Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“POST OP APENDIKTOMI”

Disusun Oleh :
MOHAMMAD ROZIKIN

1720151030

PRODI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS


JL. GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS www .stikesmuhkudus.ac.id Phone 0291 432718

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Apendiks adalah umbai kecil menyerupai jari yang menempel pada sekum
tepat dibawah katup ileosekal. Karena pengosongan isi apendiks kedalam colon tidak
afektif dan ukuran lumennya kecil, apendiks mudah tersumbat dan rentan terinfeksi
(appendisitis). Apendiks yang tersumbat akan meradang dan edema dan pada
akhirnya dipenuhi nanah (pus). Apendisitis adalah penyebab utama inflamasi akut di
kuadran kanan bawah abdomen dan penyebab tersering pembedahan abdomen
darurat. (Brunner & Suddarth 2014)
Apendiksdisebutjugaumbaicacing.Apendisitisadalahkasusbedah abdomen
darurat yang paling seringterjadi.Apendisitisadalahperadangan yang
terjadipadaapendiksvermiformisdanmerupakanpenyebab abdomen akut yang paling
seringterjadi.(Andra Saferi Wijaya&Yessie Mariza Putri, 2013)
Apendiksadalah saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil
dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendiks pada daerah iliaka kanan, dibawah katup
ileosekal. Apendisitisadalahperadangandari
apendiksvermiformisdanmerupakanpenyebab abdomen akut yang paling seringterjadi
dan merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi. (Deden Dermawan
& Tutik Rahayuningsih, 2010)
Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat apendiks
untuk sesegera mungkin dilakukan guna menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi
dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah
ataulaparoskopi (Muttaqin, 2009).
Dari beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
apendisitisadalahperadangan yang terjadipadaapendiksvermiformis, penyebab
abdomen akutdan merupakan penyakit bedah abdomenyang paling
seringterjadi.Sedangkan apendiktomi merupakan pengangkatan apendiks yang
mengalami peradangan dengan cara pembedahan.
B. ETIOLOGI
Menurut Nuzulul (2009) Apendisitis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Obstruksi lumen, pada umumnya obstruksi ini terjadi di :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid
b. Adanya fekolit dalam lumen apendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.coli & Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak daripada wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun(Remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limfoid
pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks :
a. Apendiks yang terlalu panjang
b. Masa apendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limfoid pada lumen apendiks
d. Kelainan katup di pangkal apendiks

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda awal : nyeri mulai di epigastrium/region umbilikus disertai mual dan anoreksia.
1. Nyeripindahkekananbawah (yang menetapdandiperberatbilaberjalanataubatuk)
danmenunjukkantandarangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney
:nyeritekan, nyerilepas, defansmuskuler.
2. Nyerirangsangan peritoneum tidaklangsung
3. Nyeripadakuadrankananbawahsaatkuadrankiribawahditekan (Roving Sign)
4. Nyerikananbawahbilatekanan di sebelahkiridilepas (Blumberg)
5. Nyerikananbawahbila peritoneum bergeraksepertinapasdalam, berjalan, batuk,
mengedan
6. Nafsumakanmenurun
7. Demam
Gejala-
gejalapermulaanpadaapendisitisyaituperasaantidakenaksekitarumbilikusdiikutiolehano
reksia, nausea danmuntah, gejalainiumumnyaberlangsunglebihdari 1 atau 2
hari.Beberapa jam
nyeribergeserkekuadrankananbawahdanmungkinterdapatnyeritekansekitartitik Mc.
Burney,
kemudiandapattimbulspasmeototdannyerilepas.Biasanyaditemukandemamringandanle
ukositmeningkat bila rupture apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara
dramatis untuk sementara.
(Andra Saferi Wijaya &Yessie Mariza Putri, 2013)

D. PATOFISIOLOGI
Appendisitis bisaanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh
hyperplasia, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya atau neoplasma, obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan makin lama mokus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkatka tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulserasi mukosa. Pada saat
ini terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium (Mansjoer,
2010).
Penyumbatan pengeluaran secret mucus juga bisa mengakibatkan
perlengketan, infeksi dan terhambatnya aliran darah dari keadaan hipoksia
menyebabkan gangren atau dapat terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam. Bila proses
ini berlangsung terus menerus organ disekitar dinding appendiks terjadi perlengketan
dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat (akut) dapat
menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius
(Corwin, 2009).
Dilakukan operasi appendiktomi jika penumpukan bakteri menyebabkan
peradangan. Operasi ini menyebabkan terjadinya luka insisi didaerah abdomen dan
melukai serabut saraf kulit. Perlukaan ini juga bisa mengakibatkan kuman masuk atau
sehingga mengakibatkan infeksi. Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan
untuk mengangkat apendiks untuk sesegera mungkin dilakukan guna menurunkan
resiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal
dengan insisi abdomen bawah atau laparoskopi (Muttaqin, 2009).
E. PATHWAY

Faktorobstruksi( fekalit ), bendaasing

Masukkeusushalus

Tertahan di usus

Penyempitan di usus

Polamakan Inflasibakteri
tidakteratur Padadinding
Appendiks

Penimbunan dan penurunan Penyerapan


Pembengkakan
elastisitas dinding appendiks Makanan lambat
appendiks
di dalam kolon
Peningkatan tekanan
Aliran darah ke
intralumen
appendiks terhambat

Penurunan asupan O2 Distensi


&nutrisi pada usus Suplay darah ke abdomen
appendiks berkurang

Mulaimuntah – muntah Anorexia


Peradangan pada appendiks Gangguan
eliminasi
Kebutuhan nutrisi Resiko kekurangan (BAB)
Perforasi
kurang dari tubuh
volume cairan

Kurang Appendiktomi Cemas


Keterbatasan Terputusnya
perawatan
gerak kontinuitas jaringan
diri Adanya luka insisi

Gangguan Nyeri
mobilisasi fisik Lapisan kulit terbuka

Gangguan rasa
nyaman nyeri Bakteri masuk Kerusakan
integritas kulit

Sumber : Resiko infeksi


( Corwin, 2009 )
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan apendiks menurut (Andra Saferi Wijaya &Yessie Mariza Putri,
2013)
1. Pre Operasi
a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendiksitis
sering kali masih belum jelas. Dalam hal ini observasi ketat perlu dilakukan,
pasien diminta untuk melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laktasif tidak
boleh diberi bila dicurigai adanya appendiksitis/bentuk peritonitis lain.
Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung
jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks dilakukan untuk
mencari kemungkinan adanya penyakit lain. Pada kebanyakan kasus,
diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri didaerah kanan bawah dalam 12
jam setelah timbulnya keluhan.
b. Antibiotik
Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali
apendisitis ganggrenosa atau apendisitis perporasi. Penundaan tindak bedah
sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
2. Operasi Appendiktomi
a. Appendiktomi
b. Appendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika
c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil
atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
Appendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi efektif sesudah 6
minggu sampai 3 bulan
3. Pasca Operasi
a. Obsvervasi TTV (TD, N, S, R) untuk mengetahui terjadinya perdarahan di
dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan.
b. Angkat sonde lambunga bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah
c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan selama pasien
dipuasakan
e. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan
sampai fungsi usus kembali normal
f. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur
selama 2x30 menit
g. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar
h. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang

G. PENGKAJIAN
1. Pengkajian keperawatan pola kebutuhan menurut Virginia Handerson, antara lain
sebagai berikut :
a. Pola nafas
Data pernafasan yang mungkin terjadi pada pasien dengan pasien appendiks
adalah takipnea, pernafasan dangkal.
b. Kebutuhan Nutrisi
Penderita appendiks belum diperbolehkan untuk makan (puasa), diiitnya
disesuaikan dengan kondisi pasien selama 8-12 jam.
c. Pola Eliminasi
Data eliminasi untuk BAB pada appeniksitis belum sempurna untuk
melakukan. Sehingga pada BAK urine mungkin juga akan mengalami
penurunan karena out put cairan yang banyak melalui muntah.
d. Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas penderita post appendiksitis akan mengalami penurunan gerak
karena adanya kelemahan (malaise) di seluruh tubuh
e. Istirahat dan Tidur
Sering muncul perasaan tidak enak dikarenakan oleh nyeri terjadi didaerah
kuadran kanan bawah abomen sehingga berdampak pada gangguan tidur
(Insomnia).
f. Kebutuhan mempertahankan temperature tubuh/sirkulasi
Suhu tubuh klien mengalami kenaikan (berkisar antara 38,50 C). kenaikan ini
akibat dari kemungkinan infeksi
g. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman
Pasien dengan post operasi appendiksitis akan mengalami gangguan rasa nyeri
abdomen diakibatnya karena insisi post operasi
h. Kebutuhan Berpakaian
Kebutuhan berpakaian mungkin tidak terganggu kecuali terjadi kelemahan
fisik yang menggangu.
i. Kebutuhan Personal Hygiene
Pada pasien appendiksitis butuh bantuan dalam personal hygine, apabila pasca
operasi appendiktomi, misalnya pasien butuh bantuan dilakukan mandi lap
untuk membersihkan giginya.
j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi
Pada periode awal emosi klien masih stabil dan mampu mengekspresikan
emosi dengan baik, sedangkan pada perjalanan yang cukup lama klien
mengalami penurunan optimis dan cenderung mengalami emosi yang stabil.
Mudah tersinggung dan marah.
k. Kebutuhan spiritual
Secara kodrati karena mengalami nyeri yang hebat pasien akan cenderung
mulai mendekatkan diri kepada Tuhan. Misalnya dalam bentuk berdo’a dan
beribadah sesuai kepercayaannya.
l. Kebutuhan bekerja
Kebutuhan bekerja pasien appendiksitis akan mengalami penuruan yang
mendadak dalam bekerja.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pasien dengan appendiksitis akut mungkin tidak akan membutuhkan bermain
dan rekreasi.
n. Kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar yang meningkat adalah bagaimana cara menurunkan nyeri
yang hebat pada kuadran kanan bawah abdomen

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Lemah, tampak sakit berat, ringan
Tingkat kesadaran : Composmentis, somnolen, spoor, soporis, koma, tanda –
tanda vital
b. Pemeriksaan Fisik difokuskan pada
1) Kepala : Bentuk mesocepal/tidak, rambut (warna rambut, ada
uban/tidak,
bersih/tidak)
2) Telinga : Simetris/tidak Ada serumen/tidak, tingkat pendengaran.
3) Mata : Simetris/tidak. sklera ikterik/ tidak, konjungtiva anemis/tidak.
4) Hidung : Simetris/tidak, ada polip/tidak, tingkat penciuman.
5) Mulut : Mukosa bibir, sianosis/tidak, ada stomatitis/tidak, gigi
berlubang/tidak, kotor/tidak.
6) Leher : Ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak.
7) Dada
Paru-paru :
I : Simetris/tidak
Pa : Ada nyeri tekan/tidak, vocal fremitus sama antara kedua paru
Pe : Suara sonor/hipersonor/pekak/redup
A : Suara nafas (vesikuler/ wheezing, ronkhi)
Jantung :
I : Ictus cordis tampak/tidak
Pa : Ictus cordis teraba/tidak
Pe : Pekak
A : Suara jantung, Reguler/inreguler/gallop
8) Abdomen
I : Acites/tidak, luka bekas operasi/tidak, panjang (…cm), jumlah
jahitan…..
A : Peristaltik usus berkurang/meningkat
Pe : Timpani/hipertimpani
Pa : Ada nyeri tekan/tidak, ada bengkak/tidak, ada benjolan/tidak
9) Genetalia : Terpasang kateter/tidak, bersih/kotor, ada luka/tidak
10) Ekstermitas: Apakah ada oedema, apakah ada keterbatasan gerak,
terpasang infuse/tidak
3. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut (Andra Saferi Wijaya &Yessie Mariza Putri, 2013)
a. Leukosit : 10.000-18.000 / mmᶾ
b. Netrofil meningkat 75 %
c. WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (
jumlah sel darah merah)
4. Data pemeriksaan diagnostik
Menurut (Andra Saferi Wijaya &Yessie Mariza Putri, 2013)
a. Radiologi : Foto colon yang memungkinkan adanya fecalit pada katup
b. Barium enema : Apendiks terisi barium hanya sebagian

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN


(Menurut Nanda, NIC dan NOC 2012 )
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi bedah)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri akan
berkurang
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang skala nyeri 1-3, klien tampak rileks
Intervensi
a. Kaji nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus
Rasional: berguna dalam pengawasan, karateristik nyeri menunjukan
terjadinya abses/ peritonitis memerlukan upaya evaluasi medic dan intervensi
b. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (teknik relaksasi)
Rasional: meningkatkan relaksasi membantu untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan
c. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
Rasional : untuk membantu penurunan nyeri
d. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab, berapa lama nyeri
dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
Rasional: mengupayakan kemandirian pasien dapat mengontrol nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional: analgesik membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (adanya insisi
pembedahan)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Bebas dari tanda- tanda infeksi, jumlah leukosit dalam batas
normal
Intervensi:
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
Rasional: untuk mengontrol kondisi klien, dugaan adanya inveksi/ terjadinya
sepsis, abses, peritonotis.
b. Monitor tanda-tanda vital
Rsinal : untuk mengontrol kondisi klien
c. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka
Rasional: melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian
balutan.
d. Anjurkan asupan cairan/nutrisi yang tepat
Rasional : untuk memenuhi asupan kebutuhan tubuh
e. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional: Untuk menekan atau menghentikan perkembangan
bakteri/mikroorganisme, untuk mencegah terjadinya infeksi luka.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi ( luka
pembedahan)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit baik
Kriteria hasil : Luka insisi sembuh tanpa tanda infeksi
a. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak atau tanda tanda-tanda
dehiscence atau eviserasi
Rasional : untuk mengontrol kondisi klien terhadap tanda-tanda infeksi
b. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang tepat
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi luka
c. Gunakan kapas steril untuk pembersihan jahitan benang luka yang efisien,
luka dalam dalam dan sempit, atau luka berkantong
Rasional : melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian
balutan untuk mencegah infeksi
d. Kolaborasi pemberiansalep antiseptik
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi luka.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Ketidaknyamanan ( nyeri )
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan mobilitas
dapat diatasi.
Kriteria hasil : Klien menunjukan kemampuan aktivitas, klien tampak rileks
Intervensi:
a. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan ketidaknyamanan selama
pergerakan
Rasional : gangguan fungsi motorik bermacam macam, pada lokasi trauma
mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi.
b. Dorong ambulasi independen dalam batas aman
Rasional : Meningkatkan normalitas fungsi organ, contoh mengurangi spasme
otot abdomen bawah
c. Lakukan latihan ROM aktif/ pasif sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan aliran darah kesemua daerah.
d. Libatkan keluarga dalam ADL klien.
Rasional : meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol
pasien dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.

Anda mungkin juga menyukai