BAB II
UNIT AMONIA PABRIK-4
Ammonia diproduksi dari syn gas yang mengandung Hidrogen (H2) dan Nitrogen (N2)
dengan rasio 3 : 1, dan juga mengandung gas inert seperti methane dan argon yang jumlahnya
harus dibatasi. Proses sintesis ammonia pada pabrik Pabrik-4 menggunakan lisensi proses dari
Haldor TopsØe, Denmark. Hidrogen didapat dari hidrokarbon yang terdapat dalam natural
gas yang telah mengalami proses katalitik reformingsehingga menghasilkan gas H2, CO2, dan
CO, sedangkan nitrogen diperoleh dari udara bebas.
Pabrik Ammonia Pabrik-4 dapat dioperasikan dalam dua cara, yaitu:
1. Operasi untuk memproduksi NH3 1.000 MTPD
Pada operasi ini, purge gas, let-down gas, dan innert gas digunakan sebagai bahan bakar
di seksi reforming.
2. Operasi untuk memproduksi NH3 1.180 MTPD
Purge gas, letdown gas, dan inert gas dikirim ke unit Hydrogen Recovery Unit (HRU)
yang berlokasi di Pabrik-2, dan hidrogen (H2) yang didapatkan dari HRU dimasukkan
ke syngas kompressor.
2. Gas Alam
Tidak ada airyang terdapat dalam gas bumi.
Komposisi dari gas alam disajikan pada tabel 2.1 :
A. Seksi Desulfurisasi
Seksi Desuflurisasi berfungsi untuk menghilangkan kandungan sulfur dalam gas alam
dengan cara mengubah sulfur organik menjadi sulfur anorganik. Sulfur anorganik dalam gas
alam ini nantinya akan diadsorbsi, sehingga arus keluar seksi ini mengandung sulfur kurang
dari 0,05 ppm. Sulfur harus dihilangkan karena akan merusak katalis pada Primary Reformer
dan Low Temperature Shift Converter (LTS Converter). Alat utama pada Seksi Desulfurisasi
adalah Hydrogenator (1-R-201) dan Sulphur Absorber (1-R-202). Proses Desulfurisasi
disajikan pada gambar 2.2 :
WHS
NATURAL GAS
1-E-204 B
FEED GAS PREHEATER
1-R-201 1-R-202
HYDROGENATOR SULPHUR ABSORBER
NATURAL GAS
TO REFORMING SECTION
1. Hidrogenator (1-R-101)
Alat ini berfungsi untuk mengubah sulfur organik (RSH) dalam gas alam menjadi sulfur
anorganik (H2S) dengan bantuan katalis HTAS Hydrogeneration TK-250 dengan basis katalis
Cobalt-Molybdenum. Di dalam Hydrogenator, terjadi reaksi antara sulfur organik dalam gas
alam dengan gas H2. Gas alam dari kompresor syn gas(1-K-411) dipanaskan diheat
exchanger(1-E-204 B) sampai suhu 330 oC dan tekanan 42 kg/cm2G kemudian dialirkan ke
o
Hydrogenator (1-R-201). Pemanasan sampai suhu 330 C bertujuan agar gas masuk
Hydrogenator sudah pada kondisi optimum dari katalis Hydrogenator TK-250 sehingga
reaksi perubahan senyawa sulfur organik menjadi sulfur anorganik bisa berlangsung.
Selanjutnya, gas proses dialirkan masuk ke Sulphur Absorber sehingga terjadi absorpsi H2S.
Data katalis TK-250:
Ukuran partikel, mm : 5 mm
Catalyst initially charged :11,5 m3
2. Sulfur Adsorber
Alat ini berfungsi untuk menjerap H2S dalam gas alam yang keluar dari Hydrogenator
(1-R-201) sebelum masuk ke Primary Reformer.
TangkiSulphur Adsorber mempunyai dua bed katalis yang berisi:
a. Katalis HTZ-5
Bentuk : cylindrical extridates
Ukuran : diameter 3 atau 4 mm
Panjang : 4 - 8 mm
Komposisi katalis : ZnO > 99%
Al2O3< 1%
As < 5 ppm
Densitas : 106 kg/cm3
Umur katalis : 1,5 tahun
Penyerapan maksimum S : 39 kg S/100 kg HTZ
Temperatur operasi : ambient to 450 oC
b. Katalis ST-101
Bentuk : tablet
Basis katalis : Cu
Temperatur operasi : ambient to 300 oC
Ukuran katalis : 4 x 2,5 mm
Umur katalis : 1.5 tahun
Katalis HTZ-50 beroperasi normal pada temperatur ± 330 oC dan dapat bereaksi dengan
H2S serta carbonyl sulphide dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut:
ZnO + H2S ZnS + H2O (6)
ZnO + COS ZnS + CO2 (7)
Sifat-sifat katalis HTZ-5, antara lain:
1. Tidak bereaksi dengan O2 dan tidak bersifat pyrophoric
2. Terhidrasi oleh H2O dengan reaksi sebagai berikut:
ZnS(s) + H2O(g) ZnO(s) + H2S(g) (8)
Katalis ST-101 berfungsi untuk mengadsorp senyawa sulfur organik dan anorganik dari
bed sebelumnya. Penyerapan sulfur terjadi secara kimiawi (chemosorption) pada permukaan
Cu. Reaksi penyerapan secara kimiawi pada permukaan Cu adalah reaksi yang bersifat searah.
Meskipun Cu bereaksi dengan sulfur tetapi tidak terbentuk bulk CuS dikarenakan untuk
membentuk bulk CuS diperlukan konsentrasi sulfur yang tinggi pada umpan Natural Gas.
Penyebab senyawa sulfur bisa lolos yaitu adanya kandungan H2O yang menyebabkan
terhidrasinya ZnS membentuk H2S, dan adanya kandungan CO2 yang bereaksi dengan ZnS
membentuk COS, serta kurangnya kadar gas H2 di inlet Hydrogenator (1-R-201) sehingga
proses reaksi perubahan senyawa sulfur organik menjadi anorganik terhambat. Kandungan
sulfur maksimum yang diijinkan keluar dari Sulphur Adsorber adalah 0.05 ppm.
B. Seksi Reforming
Pada seksi Reformer, gas alam yang telah dihilangkan kandungan sulfurnya diubah
menjadi reforming gasyaitu gas H2, CO, dan CO2, melalui reaksi katalitik reforming antara
campuran hidrokarbon dan steam dengan tambahan udara. Seksi reformer terdiri dari primary
reformer, convection section, dan secondary reformer.
Proses reforming gas disajikan pada gambar 2.3 :
HYDROCARBON
FEED
1-E-201
FEED GAS/STEAM
PROCESS STEAM PREHEATER
PROCESS AIR
1-H-201 1-R-203
PRIMARY SECONDARY
REFORMER REFORMER
PROCESS
GAS
TO 1-R-204
1-E-208
1-E-209
RG WASTE
STEAM PRE-
HEAT
SUPERHEATER
BOILER
1. Primary Reformer
Primary Reformer berfungsi untuk mereaksikan gas alam dengan steam untuk
menghasilkan gas sintesis (syn gas) berupa gas H2.
Reaksi yang terjadi, sebagai berikut:
CnH2n+2 + 2H2O Cn-1H2n + CO2 + 3H2 (9)
CH4 + H2O CO + 3H2 (10)
CO + H2O CO2 + H2 (11)
Reaksi (9) adalah reaksi yang menerangkan mekanisme reaksi reforming hydrocarbon
dimana kandungan gas alam yang berupa fraksi hydrocarbon berat diubah menjadi fraksi
hydrocarbon ringan dan akhirnya menghasilkan methane yang ditunjukkan pada reaksi (10).
Campuran gas hidrokarbon dan steam dipanaskan terlebih dahulu di Feed Gas
Preheater (1-E-201) hingga mencapai kisaran suhu 510 – 535 oC sebelum memasuki Primary
Reformer (1-H-201). Process gas mengalir ke bawah melalui vertical tube yang berisi katalis.
Panas yang dibutuhkan diambil dari panas radiasi hasil pembakaran gas alam yang keluar dari
burner dan mengalir sepanjang dinding reformer. Untuk membuat fuel gas terbakar sempurna
burner dioperasikan dengan excess air 5% yang setara dengan kandungan O2 sekitar 1% pada
flue gas.
Gas sisa pembakaran (flue gas) dialirkan ke convection section untuk dimanfaatkan
panasnya untuk proses lain sekaligus menurunkan suhunya sehingga ketika dibuang ke
lingkungan suhunya tidak terlalu tinggi (sekitar 1630C).
Hidrokarbon yang terdapat di dalam gas umpan primary reformer dirubah menjadi gas
CO dan H2. Selama operasi dengan kondisi purge gas, let down gas, dan innert gas dikirim
ke HRU sehingga hasil keluaran primary reformer mengandung metana sebesar 13,5% pada
suhu reformer 8000C.
Primary Reformer terdiri dari 144 tube katalis yang terbagi dalam 2 radiant section.
Katalis yang digunakan adalah Prereduced R-67-R-7H pada bagian atas, dan katalis R-67-7H
pada bagian bawah. Penggunaan katalis prereduced R-67-R-7H bertujuan untuk menurunkan
total waktu yang diperlukan pada proses pengaktifan katalis (reduksi katalis) sejak initial
start-up. Basis kedua katalis tersebut adalah NiO dengan bentuk aktif Ni. Katalis yang telah
tereduksi akan tetap stabil walaupun terjadi kontak dengan udara hingga temperatur 80 oC.
Hal yang harus dihindari pada waktu pengoperasian Primary Reformer adalah terjadinya
carbon formation, dengan reaksi sebagai berikut:
2CO C + CO2 (12)
CH4 C + 2H2 (13)
m
CnHm nC + H2 (14)
2
Faktor yang menyebabkan terjadinya carbon formation adalah:
a. Heat flux yang tinggi pada katalis bagian atas.
b. Gas alam mengandung konsentrasi hidrokarbon yang tinggi, seperti olefin.
c. Aktivitas katalis yang rendah.
d. Temperatur.
e. Perbandingan reaktan dan hasil.
Adanya carbon formation menyebabkan:
a. Kenaikan pressure drop di bed katalis.
b. Pembentukan deposit karbon pada bagian bawah katalis, sehingga menurunkan
aktivitas dan mechanical strength katalis.
c. Hot spot pada tube katalis.
2. Secondary Reformer
Secondary Reformer digunakan untuk melanjutkan reaksi reforming CH4 dengan panas
dari pembakaran fuel gas oleh udara, dan untuk menyediakan N2.
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O (14)
Reaksi pembakaran di atas merupakan reaksi eksotermis sehingga suhu gas keluar dari
Secondary Reformer menjadi sekitar 1000 – 1015 oC. Katalis yang digunakan adalah RKS-2-
7H yang tersusun oleh NiO 9% berat dan MgAl2O4. Katalis ini mengalami sintering pada
suhu 1.400 – 1.500 oC.
Udara yang akan dipakai untuk pembakaran dipanaskan terlebih dahulu di air preheater
coil (1-E-202 A/B). Kemudian dicampur dengan gas outlet Primary Reformer sehingga
terjadi reaksi pembakaran CH4 sisa dalam 1-R-203. Jumlah udara yang masuk dalam
Secondary Reformer diatur oleh FV-2009 supaya rasio H2/N2 dalam gas yang masuk ke
Ammonia Converter terjaga pada kisaran 2,9 – 3. Gas outlet Secondary Reformer yang
bersuhu ±1000 oC didinginkan oleh 1-E-208 dan 1-E-209 hingga suhunya menjadi 350 oC.
Carbon formation masih dapat terjadi pada outlet Secondary Reformer karena aliran gas
kelur tersebut masih mengandung CO sebesar 7,5 – 8,5% mol (dry basis). Temperatur
minimum untuk reaksi carbon formation adalah 650 oC. Oleh karena itu, temperatur di atas
harus dilewati secepat mungkin dengan cara pendinginan gas outlet 1-R-203 di 1-E-208 dan
1-E-209, di mana panas yang ditransfer digunakan untuk menghasilkan steam bertekanan
tinggi.
REFORMED GAS
FROM REFORMER SECTION
1-R-204 1-R-205
HT CO LT CO CONVERTER
CONVERTER
1-E-211
METHANATOR
TRIM HEATER
1-E-213 A/B
BFW PREHEATER
NO.2
PROCESS GAS
TO CO2 REMOVAL
1-E-210 1-E-212 A/B
CG WASTE BFW PREHEATER
HEAT BOILER NO.1
Gas keluar HTS Converter didinginkan dengan 1-E-210, 1-E-211, dan 1-E-212 A/B
sehingga diperoleh temperatur sesuai dengan kondisi operasi LTS Converter, yaitu 195 oC.
Suhu inlet LTS Converter dikontrol oleh TIC-2044 dengan mengatur by pass BFW Preheater
(1-E-212 A/B). Di dalam LTS Converter (1-R-205), gas CO yang masih tersisa diubah
menjadi CO2 sehingga konsentrasi CO dalam gas outlet LTS Converter sekitar 0.35 %
volume.
PURIFIED GAS
TO 1-E-311
CO2 TO UREA TREATED COND.
FROM 1-E-701
1-E-308
CO2 PRODUCT
1-C-302
COOLER
1-V-301 CO2
LP FLASH ABSORBER
DRUM
1-P-304 A/B
OH CONDENSATE 1-P-303 A/B
PUMP SPLIT STREAM 1-P-301 A/B
1-TX-301
PUMP SEMILEAN
HYDRAULIC
SOLUTION
TURBINE
PUMP
1-C-301
CO2
STRIPPER PROCESS GAS
COLUMN FROM 1-V-304
1-E-304
DFW
PROCESS GAS PREHEATER
FROM 1-E-213 A/B NO.1
TO 1-E-305
1-E-302
STRIPPER
REBOILER 1-P-302 A/B
1-E-301 A/B 1-E-303 LEAN SOLUTION
SOLUTION LEAN SOLUTION PUMP
MDEA FLASH GAS
HEAT EXCHANGER COOLER
TO 1-H-201
1-V-302
HP FLASH
DRUM
1. Absorber CO2
Alat ini bertugas untuk menyerap CO2 yang terkandung dalam gas sintesis dengan
menggunakan larutan methyl diethanolamine (MDEA) dengan konsentrasi 37%wt MDEA,
sedangkan sebagai activator digunakan piperazine 3%wt, yang dapat menaikkan kecepatan
transfer massa CO2 dari fase gas ke fase cair.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
R3N + H2O + CO2 R3NH+ + HCO3- + 31.500 kkal/kgmol (16)
2R2NH + CO2 R2NH2+ + R2N–COO- + 124.500 kkal/kgmol (17)
R2NCOO- + R3N + H2O HCO3- + R2NH + R3NH+ + Q kkal/kgmol (18)
Piperazine sebagai aktivator berfungsi sebagai katalis untuk melangsungkan reaksi (16)
diatas dengan cara menurunkan tekanan parsial gas CO2. Mekanisme penurunan tekanan
parsial gas CO2 yaitu melalui reaksi antara gas CO2 dengan piperazine, sebagaimana
ditunjukkan oleh reaksi (17) pada persamaan di atas, yang akan membentuk R2NCOOH dan
mengakibatkan tekanan parsial CO2 lebih rendah, sehingga semakin banyak CO2 yang
terlarut. Reaksi (17) berlangsung relatif cepat dibandingkan reaksi (18) dan menghasilkan
asam karbonat, sedangkan aktivatornya akan kembali sebagai senyawa R2NH. Kandungan gas
CO2 pada outlet atas Absorber (1-C-302) adalah kurang dari 500 ppm.
Proses adsorpsi di Unit CO2Removal ini menggunakan 2 stage, yaitu Aliran Semi Lean
dan Aliran Lean. Data, komposisi, serta kondisi operasi masing-masing aliran ini, sebagai
berikut:
a. Semi Lean
Dialirkan ke Absorber menggunakan pompa P-301 A/B.
Kapasitas semi lean : 1.432 ton/jam
Suhu : 73 oC
Komposisi
1) CO2 : max. 6.1 % wt.
2) CO + N2 + H2 + CH4 + Ar :0%
3) MDEA : 35,1 % wt.
4) Piperazine : 2,8 % wt.
5) H2O : 57,0 % wt.
b. Lean
Dialirkan ke bagian atas Absorber 1-C-302 menggunakan pompa P-302 A/B.
Kapasitas lean : 240 ton/jam
Suhu : 50 oC
Komposisi
1) CO2 : max. 0,3 % wt.
2) CO + N2 + H2 + CH4 + Ar :0%
3) MDEA : 37 % wt.
4) Piperazine : 3 % wt.
5) H2O : 59,5 % wt.
Untuk menghindari hilangnya larutan MDEA dan piperazine serta untuk menjaga kemurnian
gas sintesis outlet atas Absorber, di bagian atas 1-C-302 diinjeksikan process condensate dari
Unit PCT (1-C-701) sebanyak 550 – 650 kg/jam. Setelah terjadi reaksi penyerapan CO2 oleh
larutan MDEA, larutan yang keluar dari Absorber akan kaya dengan CO2, yang disebut rich
solution dengan komposisi sebagai berikut:
a) Tekanan : 30 kg/cm2G
b) Suhu : 81.5 oC
c) Komposisi
1) CO2 : max. 8,8 % wt.
2) CO : 1 ppm
3) N2 : 43 ppm
4) H2 : 17 ppm
5) Ar : 2,9 % wt.
6) CH4 : 1 ppm
7) MDEA : 35,0 % wt.
8) Piperazine : 1 ppm
9) H2O : 54,3 % wt.
Untuk memperluas bidang kontak antara gas dan larutan MDEA, maka menara absorber
didesain dengan tinggi tertentu dan berisi packing. Packing di bagian bulk absorber dipasang
pall ring 2” IMTP CS karena di daerah ini merupakan daerah kontak yang besar antara gas
dan liquid. Sedangkan, packing lean solution dipasang pall ring 1” IMPT CS (Carbon Steel).
Rich solution bottom absorber diturunkan tekanannya oleh Hydraulic Turbine (1-Tx-
301) yang mempunyai satu shaft dengan pompa dan motor penggerak, sehingga pemakaian
energi lebih rendah.
Pada bagian bawah Absorber (1-C-302), temperatur dijaga tetap tinggi dengan alasan
agar kecepatan reaksi tinggi, sehingga sisa CO2 yang tidak terserap atau lolos ke bagian atas
lebih kecil. Penyerapan kedua berlangsung di bagian atas Absorber dengan temperatur rendah,
yakni sekitar 50oC agar diperoleh konversi yang tinggi (kesetimbangan reaksi bergeser ke
kanan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya CO2 yang lolos dari Absorber
antara lain:
a. Jumlah sirkulasi larutan
Untuk amannya, larutan MDEA yang disirkulasikan dijaga lebih besar 3% dari
rate gas proses. Apabila sirkulasi diturunkan lebih rendah atau sama dengan rate
gas, maka CO2 yang lolos akan naik. Sebaliknya, bila rate sirkulasi dinaikkan,
maka harus diperhatikan kapasitas pompa dan flooding pada Absorber.
b. Temperatur
Temperatur di bagian bawah lebih tinggi (± 70 oC) dengan pertimbangan masalah
kecepatan reaksi agar lebih tinggi, sedangkan pada bagian atas temperatur lebih
rendah (± 50 oC) dengan pertimbangan konversi pada kesetimbangan dapat
dinaikkan dengan menurunkan temperatur, karena reaksi yang terjadi adalah
reaksi eksotermis.
c. Jumlah split larutan
Dipakai dua aliran, yaitu aliran semi lean dan aliran lean dengan tujuan untuk
memaksimalkan penyerapan CO2, sehingga CO2 yang lolos rendah.
d. Konsentrasi larutan MDEA
Untuk memaksimalkan penyerapan CO2, maka konsentrasi MDEA dijaga pada
rentang 36 – 39 % R3NH dengan konsentrasi aktivator 2 – 3 %.
2. MDEA Regeneration
Rich solution di regenerasi melalui tiga tahap, yaitu HP flashing, LP flashing, dan CO2
stripping. Tahap pertama regenerasi dilakukan di HP flash drum dimana gas inert yang
terlarut (H2 dan N2) dipisahkan dari rich solution pada tekanan 6,7 kg/cm2G. Jika jumlah flash
gas MDEA lebih besar daripada yang dipakai sebagai fuel di reformer, maka kelebihan flash
gas akan di vent. Level rich solution pada HP flash drum dikontrol oleh dua valve yang
bekerja secara parallel. Jika level di HP flash drum terlalu tinggi maka akan mengaktifkan
interlock safety group yang akan menghentikan flow rich solution dari CO2 absorber dengan
menutup valve (XV-3001). Untuk mencegah terikutnya piperazine ke flash gas, maka
overhead condensate dimasukkan secara kontinyu dari washing section LP flash.
Rich solution dari HP falsh drum masuk ke LP flash drum dimana sebagian besar CO2
dilepaskan pada tekanan 0,3 kg/cm2G. Proses flashing ditentukan oleh rasio steam/CO2 yang
masuk melalui chimney CO2 stripper. Flash gas dari LP flash drum dilewatkan washing
section untuk mengurangi terikutnya piperazine, MDEA dan uap air kedalam arus gas CO2
keluar menara stripper. Flow overhead condensate sebesar 334 m3/jam digunakan sebagai
wash water yang dapat dikontrol dengan pengaturan butterfly valve. Bagian bawah LP flash
drum digunakan sebagai akumulator larutan MDEA untuk semua unit dan levelnya tidak
dikontrol secara langsung. Level cairan didalam LP flash drum akan turun dikarenakan
hilangnya uap air yang terikut kedalam produk CO2. Level dapat diatur melalui injeksi
process condensate ke dalam CO2 absorber. Bila level terlalu rendah (LSLL-3005) akan
mengaktifkan interlock safety group (IS-301) dimana akan mematikan semua pompa di seksi
CO2. Keluar dari LP flash drum semi lean solution dibagi menjadi dua aliran. Aliran utama
(main stream) yaitu aliran yang dipompa oleh pompa (1-P-301 A/B) menuju ke CO2 absorber
dan flownya dikontrol oleh valve (FIC-3008) sedangkan aliran lainnya dikirim ke CO2
stripper.
Tahap akhir regenerasi dilakukan di CO2 stripper, dimana CO2 akan dilucuti oleh steam
hasil produksi CO2 stripper reboiler. Semi lean solution yang masuk ke CO2 stripper dikontrol
oleh (LIC-3002) untuk mengatur level agar konstan pada bagian bawah CO2 stripper.
Retention time di dalam CO2 stripper relatif lama, maka flow lean solution ke CO2 absorber
digunakan sebagai feed forward input untuk mendapatkan kontrol level secara cepat. Level
terlalu tinggi atau rendah di CO2 stripper akan mengaktifkan interlock safety group (IS-301)
dimana akan menutup aliran gas proses ke CO2 absorber, rich solution keluar CO2 absorber,
dan semua pompa solution di seksi CO2 removal.
MP STEAM
TO PROCESS
1-C-701
PROCESS CONDENSATE STRIPPER
MP STEAM
FROM HEADER
1-E-701
PROCESS CONDENSATE
EXCHANGER
TREATED CONDENSATE
1-P-704 A/B TO BL
CONDENSATE
PUMP NO.2 1-E-101 1-E-230 1-E-703
FUEL NG MIX GAS STRIPPER CONDENSATE
PREHEATER PREHEATER COOLER
E. Seksi Metanasi
Gas proses dari Absorber CO2 keluar pada suhu 45oC dan tekanan 31 kg/cm2G. Sebelum
masuk Methanator, gas tersebut dipanaskan terlebih dahulu di 1-E-311 dengan memanfaatkan
gas panas outlet Methanator dan 1-E-211 sampai suhunya menjadi 287 oC. Suhu inlet
Methanator dikontrol oleh TIC-3015 dengan sistem by-pass arus gas pada exchanger. Di
dalam Methanator (1-R-301), CO dan CO2 diubah menjadi metana. Gas outlet Methanator
didinginkan dengan 1-E-311 dan 1-E-312, serta dipisahkan dari kondensatnya di 1-V-311.
Methanator berfungsi untuk mengubah residual gas CO dan CO2 yang tidak terserap
oleh CO2Removal, menjadi metana. Proses ini perlu dilakukan karena senyawa yang
mengandung oksigen, seperti gas CO dan CO2 merupakan racun bagi katalis NH3Converter.
Metan merupakan gas inert pada sintesis gas di Unit Synthesis Loop. Proses metanasi
disajikan pada gambar 2.7 :
1-R-301
METHANATOR
PROCESS GAS
TO LT CO CONVERTER, 1-R-205
PROCESS GAS
FROM HT CO CONVERTER, 1-R-204
1-E-211
PREHEATER
PURIFIED GAS
P-11 FROM CO2 REMOVAL SECTION
1-E-311
SYNTHESIS GAS GAS/GAS
EXCHANGER
TO LOOP
CO2 absorber dan di down stream LTS melalui PV-2020. Untuk melindungi vessel dan katalis
dari overheating selama trip, methanator dilengkapi dengan manual vent valve yang berfungsi
sebagai venting gas secara back flow.
Gas outlet methanator didinginkan dan kondensatnya dipisahkan di final separator (1-
V-311) dengan level control (LIC-3011). Level yang terlalu tinggi akan mengaktifkan
interlock safety group (IS-403) yang merupakan syngas compressor trip. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari adanya cairan yang terbawa ke syngas compressor. Pada syngas
compressor gas outlet methanator dinaikkan tekanannya sampai 130 kg/cm2G, dan kemudian
masuk ke ammonia syn-loop.
PURGE GAS
TO 1-H-201
1-E-514 1-V-514
PURGE GAS PURGE GAS
CHILLER SEPARATOR
1-R-501
AMMONIA
CONVERTER
1-V-501
AMMONIA
1-E-502 1-E-506 1-E-508
SEPARATOR
SG BFW 1st AMMONIA 2nd AMMONIA
PREHEATER 1-E-504 CHILLER CHILLER
WATER
COOLER
1-E-503
1-E-505 1-E-507
HOT HEAT
1-E-501 1st COLD 2nd COLD
EXCHANGER
SG WASTE HEAT EXCHANGER EXCHANGER
BOILER LIQ. AMMONIA
TO 1-V-502
MAKE UP SYNTHESIS GAS
1-K-431
SYNTHESIS GAS
COMPRESSOR
IMPORT H2
FROM OEP
RECYCLE GAS
TO 1-E-204 B
c. Ammonia Accumolator
Berfungsi untuk menampung sementara produk ammonia panas yang nantinya akan
dikirim ke unit urea sebagai bahan baku produksi urea, dan sebagian dialirkan ke
chiller untuk diturunkan suhunya untuk kemudian dialirkan ke ammonia storage.