Anda di halaman 1dari 3

DASAR TEORI

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat


keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan dan didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat
relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional (Anonim A, 2010).
pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan
dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu
tertentu, atau dapat ditulis :
pH = log (H+)
Air murni (H2O) berasosiasi sempuma sehingga memiliki ion H dan ion OH-
dalam konsentrasi yang sama, dan dalam keadaan demikian pH air mumi = 7.
Semakin tinggi konsentrasi ion H akan semakin rendah konsentrasi ion OH- dan pH
< 7. Semakin tinggi konsentrasi ion OH- akan semakin rendah konsentrasi ion
H+ dan pH > 7, maka perairan bersifat basa (alkalis). Perairan umum, termasuk air
laut dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme yang hidup di
dalamnya membentuk reaksi berantai karbonat-karbonat sebagai berikut :
CO2 H2O ——> H2CO3 ——> H+ HCO3- ——> 2H+ CO32-
Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi bergerak ke
kanan dan secara bertahap melepaskan ion H yang menyebabkan pH air turun.
Reaksi sebaliknya terjadi dengan aktivitas fotosintesis yang membutuhkan banyak
ion CO2, menyebabkan pH air naik.

Air laut, dengan-kandungan ion-ion Ca dan Mg yang cukup besar, dapat


mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar. Ion-ion Calsium dan Magnesium akan
membentuk garam-garam karbonat dan bikarbonat dan campuran asam-asam
karbonat tersebut dengan garam-garam membentuk suatu sistem penyangga
(buffer) yang kuat. Oleh karena itulah, biasanya pH air laut berada sedikit di atas
normal dan jarang keluar dari batas pH 7 - 9. Keadaan ini sangat menguntungkan
hewan-hewan di dalamnya termasuk udang, yang karena aktivitas respirasinya
menghasilkan CO2 mengakibatkan pH di sekitar insang agak turun, sehingga perlu
segera dinetralkan kembali (Anonim B, 2008).
Pengukuran pH secara kasar bias dilakukan dengan kertas pH atau kertas
indicator pH, dengan perubahan warna pada level pH yang bervariasi. Indicator ini
mempunyai keterbatasan pada tingkat akurasi pengukuran, dan dapat terjadi
kesalahan pengamatan warna yang disebabkan larutan sampel yang berwarna atau
sampel yang keruh..

Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan pH


meter. Sestem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran
pH, elektroda reffernsi,dan alat pengukur impedansi tinggi. pH elektroda dapat
diasumsikan sebagai battery, dengan voltase yang bervariasi hasil pengukuran dari
pH larutan yang diukur (Suwargana, 2008).

PEMBAHASAN
Jumlah ion H+ dan OH- di dalam air dapat di gunakan untuk menentukan
derajat keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin asam suatu zat, semakin
banyak ion H+ dan semakin sedikit jumlah ion OH- di dalam air. Sebaliknya semakin
basa suatu zat, semakin sedikit jumlah ion H+ dan semakin banyak ion OH- di dalam
air.
Pengukuran pH secara kasar bias dilakukan dengan kertas pH atau kertas
indicator pH, dengan perubahan warna pada level pH yang bervariasi. Indicator ini
mempunyai keterbatasan pada tingkat akurasi pengukuran, dan dapat terjadi
kesalahan pengamatan warna yang disebabkan larutan sampel yang berwarna atau
sampel yang keruh.
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk menentukan derajat keasaman
sampel air. Dimana sampel air yang diuji pada percobaan ini yaitu sampel air laut,
air sumur, dan air galon.
Derajat keasaman disebut juga dengan pH yaitu tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan dan didefinisikan
sebagai kologaritmaaktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Perlakuan awal yang
dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan sampel air tawar, air laut dan
air sawah serta aquades ke dalam masing-masing gelas kimia. Kemudian
mencelupkan pH meter ke dalam gelas kimia yang berisi aquades sampai pH meter
menunjukkan pH = 7 dan konstan (tidak berubah-ubah). Adapun fungsi aquades
yaitu untuk menetralkan pH meter sebelum digunakan untuk menetukan pH pada
sampel air. Aquades juga berfungsi sebagai pengkalibrasi pH meter, sehingga data
yang diperoleh lebih akurat. Aquades memiliki pH = 7 karena larutan benar-benar
murni dan hanya mengandung H2O tanpa kandungan mineral dan pencemaran
(Anonim A, 2010).
Perlakuan selanjutnya yaitu mencelupkan pH meter ke dalam sampel air laut
dan mengukur pH-nya. Hasil yang diperoleh pada pengukuran I yaitu 7; pengukuran
II yaitu 7 dan pada pengukuran III yaitu 7, sehingga diperoleh rata-rata pH air laut
yaitu 7. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pH air laut sedikit di atas dari pH
netral yaitu 7. Hal ini disebabkan karena air laut juga mengandung garam-garam
mineral seperti NaCl selain itu mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang cukup
besar. Ion-ion Calsium dan Magnesium akan membentuk garam-garam karbonat dan
bikarbonat dan campuran asam-asam karbonat tersebut dengan garam-garam
membentuk suatu sistem penyangga (buffer) yang kuat. Sehingga pH air laut
berada sedikit di atas netral yaitu pada batas pH 7 – 9 yang besifat basa (Anonim C,
2008)
Sampel berikutnya yang diuji yaitu sampel air sumur, dan diperoleh nilai pH
secara berturut turut adalah 7; 7 dan 7. Nilai pH yang diperoleh pada air sumur
menunjukkan bahwa air sumur besifat basa (pH>7) dibanding pH dari air laut yang
diuji sebelumnya, walaupun perbedaannya hanya sedikit dengan pH aquades
(netral). Hal ini disebabkan karena air sumur mengandung H2O (air murni), mineral
yang mengandung ion-ion yang besifat basa seperti Ca2+ dan Mg2+ dan faktor
pencemar dimana faktor pencemar akan semakin besar, jika air tanah (air sumur)
berada dekat dengan lokasi dengan berbagai aktivitas manusia dan industri
sehingga pH air tawar 6,0-8,5 (Anonim B, 2010).
Sampel berikutnya yaitu air galon, setelah dilakukan pengukuran dengan pH
meter diperoleh nilai pH yaitu 6; 6 dan 6. Pada percobaan ini, dapat dilihat bahwa
sampel air galon lebih bersifat basa dari air laut dan air sumur, hal tersebut
kemungkinan dikarenakan pada saat pengolahannya ditambahkan senyawa-senyawa
tertentu, sehingga nilai pH-nya meningkat. Adapun nilai pH standar dari air galon
yaitu 5,0-7,0.
Berdasarkan literatur, standar pH dari ketiga sampel yang diuji antara lain:
o Air galon : pH 5,0 – 7,0
o Air sumur : pH 6,0 – 8,5
o Air laut : pH 7,5 – 8,3
Suatu sampel air dikatakan tercemar bila nilai pH-nya lebih atau kurang dari
standar yang ditentukan. Adapun berdasarkan hasil pengujian, sampel air sumur pH
7,67 dan sampel air laut pH 7,52 dapat dikatakan masih normal dan tidak
tercemar, karena tidak melewati pH standar yang ditentukan. Adapun untuk
sampel air galon dengan nilai pH 7,71, terlihat melewati pH standar untuk air
galon. Dan sampel air galon ini dapat dikatakan tercemar walaupun hanya sedikit
(Anonim A, 2010)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan, nilai pH yang diperoleh
dari percobaan ini sebagai berikut:
 pH air galon yaitu 6; dimana standar pH untuk air galon yaitu 5,0-7,0, dan
apabila nilai pH yang diperoleh lebih atau kurang dari pH tersebut maka air
tersebut dapat dikatakan tercemar.
 pH air sumur yaitu 7; dimana standar pH untuk air sumur yaitu 6,0-8,5, dan
apabila nilai pH yang diperoleh lebih atau kurang dari pH tersebut maka air
tersebut dapat dikatakan tercemar.
 pH air galon yaitu 6; dimana standar pH untuk air galon yaitu 7,5-8,3, dan
apabila nilai pH yang diperoleh lebih atau kurang dari pH tersebut maka air
tersebut dapat dikatakan tercemar.

Anda mungkin juga menyukai