“POST OP APENDIKTOMI”
Disusun Oleh :
MOHAMMAD ROZIKIN
1720151030
PRODI D3 KEPERAWATAN
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Apendiks adalah umbai kecil menyerupai jari yang menempel pada sekum
tepat dibawah katup ileosekal. Karena pengosongan isi apendiks kedalam colon tidak
afektif dan ukuran lumennya kecil, apendiks mudah tersumbat dan rentan terinfeksi
(appendisitis). Apendiks yang tersumbat akan meradang dan edema dan pada
akhirnya dipenuhi nanah (pus). Apendisitis adalah penyebab utama inflamasi akut di
kuadran kanan bawah abdomen dan penyebab tersering pembedahan abdomen
darurat. (Brunner & Suddarth 2014)
Apendiksdisebutjugaumbaicacing.Apendisitisadalahkasusbedah abdomen
darurat yang paling seringterjadi.Apendisitisadalahperadangan yang
terjadipadaapendiksvermiformisdanmerupakanpenyebab abdomen akut yang paling
seringterjadi.(Andra Saferi Wijaya&Yessie Mariza Putri, 2013)
Apendiksadalah saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil
dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendiks pada daerah iliaka kanan, dibawah katup
ileosekal. Apendisitisadalahperadangandari
apendiksvermiformisdanmerupakanpenyebab abdomen akut yang paling seringterjadi
dan merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi. (Deden Dermawan
& Tutik Rahayuningsih, 2010)
Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat apendiks
untuk sesegera mungkin dilakukan guna menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi
dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah
ataulaparoskopi (Muttaqin, 2009).
Dari beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
apendisitisadalahperadangan yang terjadipadaapendiksvermiformis, penyebab
abdomen akutdan merupakan penyakit bedah abdomenyang paling
seringterjadi.Sedangkan apendiktomi merupakan pengangkatan apendiks yang
mengalami peradangan dengan cara pembedahan.
B. ETIOLOGI
Menurut Nuzulul (2009) Apendisitis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Obstruksi lumen, pada umumnya obstruksi ini terjadi di :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid
b. Adanya fekolit dalam lumen apendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E.coli & Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak daripada wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun(Remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limfoid
pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks :
a. Apendiks yang terlalu panjang
b. Masa apendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limfoid pada lumen apendiks
d. Kelainan katup di pangkal apendiks
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda awal : nyeri mulai di epigastrium/region umbilikus disertai mual dan anoreksia.
1. Nyeripindahkekananbawah (yang menetapdandiperberatbilaberjalanataubatuk)
danmenunjukkantandarangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney
:nyeritekan, nyerilepas, defansmuskuler.
2. Nyerirangsangan peritoneum tidaklangsung
3. Nyeripadakuadrankananbawahsaatkuadrankiribawahditekan (Roving Sign)
4. Nyerikananbawahbilatekanan di sebelahkiridilepas (Blumberg)
5. Nyerikananbawahbila peritoneum bergeraksepertinapasdalam, berjalan, batuk,
mengedan
6. Nafsumakanmenurun
7. Demam
Gejala-
gejalapermulaanpadaapendisitisyaituperasaantidakenaksekitarumbilikusdiikutiolehano
reksia, nausea danmuntah, gejalainiumumnyaberlangsunglebihdari 1 atau 2
hari.Beberapa jam
nyeribergeserkekuadrankananbawahdanmungkinterdapatnyeritekansekitartitik Mc.
Burney,
kemudiandapattimbulspasmeototdannyerilepas.Biasanyaditemukandemamringandanle
ukositmeningkat bila rupture apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara
dramatis untuk sementara.
(Andra Saferi Wijaya &Yessie Mariza Putri, 2013)
D. PATOFISIOLOGI
Appendisitis bisaanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh
hyperplasia, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya atau neoplasma, obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan makin lama mokus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkatka tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulserasi mukosa. Pada saat
ini terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium (Mansjoer,
2010).
Penyumbatan pengeluaran secret mucus juga bisa mengakibatkan
perlengketan, infeksi dan terhambatnya aliran darah dari keadaan hipoksia
menyebabkan gangren atau dapat terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam. Bila proses
ini berlangsung terus menerus organ disekitar dinding appendiks terjadi perlengketan
dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat (akut) dapat
menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius
(Corwin, 2009).
Dilakukan operasi appendiktomi jika penumpukan bakteri menyebabkan
peradangan. Operasi ini menyebabkan terjadinya luka insisi didaerah abdomen dan
melukai serabut saraf kulit. Perlukaan ini juga bisa mengakibatkan kuman masuk atau
sehingga mengakibatkan infeksi. Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan
untuk mengangkat apendiks untuk sesegera mungkin dilakukan guna menurunkan
resiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal
dengan insisi abdomen bawah atau laparoskopi (Muttaqin, 2009).
E. PATHWAY
Masukkeusushalus
Tertahan di usus
Penyempitan di usus
Polamakan Inflasibakteri
tidakteratur Padadinding
Appendiks
Gangguan Nyeri
mobilisasi fisik Lapisan kulit terbuka
Gangguan rasa
nyaman nyeri Bakteri masuk Kerusakan
integritas kulit
G. PENGKAJIAN
1. Pengkajian keperawatan pola kebutuhan menurut Virginia Handerson, antara lain
sebagai berikut :
a. Pola nafas
Data pernafasan yang mungkin terjadi pada pasien dengan pasien appendiks
adalah takipnea, pernafasan dangkal.
b. Kebutuhan Nutrisi
Penderita appendiks belum diperbolehkan untuk makan (puasa), diiitnya
disesuaikan dengan kondisi pasien selama 8-12 jam.
c. Pola Eliminasi
Data eliminasi untuk BAB pada appeniksitis belum sempurna untuk
melakukan. Sehingga pada BAK urine mungkin juga akan mengalami
penurunan karena out put cairan yang banyak melalui muntah.
d. Gerak dan keseimbangan tubuh
Aktivitas penderita post appendiksitis akan mengalami penurunan gerak
karena adanya kelemahan (malaise) di seluruh tubuh
e. Istirahat dan Tidur
Sering muncul perasaan tidak enak dikarenakan oleh nyeri terjadi didaerah
kuadran kanan bawah abomen sehingga berdampak pada gangguan tidur
(Insomnia).
f. Kebutuhan mempertahankan temperature tubuh/sirkulasi
Suhu tubuh klien mengalami kenaikan (berkisar antara 38,50 C). kenaikan ini
akibat dari kemungkinan infeksi
g. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman
Pasien dengan post operasi appendiksitis akan mengalami gangguan rasa nyeri
abdomen diakibatnya karena insisi post operasi
h. Kebutuhan Berpakaian
Kebutuhan berpakaian mungkin tidak terganggu kecuali terjadi kelemahan
fisik yang menggangu.
i. Kebutuhan Personal Hygiene
Pada pasien appendiksitis butuh bantuan dalam personal hygine, apabila pasca
operasi appendiktomi, misalnya pasien butuh bantuan dilakukan mandi lap
untuk membersihkan giginya.
j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi
Pada periode awal emosi klien masih stabil dan mampu mengekspresikan
emosi dengan baik, sedangkan pada perjalanan yang cukup lama klien
mengalami penurunan optimis dan cenderung mengalami emosi yang stabil.
Mudah tersinggung dan marah.
k. Kebutuhan spiritual
Secara kodrati karena mengalami nyeri yang hebat pasien akan cenderung
mulai mendekatkan diri kepada Tuhan. Misalnya dalam bentuk berdo’a dan
beribadah sesuai kepercayaannya.
l. Kebutuhan bekerja
Kebutuhan bekerja pasien appendiksitis akan mengalami penuruan yang
mendadak dalam bekerja.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pasien dengan appendiksitis akut mungkin tidak akan membutuhkan bermain
dan rekreasi.
n. Kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar yang meningkat adalah bagaimana cara menurunkan nyeri
yang hebat pada kuadran kanan bawah abdomen
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Lemah, tampak sakit berat, ringan
Tingkat kesadaran : Composmentis, somnolen, spoor, soporis, koma, tanda –
tanda vital
b. Pemeriksaan Fisik difokuskan pada
1) Kepala : Bentuk mesocepal/tidak, rambut (warna rambut, ada
uban/tidak,
bersih/tidak)
2) Telinga : Simetris/tidak Ada serumen/tidak, tingkat pendengaran.
3) Mata : Simetris/tidak. sklera ikterik/ tidak, konjungtiva anemis/tidak.
4) Hidung : Simetris/tidak, ada polip/tidak, tingkat penciuman.
5) Mulut : Mukosa bibir, sianosis/tidak, ada stomatitis/tidak, gigi
berlubang/tidak, kotor/tidak.
6) Leher : Ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak.
7) Dada
Paru-paru :
I : Simetris/tidak
Pa : Ada nyeri tekan/tidak, vocal fremitus sama antara kedua paru
Pe : Suara sonor/hipersonor/pekak/redup
A : Suara nafas (vesikuler/ wheezing, ronkhi)
Jantung :
I : Ictus cordis tampak/tidak
Pa : Ictus cordis teraba/tidak
Pe : Pekak
A : Suara jantung, Reguler/inreguler/gallop
8) Abdomen
I : Acites/tidak, luka bekas operasi/tidak, panjang (…cm), jumlah
jahitan…..
A : Peristaltik usus berkurang/meningkat
Pe : Timpani/hipertimpani
Pa : Ada nyeri tekan/tidak, ada bengkak/tidak, ada benjolan/tidak
9) Genetalia : Terpasang kateter/tidak, bersih/kotor, ada luka/tidak
10) Ekstermitas: Apakah ada oedema, apakah ada keterbatasan gerak,
terpasang infuse/tidak
3. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut (Andra Saferi Wijaya &Yessie Mariza Putri, 2013)
a. Leukosit : 10.000-18.000 / mmᶾ
b. Netrofil meningkat 75 %
c. WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (
jumlah sel darah merah)
4. Data pemeriksaan diagnostik
Menurut (Andra Saferi Wijaya &Yessie Mariza Putri, 2013)
a. Radiologi : Foto colon yang memungkinkan adanya fecalit pada katup
b. Barium enema : Apendiks terisi barium hanya sebagian