serotonin dan GABA (gama-aminobutyric acid) berperan dalam perkembangan cemas.
o Amygdala sebagai pusat komunikasi antara bagian otak yang memproses input sensori
dan bagian otak yang yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentifikasikan
informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan
cemas atau takut) Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordinasikan rasa takut,
memori, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor
.
o Locus Ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya
dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga
menyebabkan seseoranng mudah mengalami cemas (khususnya PTSD {Post traumatic
sindrom disorder}).
o Hippocampus bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan
dalam pengkodean informasi ke dalam memori. Striatum, berperan dalam kontrol
motorik yang terlibat dalam OCD (Obsessive Compulsive Disorder).
 Faktor Psikologik
- Marah
- Harga diri rendah
- Pemalu pada masa kanak-kanak
- Orang tua yang pemarah
- Terlalu banyak kritik
- Ketidak nyamanan dengan Agresi
- Seksual Abuse
- Mengalami peristiwa yang menakutkan
 Faktor Kognitif
 Cemas sebagai manisfestasi dari penyimpangan berpikir dan
membuatpersepsi/kebiasaan/prilaku individu memandang secara berlebihan terhadap suatu
bahaya
11. Apa yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh?

F41.1 Gangguan cemas menyeluruh


Pedoman diagnostik :
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk bebeapa minggu sampai bebrapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
free floating atau mengambang)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
o Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi,dsb)
o Ketegangan motorik (gelisah,sakit kepala,gemetaran,tidak dapat santai)
dan
o Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar,sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering,dsb)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresi, gangguan anxietas fobik, gangguan panik,atau gangguan obsesif-
kompulsif.

12. Sebutkan macam-macam gangguan cemas!


 Secara umum,
 RINGAN: masih fisiologis yang menyebabkan waspada
 SEDANG: cemas yang memungkinkan untuk memusatkan yg penting dan yg tidak penting
disingkirkan.
 BERAT: cemas yg hanya memusatkan hanya pada yang penting
 PANIK: sudah hilang kendali, sehingga fungsi global menurun

 DSM IV:
 Gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia
 Agoraphobia tanpa riwayat panik
 Phobia spesifik dan sosial
 Gangguan obsesif kompulsif
 Stress pasca trauma
 Gangguan anxietas menyeluruh
 Anxietas akibat keadaan medis umum
 Anxietas di induksi

 DSM V:
 Gangguan cemas menyeluruh
 Selective mutism
 Spesific Phobia
 Gangguan cemas sosial = phobia sosial
 Panic disorder
 Agoraphobia
 Generalized anxiety disorder
 Subtance or medication induced anxiety disorder
 Anxiety disorder another medical condition
13. Apa saja ciri-ciri dari gangguan kecemasan selain yang ada di scenario?

14. Apa yang dimaksud dengan obsessive-compulsive?


F42 Ggn Obsesif-Kompulsif
Pedoman Diagnostik
• Gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau ke 2 nya hrs ada hampir setiap hari
sedikitnya dua minggu berturut-turut.
• Mrpk sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
• Gejala obsesif harus: a. disadari sbg pikiran atau impuls diri, b. sedikitnya ada 1 pikiran
atau tindakan yg tdk berhasil dilawan, c.tdk memberi kupuasan atau kesenangan (sekedar
perasaan lega), d. gagasan/pikiran/impuls mrpk pengulangan yg tdk menyenangkan
(unpleasantly repetitive).
• Berkaitan erat ulang, disadari, tdk mampu melawan,
• tdk menyenangkan

15. Apa perbedaan phobia, panic, dan OCD?

F40. Gangguan anxietas fobik


 Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu
itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan.
Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya
penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia)
yang tak realistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2
 Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa
terancam.
 Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda
dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat
(serangan panik)
 Anxietas fobik seringkali berbarengan dengan depresi . suatu episode depresif
seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya
afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya agorafobia .
pembuatan diagnosis tergantung darimana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu
dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.
F40.0 Agorafobia
Pedoman diagnostik :
 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
o Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan menifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
o Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam
hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut : banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan
bepergian sendiri
o Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol (penderita menjadi house bound)
F40.1 Fobia sosial
Pedoman diagnostik :
 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
o Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
o Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu
(outside the family circle)
o Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
Pedoman diagnostik :
 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
o Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekedar
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran
obsesif
o Anxietas harus terbatas pada adnya objek atau situasi fobik tertentu
(highly specific situation)
o Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
 Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti
halnya argofobia dan fobia sosial.
F41.0 gangguan panik (Anxietas paroksismal episodik)
Pedoman diagnostik :
 Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan anxietas fobik
 Untuk diagnosti pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas
bert (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan
o Pada keadaan2 dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
o Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situations)
o Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya
dapat terjadi juga anxietas antisipatorik)yaitu anxietas yang terjadi setelah
membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.
F41.1 Gangguan cemas menyeluruh
Pedoman diagnostik :
 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk bebeapa minggu sampai bebrapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
free floating atau mengambang)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
o Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi,dsb)
o Ketegangan motorik (gelisah,sakit kepala,gemetaran,tidak dapat santai)
dan
o Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar,sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering,dsb)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresi, gangguan anxietas fobik, gangguan panik,atau gangguan obsesif-
kompulsif.
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresi
Pedoman diagnostik :
 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri. Untuk anxietas, bebeapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun
tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
 Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan,maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal
yang hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus
diutamakan.
 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka
harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
F41.3 gangguan anxietas campuran lainnya
 Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh (F41.1) dan juga mneunjukkan
(meskipun hanya dalam waktu pendek) cirri-cir yg menonjol dari ketegori
gangguan F40-49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.
 Bila gejala-gejala yg memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam
kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yg bermakna, maka dimasukkan
dalam kategori F43.2, gangguan penyeseuian.

F41.8 gangguan anxxietas lainnya YDT

F41.9 gangguan anxietas YTT

F42 Ggn Obsesif-Kompulsif


Pedoman Diagnostik
• Gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau ke 2 nya hrs ada hampir setiap hari
sedikitnya dua minggu berturut-turut.
• Mrpk sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
• Gejala obsesif harus: a. disadari sbg pikiran atau impuls diri, b. sedikitnya ada 1 pikiran
atau tindakan yg tdk berhasil dilawan, c.tdk memberi kupuasan atau kesenangan (sekedar
perasaan lega), d. gagasan/pikiran/impuls mrpk pengulangan yg tdk menyenangkan
(unpleasantly repetitive).
• Berkaitan erat ulang, disadari, tdk mampu melawan,
• tdk menyenangkan
F43 Reaksi thd Stres Berat & Ggn Penyesuaian
- Stres kehidupan luar biasa  reaksi stres akut
- Perubahan penting dlm kehidupan => ketidaknyamanan & berkelanjutan  ggn Penyesuaian
- Mrpk konsekuensi langsung & respon maladaptif
- Gejala bervariasi: cemas, depresi, campuran, marah, kecewa, ggn tingkah laku, overaktif,
penarikan diri dll
F 43.0 Reaksi stres akut: onset bbrp menit/segera setelah kejadian stressor luar biasa
F43.1 Ggn Stres Pasca-Trauma:
Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma, bila mereka mengalami
suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa berupa trauma
peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.
Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan
pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan
responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang
sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh
pemusatan perhatian yang buruk)
Pedoman diagnostik
A. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:
o mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman
kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius,atau
ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain
o respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya
B. Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:
o rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian
o Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian
o berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali
o penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik
o reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik
C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma
D. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:
kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut
yang berlebihan.
E. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai efek
fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan
pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang
berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran
yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi merupakan terapi
sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap. Medikasi anxietas : misal
Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati
gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan
berlangsung lebih dan 3 bulan.

16. Bagaimana cara menegakkan diagnosis? Apa diagnosis banding yang sesuai?

17. Apa intervensi yang dilakukan pada scenario (individu, keluarga, kelompok)?
18. Bagaimana askep tentang gangguan cemas?
19. Apa saja terapi farmakologi dan psikososial yang diberikan pd pasien?

Terapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi)
atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi
dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi sederhana sangat efektif, khususnya
dalam konteks hubungan pasien dan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi
farmakoterapi yang tidak perlu.
1. Terapi Psikologis
Penyuluhan psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan tidak jarang pula dibutuhkan.
Biasanya terapi-terapi psikologis pada ansietas tersebut merupakan bagian dari manajemen untuk
mengatasi kebanyakan kondisi medis. Namun untuk melakukan psikoterapi semacam itu tidak selalu
mungkin dapat dilakukan, khususnya yang ada dalam rumah sakit. Jangkauan dari ketersediaan
pelayanan seringkali terbatas, dan tidak semua pasien siap untuk menyetujui sebuah skenario tertentu.
Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatri, namun seharusnya dapat diterapkan
oleh semua dokter yang berkompeten, sehingga keterbatasan pelayanan dapat diatasi(House cit Stark,
2002). Memberikan informasi selalu menjadi langkah awal dalam menolong pasien ansietas, yang mana
informasi yang diberikan harus sesuai dengan kadarnya dan selalu memberikan harapan yang besar bagi
setiap individu untuk sembuh. Kebanyakan pasien menginginkan sebuah kejelasan dan informasi
mengenai kondisi yang sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi, menunjukkan kepada pasien
bahwa mereka benar-benar diperdulikan dan dirawat.
Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi, dokter-dokter terlatih dalam
menghadapi pertanyaan-pertanyaan terbuka dari pasien, mampu memahami kondisi psikis, dan
kemampuan memberikan nasehat-nasehat yang baik sangat dibutuhkan, sehingga akan tercipta
komunikasi yang efektif. Yang mana akan mampu membantu pasien dalam mengurangi beban
psikisnya(House cit Stark, 2002)

2. Terapi Religi
Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun sayangnya tidak semua dokter
berkompeten mampu melakukannya, dan terapi ini biasanya hanya dapat dilakukan oleh seorang yang
memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi religi biasanya membantu pasien untuk lebih tenang dan
memberi waktu pasien untuk memahami dirinya sendiri, sehingga menciptakan sebuah kesadaran
dalam diri sendiri. Hal ini cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri sang pasien
sendiri.
Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya oleh penderita, dan kemudian
ahli religi tersebut memberi nasehat-nasehat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, namun tak
jarang juga terapi semacam ini dilakukan secara invidual tanpa seorang agamawan yang membimbing.
Terapi semacam ini terkadang pada akhirnya juga membentuk sebuah karakteristik atau watak yang
baru dari penderita.

3. Terapi farmakologi
Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan mengurangi ansietas, dan
masing-masing obat memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam
jangka waktu yang lama pun tidak akan membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien
sendiri
Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas adalah
benzodiazepine(BDPs)(Fracchione, 2004). Adapun beberapa jenis obat yang lazim digunakan adalah :
 Diazepam
 Lorazepam
 Alprazolam
 Propanolol
 Amitriptilin

Farmakoterapi (1) : gol. benzodiazepin


 Diazepam (Valium®, Stesolid® ) : dosis anjuran 10-30 mg/hari
 Klordiazepoksida (Cetabrium® Tensinyl® ) : dosis anjuran 15-30 mg/hari
 Lorazepam (Ativan® Renaquil® ) : 2-3 x 1 mg/hari

Farmakoterapi (2) : gol. benzodiazepin


 Clobazam (Frisium® Clobazam DM® ) : 2-3 x 10 mg/ hari
 Bromazepam (Lexotan® ) : 3 x 1,5 mg/hari
 Oxazolam (Serenal-10® ) : 2-3 x 10 mg/hari
 Chlorazepate (Tranxene 5-10® ) : 2-3 x 5 mg/hari

Farmakoterapi (3) : gol. benzodiazepin


 Alprazolam (Xanax® Alganax® Frixitas® ) : 3 x 0.25 – 0,5 mg/hari
 Prazepam (Equipax® ) : 2-3 x 5 mg/hari

Farmakoterapi (4) : non-benzodiazepin


 Sulpiride (Dogmatil® ) : 100 – 200 mg/hari
 Buspirone (Buspar® Tran-Q® ) : 15 – 30 mg/hari
 Hydroxyzine (Iterax® ) : 3 x 25 mg/hari

Gangguan Panik
TERAPI

Konseling dan medikasi.


Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan diri untuk
mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama
serangan. Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung, hanya panik,
akan berlalu.
Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi. Bila serangan
sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg malam
hari, dosis bisa sampai 100-150 mg malam selama 2 minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti
anxietas, jangka pendek (lorazepam 0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian
jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.

Gangguan Fobik

TERAPI

Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar situasi yang
ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak
pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari.
Bila ada anxietas beri antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta
blokerdapat mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.

GangguanObsesif-kompulsif
TERAPI
Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat mengurangi
gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang
akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila
diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.
Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.

GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH


TERAPI
Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya mempunyai efek
fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan
pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang
berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran
yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi merupakan terapi
sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap. Medikasi anxietas : misal
Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati
gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan
berlangsung lebih dan 3 bulan.

(TATALAKSANA DIAGNOSIS DAN TERAPI GANGGUAN ANXIETAS Dr. Evalina Asnawi Hutagalung,
Sp.KJ)
20. Bagaimana tujuan, sasaran terapi, dan tatalaksana terapi farmakologi dari anxietas?
Sama dengan soal nomor 19

Anda mungkin juga menyukai