Anda di halaman 1dari 19

SUJUD SAHWI, SUJUD SYUKUR DAN SUJUD TILAWAH

1. SUJUD SAHWI
Sujud sahwi ialah sujud yang dilakukan karena adanya perbuatan yang terlupakan dalam
shalat, cara mengerjakan sama dengan sujud biasa, artinya dengan takbir diantara dua sujud
dan dikerjakan setelah tasyahud akhir, sebelum salam.
Adapun sebab-sebab sujud sahwi:
1. Tidak melakukan tasyahud awla
Membaca tasyahud awal adalah sunnat muakad, karena itu apabila seseorang lupa tidak
melakukannya, kemudian ia sadar atas perbuatannya itu, maka harus melakukan sujud
sahwi.
2. Kelebihan rakaat, termasuk rukuk dan sujud
Apabila seseorang menyadari bahwa shalat yang dilakukan itu lebih atau kurang, maka
hendaknya ia melakukan sujud sahwi, jika ia sadar setelah selesai shalat, maka ia
melakukan sujud sahwi setelah salam, dengan cara yang sama.
3. Ragu dalam bilangan rakaat
Apabila seseorang sedang shalat ragu, maka shalat yang telah dilakukan itu tiga rakaat
atau empat rakaat, maka hendaknya ia mengambil bilangan yang meyakinkan , yaitu
tiga rakaat, kemudian ia meneruskan menjadi empat rakaat, ditambah dengan sujud
sahwi.
4. Kekurangan rakaat karena lupa
Apabila seseorang telah mengucapkan salam, padahal bilangan rakaatnya belum
disempurna, maka hendaknya ia menyempurnakan bilangan rakaat itu, kemudian setelah
salam ia melakukan sujud sahwi.
2. SUJUD TILAWAH
Sujud Tilawah artinya sujud bacaan. Sujud Tilawah adalah sujud yang dikerjakan ketika
bertemu dengan ayat-ayat “sajadah” dalam bacaan Al-Qur’an. Hukum sujud tilawah adalah
sunat.
Cara mengerjakan adalah jika mendengar atau membaca ayat sajdah dalam shalat, hendaklah
sujud sekali, kemudian berdiri kembali meneruskan bacaan ayat tersebut dan meneruskan
shalat.
Bacaan sujud tilawah:
Boleh membaca bacaan yang biasa dibaca saat sujud shalat yaitu (‫ )سبحان ربي األعلى‬Subhana
Robbiyal A'la sebanyak 3x.
Dapat juga ditambah dengan bacaan berikut (berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi):
.(‫) روالترمذى‬.‫ص َرهُ ِب َح ْو ِل ِه َوقُ َّوتِ ِه‬ ْ ‫س َجدَ َوجْ ِهى ِللَّ ِذ‬
َ ‫ى َخلَقَهُ َوش ََّق‬
َ َ‫س ْم َعهُ َوب‬ َ
Rukun Sujud Tilawah
Rukun sujud tilawah yang dilakukan diluar shalat, yaitu: (1) Niat, (2) takbiratul ihram, (3)
sujud, (4) memberi salam sesudah duduk.
Syarat sujud tilawah
Syarat sujud tilawah sebagaimana syarat salat, seperti suci dari hadas dan najis, menghadap
ke kinlat serta menutup aurat.
Ini pendapat sebagian ulama. Mereka mendasarkan keadaan sujud itu sebagaimana keadaan
dalam salat. Sebagian ulama yang lain berpendapat tidak disyaratkan suci dari hadas dan
tidak pula diharuskan suci pakaian dan tempat.
Ayat-ayat Sajdah:
Ulama ahli fiqih sepakat bahwa ayat sajadah terdapat dalam 10 ayat dalam Al-Quran.
Berikut ayat-ayat sajadah yang sunnah melakukan sujud tilawah setelah selesai membaca
ayat tersebut.
1. Quran Surat Al-A'raf ayat 206
2. QS Ar-Ra'd ayat 15
3. QS An-Nahl ayat 49
4. QS Al-Isra ayat 107
5. QS Maryam ayat 58
6. QS Al-Haj ayat 18
7. QS An-Naml ayat 25
8. QS As-Sajadah ayat 15
9. QS Al-Furqan ayat 60
10. QS Fussilat ayat 38
11. QS Al-Haj ayat 77
12. QS An-Najm ayat 62
13. QS Al-Insyiqaq ayat 21
14. QS Al-Alaq ayat 19
15. QS Shad ayat 28
WAKTU MAKRUH MELAKUKAN SUJUD TILAWAH
Sujud tilawah makruh dilakukan pada waktu-waktu yang makruh melakukan shalat sunnah
yaitu:
1. Setelah shalat subuh sampai terbit matahari.
2. Saat terbit matahari sampai naik setinggi panah atau sekitar 25 detik.
3. Saat matahari tepat berada di atas yakni sekitar 3 detik.sebelum masuk waktu dhuhur.
4. Sepertiga jam sebelum terbenam matahari.
5. Ketika terbenam matahari
3. Sujud Syukur
Sujud syukur artinya sujud terima kasih karena mendapat nikmat (keuntungan)atau karena
terhindar dari bahaya kesusahan yang besar.
Syarat-syarat sujud syukur/sujud tilawah:
1. Suci dari segala najis, baik badan, pakaian maupun tempat.
2. Menutup aurat.
3. Menghadap kearah kiblat.
4. Masuk waktu sujud, artinya dikerjakan ketika mendengar atau menerima nikmat dari
Allah.
Perbandingan sujud tilawah dan sujud syukur:
1. Syarat dan rukun keduaya sama, tetapi para ulama berselisih pendapat dalam hal syarat
dan rukun kedua macam sujud itu.
2. Kedua sujud itu hanya dilakukan satu kali.
3. Sujud tilawah disunatkan dalam salat dan diluar salat, sedangkan sujud syukur hanya
disunatkan diluar salat, tidak boleh dilakukan dalam salat.

Salat Sunah Rawatib ialah salat sunnah yang dikerjakan mengiringi salat fardu lima waktu.
Salat ini dikerjakan sebelum mengerjakan salat fardu atau sesudahnya.

Hadits Rasulullah saw tentang Salat Sunah Rawatib adalah:

Artinya: “Tidak ada salat fardu pun kecuali di antara keduanya ada dua rakaat (salat sunah).”
(H.R. Ibnu Hibban).

Salat yang dikerjakan sebelum pelaksanaan salat fardu disebut salat sunah qabliyah, sedang salat
yang dikerjakan sesudah pelaksanaan salat fardu disebut salat sunah bakdiyah. Hukum
melaksanakan salat sunah rawatib ini dibagi menjadi dua yaitu sunah muakkad dan sunah gairu
muakad.

1. Salat Sunah Rawatib Muakkad


Sunah muakkad adalah sunah yang diutamakan atau lebih dipentingkan. Adapun salat-salat
sunah rawatib yang muakkad adalah sebagai berikut.

a. Salat dua rakaat sebelum Subuh (Qabliyah Subuh).

Dari Aisyah, “Tidak ada salat sunah yang lebih dipentingkan oleh Nabi saw. Selain dari dua
rakaat subuh (H.R. Bukhari dan Muslim).
b. Salat dua rakaat sebelum Zuhur (Qabliyah Zuhur).
c. Salat dua rakaat sesudah Zuhur (Bakdiyah Zuhur).
d. Salat dua rakaat sesudah Magrib (Bakdiyah Magrib).
e. Salat dua rakaat sesudah Isya’ (Bakdiyah Isya’).

“Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Saya ingat dari Rasulullah saw. Dua rakaat sebelum Zuhur, dua
rakaat sesudah Zuhur, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah Isya’, dan dua rakaat
sebelum Subuh” (H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Salat Sunah Rawatib Gairu Muakkad


Sunah gairu muakkad adalah sunah yang pelaksanaannya tidak ditekankan oleh Rasulullah saw.
Salat sunah rawatib yang termasuk sunah gairu muakkad adalah sebagai berikut.
a. Salat dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudah Zuhur.

Salat sunah rawatib yang dikerjakan sebelum Zuhur maupun sesudahnya ada empat rakaat.
Adapun masing-masing terbagi menjadi dua yaitu dua rakaat di antaranya adalah sunah muakad,
sedang dua rakaat lagi adalah sunah gairu muakkad.

Rasulullah saw. bersabda:

Dari Ummu Habibah, “Nabi saw. Berkata: “Barang siapa mengerjakan salat empat rakaat
sebelum Zuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah mengharamkan api neraka baginya (H.R.
Tirmizi).

b. Salat empat rakaat sebelum Asar.

Rasulullah saw bersabda:


Dari Ibnu Umar, “Nabi saw berkata “Allah memberi rahmat kepada seorang manusia yang
salat empat rakaat sebelum Asar (H.R. Tirmizi).

c. Salat dua rakaat sebelum Magrib


Rasulullah saw. bersabda:

Dari Abdullah bin Mugaffal, “Nabi saw. berkata Salatlah kamu sebelum Magrib, salatlah kamu
sebelum Magrib, kemudian beliau berkata pada yang ketiga kalinya, “Bagi orang yang
menghendakinya” (H.R. Bukhari).

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, diriwayatkan yang artinya: “Bahwa
Rasulullah saw. salat sebelum Magrib dua rakaat”

Macam-macam Puasa Sunah


1. Puasa hari Senin dan Kamis.
Sabda nabi SAW
“ Adalah nabi SAW selalu berusaha untuk puasa senin dan kamis”. (HR. Tirmizi).[2]
Artinya: Rasullullah pernah ditanya tentang sebab-sebab disyariatkanya puasa Senin-
Kamis. Rosulullah menjawab dalam hadits yang artinya, “ Amal-
amal kita ditunjukan kepada Allah pada setiap hari Senin dan Kamis, oleh karena itu, aku
suka ketika amal-amalku ditunjukan kepada Allah, aku sedang puasa,” (HR. Ahmad)

Dasar Hukum: Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid R.a, dia berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah Saw selalu berpuasa pada hari Senin dan Kamis, mana kala beliau ditanya tentang hal
tersebut, beliau menjawab:
‫اإلثْ َني ِْن َو ْالخ َِمي ِْس‬ ُ ‫إِ َّن أَ ْع َما َل اْل ِعبَا ِد ت ُ ْع َر‬
ِ ‫ض يَ ْو َم‬
“Sesungguhnya amal-amal hamba dihadapkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis."

2. Puasa selama 6 hari pada bulan Syawal


puasa sunnah 6 hari di bulan syawal (puasa syawal) adalah puasa sunnah yang dianjurkan
oleh rasulullah saw, sebagai penyempurna ibadah puasa ramadan. bila dikerjakan maka nilai
pahalanya sama dengan (berpuasa sepanjang tahun.

Sebagai dasar hukum dari puasa sunnah 6 hari di bulan syawal adalah berdasarkan hadits
Rasulullah Saw, dari Abu Ayyub Ra, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bersabda,
ِ ‫ضانَ ث ُ َّم أَتْ َب َعهُ ِستًّا ِم ْن ش ََّوا ٍل َكانَ ك‬
‫َص َي ِام الدَّ ْه ِر‬ َ ‫ام َر َم‬
َ ‫ص‬َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan meneruskannya dengan puasa 6 hari di
bulan Syawal, berarti dia telah berpuasa selama setahun.”(Hr. Muslim)[3]
Rasulullah Saw biasa puasa Syawal 6 hari berturut-turut, tapi sebagian ulama
memperbolehkan tidak harus berturut-turut 6 hari, namun pahalanya insya allah sama dengan
yang berturut-turut.
namun, menurut pendapat beberapa ulama termasuk Syaikh Utsaimin, mengerjakannya dengan
berurutan, itu lebih utama karena menunjukkan sikap bersegera dalam melaksanakan kebaikan,
dan tidak menunda-nunda amal yang bisa menyebabkan tidak jadi beramal

3. Puasa hari Arafah (9 Zulhijjah atau sebelum Idul Adha)


Puasa Arafah adalah puasa yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah
dinamakan demikian karena saat itu jamaah haji sedang wukuf di terik matahari di padang
Arafah. Puasa Arafah ini dianjurkan bagi mereka yang tidak berhaji. Sedangkan yang berhaji
tidak disyariatkan puasa ini.
Mengenai hari Arofah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ار ْال َمالَئِ َكةَ ِم ْن يَ ْو ِم َع َرفَةَ َوإِنَّهُ لَيَدْنُو ث ُ َّم يُبَاهِى بِ ِه ُم‬ َّ َ‫َما ِم ْن َي ْو ٍم أ َ ْكث َ َر ِم ْن أ َ ْن يُ ْعتِق‬
ِ َّ‫َّللاُ فِي ِه َع ْبدًا ِمنَ الن‬
‫َفيَقُو ُل َما أ َ َرادَ هَؤُ الَ ِء‬
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah.
Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat.
Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim)
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arofah adalah hari pembebasan dari api
neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang wukuf di Arofah dan
penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf. Oleh karena itu, hari setelah
hari Arofah –yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baik
yang melaksanakan haji dan yang tidak melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan
pembebasan dari api neraka dan ampunan pada hari Arofah.” (Lathoif Al Ma’arif, 482)
Mengenai keutamaan puasa Arafah disebutkan dalam hadits Abu Qotadah,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ورا َء‬
َ ‫ش‬ ِ ‫سنَةَ الَّتِى َب ْعدَهُ َو‬
ُ ‫ص َيا ُم َي ْو ِم َعا‬ َّ ‫سنَةَ الَّتِى قَ ْبلَهُ َوال‬
َّ ‫َّللاِ أ َ ْن يُك َِف َر ال‬
َّ ‫ص َيا ُم َي ْو ِم َع َر َفةَ أَحْ تَسِبُ َعلَى‬ِ
ُ‫سنَةَ الَّ ِتى َق ْب َله‬
َّ ‫َّللاِ أ َ ْن يُك َِف َر ال‬
َّ ‫أَحْ تَسِبُ َعلَى‬
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa
Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
Ini menunjukkan bahwa puasa Arafah adalah di antara jalan untuk mendapatkan
pengampunan di hari Arafah. Hanya sehari puasa, bisa mendapatkan pengampunan dosa untuk
dua tahun. Luar biasa fadhilahnya ...
Hari Arafah pun merupakan waktu mustajabnya do’a s ebagaimana disebutkan dalam hadits,
َّ َّ‫اء د ُ َعا ُء يَ ْو ِم َع َرفَةَ َو َخي ُْر َما قُ ْلتُ أَنَا َوالنَّبِيُّونَ ِم ْن قَ ْب ِلى الَ إِلَهَ إِال‬
ُ‫َّللا‬ ِ ‫َخي ُْر الدُّ َع‬
‫ش ْىءٍ قَدِير‬ َ ‫َوحْ دَهُ الَ ش َِريكَ لَهُ لَهُ ْال ُم ْلكُ َولَهُ ْال َح ْمد ُ َوه َُو َعلَى ُك ِل‬
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula
diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika
lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir (Tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan,
segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu)”.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Praktik Puasa Arafah


bisa diikuti dengan Puasa Tarwiyah. Jadi pada tanggal 8 Zulhijjah, berpuasa Tarwiyah
disambung dengan puasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah.

A. Pengertian, Hukum dan Syarat Zakat Fitrah


1. Pengertian Zakat Fitrah
Secara etimologis, zakat berarti bersih, suci, tumbuh, atau subur, dab fitrah artinya diri,
jiwa, suci, atau juga berbuka. Sedangkan menurut istilah (terminilogis) zakat adalah
kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat. Sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang
dikeluarkan individu untuk mensucikan diri yang dikeluarkan pada bulan suci Ramadan
untuk diberikan kepada mustahik (yang berhak menerirnanya) sesuai dengan ketentuan
syariat.
Baik dalam Al-Quran, maupun hadis Rasulullah banyak sekali ditemukan keterangan
tentang ketentuan zakat fitrah, di antaranya dalam surat An-Nisa ayat 77:
َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫صالَة َ َو َءاتُوا‬
َ‫الزكَاة‬

Artinya: “Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat”. (QS. An-Nisa: 77)


Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 277:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan,


mendirikan salat, dan membayar zakat, mereka akan memperoleh pahala di sisi Allah.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”. (QS. AI-
Baqarah: 277)

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima pada urutan yang ketiga. Dalam salah
satu hadits, Rasulullah saw bersabda:
‫شهادة ان الاله االهللا وان محمد ارسول هللا واقام الصالة والتاءالزكاةوصوم رمضان وحج‬:‫بني االسالم على خمسى‬
‫البيت من استطاع اليه سبيال‬
Artinya: “Islam dibangun atas 5 (lima) dasar, yaitu: pengakuan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan salat, membayar zakat,
melaksanakan haji, berpuasa pada bulan Ramadan”. (HR. Bukhari Muslim)

2. Hukum Zakat Fitrah


Zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap orang Islam yang
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam syariat Islam. Zakat mulai
diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah.
Adapun dasar hukum zakat fitrah sangat banyak ditemukan dalam Al-Quran maupun
hadis Rasulullah. Beberapa di antaranya telah dikemukakan di atas. Allah Swt. berfirman
dalam surat At-Taubah ayat 103:

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu, kamu
membersihkan dan mensucikan mereka “. (QS. At-Taubah: 103)
Ayat-ayat yang berkaitan dengan zakat, pada umumnya berbentuk perintah. Menurut
Ilmu Ushul Fiqih, pada prinsipnya setiap perintah menunjukkan pada kewajiban,
sedangkan kewajiban apabila dilaksanakan akan mendapatkan pahala dan apabila
ditinggalkan (tidak dilaksanakan) akan mendapat siksa. Jadi, zakat merupakan kewajiban
setiap muslim yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan syariat.
Adapun hukum yang berkaitan dengan waktu pelaksanaan (mengeluarkan)
zakat fitrah, akan dikemukakan pada pembahasan selanjutnya.

3. Syarat Zakat fitrah


Ada beberapa syarat sehingga seseorang diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah,
yaitu sebagai berikut:
a. Islam
Orang yang tidak beragama Islam, maka tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat
fitrah.
b. Berada sebelum terbenam matahari, han terakhir bulan Ramadhan. Seseorang yang
lahir sesudah terbenam matahari bulan Ramadhan, maka tidak wajib dikeluarkan
zakatnya. Demikian juga seseorang yang menikahi seorang wanita setelah matahari
terbenam. Maka tidak wajib untuk membayar zakat fitrah isteri yang baru dinikahinya.
c. Mempunyai kelebihan harta
Maksud kelebihan harta adalah harta untuk keperluan makan untuk dirinya dan orang
yang menjadi tanggungannya (dinafkahinya) termasuk binatang peliharaannya, pada
malam hari raya dan siang harinya. Orang yang tidak mempunyai kelebihan, maka tidak
wajib membayar zakat fitrah.

B. Waktu Membayar Zakat Fltrah


Waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah sewaktu terbenam matahari terakhir bulan
Ramadhan. Sekalipun demikian, syariat Islam memperbolehkan untuk menunaikan zakat
sebelumnya, asal masih dalam bulan suci Ramadan.
Berikut mi akan dikemukakan beberapa waktu dan hukum membayar zakat fitrah, yaitu:
1. Waktu mubah, atau waktu yang diperbolehkan, yaitu sejak awal bulan Ramadhan
sampai hari terakhir bulan Ramadhan sebelum terbenam matahari.
2. Waktu wajib, yaitu sejak terbenam matahari pada hari terakhir bulan Ramadan.
3. Waktu sunah (waktu yang lebih baik), yaitu sesudah salat Subuh sampai sebelum pergi
untuk melaksanakan salat hari raya.
4. Waktu makruh, yaitu membayar zakat fitrah setelah salat hari raya Idul Fitri sampai
sebelum terbenam matahari pada hari raya.
5. Waktu haram, yaitu membayar zakat dalam waktu yang sangat terlambat, yaitu
sesudah terbenam matahari pada hari raya.

Berkenaan dengan waktu dan hukum membayar zakat fitrah ini, Rasulullah saw
bersabda:
‫فرض رسول هللا ص م زكاةالفطر طهرة للصإم وطعمة للمساكين فمن اداهاقبل الصالةفهي زكاة مقبولة ومن اداهابعد‬
‫الصالة فهي صدقة من الصد قاة‬
Artinya: “Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah untuk pembersih (dosa) bagi
orang yang berpuasa dan pemberi makan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang
menunaikannya sebelum salat hari raya, maka zakat tersebut diterima (sah). Dan
barangsiapa yang metnbayarnya setelah salat (hari raya), maka hal itu hanya merupakan
sedekah dari berbagai jenis sedekah”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

C. Zakat Mal dan Ketentuannya


Zakat mal adalah zakat atas harta kekayaan tertentu yang harus dikeluarkan zakatnya,
jika telah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Setiap muslim
yang memiliki harta, jika sudah sampai pada batas tertentu dikeluarkan zakatnya, maka
wajib atasnya untuk mengeluarkan zakat
Dalam harta yang dianugerahkan oleh Allah kepada orang kaya, sesungguhnya terdapat
hak (bagian) orang-orang miskin. Jika seseorang (kebetulan) diberi kekayaan oleh Allah
Swt, maka hendaklah untuk tidak melupakan hak-hak orang miskin. Hal ini dapat
diwujudkan dalam bentuk zakat, terutama zakat mal (zakat harta) atau sadaqah, infak,
dan sebagainya. Jika tidak dikeluarkan zakatnya, maka akan menimbulkan berbagai
pengaruh negatif, baik pengaruh terhadap pribadi pemilik harta, maupun kesenjangan
sosial yang akan berakibat pada kerawanan sosial dalam bentuk kejahatan dan perusakan,
serta cara-cara kejahatan dalam bentuk lahirya.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 3, dikemukakan, bahwa orang yang menafkahkan hartanya
merupakan salah satu ciri orang-orang yang bertakwa kepada Allah Swt. Firman-Nya:

Artinya: “(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian harta (rezeki) yang Kami anugerahkan kepada mereka”. (QS. A1-
Baqarah: 3)

D. Harta yang Wajib Dizakatkan


Ada beberapa harta yang termasilk kategori harta (mal) yang wajib dikeluarkan zakatnya,
di antaranya:
1. Emas dan Perak
2. Binatang Ternak
3. Harta Perniagaan (Perdagangan)
4. Zakat Tanaman (Pertanian)
5. Barang Tambang (riqah) dan Harta Terpendam (rikaz)
E. Nisab Zakat Mal
Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah jenis harta yang sudah mencapai nisab.
Nisab adalah batas minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya sesuai dengan
ketentuan syariat Islam. Ketentuan nisab zakat mal adalah sebagai berikut:
1. Umas dan perak
Harta kekayaan berupa emas dan perak, wajib dikeluarkan zakatnya, jika telah sampai
satu nisab dan sudah genap satu tahun. Jumlah yang harus dikeluarkan zakatnya adalah
2,5%. Nisab emas adalah 20 dinar sama dengan 93,6 gram, sedangkan nisab perak adalah
200 dirham sama dengan 624 grm.
Contoh: Si A mempunyai emas 93,6 gram, dan 1 gram emas misalkan harganya 75.000,
maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah 93,6 x 75.000
2,5% = 175.500.
2. Binatang Ternak
Binatang ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah unta, sapi/kerbau,
kambing/domba. Rincian nisab dan zakat ternak adalah:
a. Unta
5 ekor unta zakatnya 1 ekor kambing
10 ekor unta zakatnya 2 ekor kambing
15 ekor unta atau lebih zakatnya 3 ekor kambing
20 ekor unta atau lebib zakatnya 4 ekor kambing
25 ekor unta atau lebih zakatnya 1 ekor unta berumur 1 tahun lebih
36 ekor unta atau lebih zakatnya 1 ekor unta berumur 2 tahun lebih
46 ekor urita atau lebib zakatnya 1 ekor unta berumur 3 tahun lebih
61 ekor unta atau lebih zakatnya 1 ekor unta berumur 4 tahun lebih
76 ekor unta atau lebih zakatnya 2 ekor unta berumur 2 tahun lebih
91 ekor unta atau Iebih zakatnya 2 ekor unta berumur 2 tahun lebih
121 ekor unta atau lebih zakatnya 3 ekor unta
Setiap unta bertambah 40 ekor, zakatnya 1 unta berumur 2 tahun lebih dan setiap unta
bertambah 50 ekor, zakatnya 1 ekor unta berumur 3 tahun lebih.
b. Sapi/kerbau
30 - 39 ekor, zakatnya 1 ekor berumur 1 tahun lebih
40 - 59 ekor, zakatnya 1 ekor berumur 2 tahun lebih
60 - 69 ekor, zakatnya 2 ekor berumut 1 tahun Iebih
70 - 79 ekor, zakatnya 2 ekor berumut 2 tahun Iebih
80 - 89 ekor, zakatnya 3 ekor berumur I tahun lebih
Setiap sapi/kerbau bertambah 30 ekor, zakatnya ditambah 1 ekor.
c. Kambing/domba
40 - 120 ekor, zakatnya 1 ekor berumur 2 tahun
121 - 200 ekor, zakatnya 2 ekor berumur 2 tahun Iebih
201 - 300 ekor, zakatnya 3 ekor berumur 2 tahun lebib
300 - 400 ekor, zakatnya 4 ekor berumur 2 tahun Iebih
Setiap kambing/domba bertambah 100 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor. Sedangkan
untuk hasil peternakan seperti ayam, itik, dan sejenisnya, zakatnya adalah hasil dari
penjualan. Nisabnya disamakan dengan zakat perniagaan, yaitu 2,5% dari hasil penjualan.
3. Harta Perdagangan (Perniagaan)
Harta perniagaan atau hasil perdagangan, jika telah sampai satu nisab dan sudah berjalan
satu tahun lamanya dari mulai usaha, serta nilainya sudah sama dengan nisab emas dan
perak, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5%.
4. Harta Pertanian Tanaman
Harta pertanian yang wajib dizakati adalah tanaman yang mengenyangkan dan menjadi
makanan pokok dan penduduk daerah tertentu, seperti padi, gandum, jagung, dan
sebagainya. Waktu mengeluarkannya adalah ketika selesai dipanen dan telah sampai
senisab.
Nisabnya adalah 5 wasaq = 750 kg = 930 liter. Zakat yang harus dikeluarkannya adalah
10% jika diairi dengan air hujan atau tidak memerlukan biaya pengairan (irigasi). Tetapi
jika diairi dengan air yang menggunakan irigasi dan mengeluarkan biaya, maka zakatnya
adalah 5%.
5. Barang Tambang (riqah) Dan Harta Terpendam (ribaz)
Hasil tambang emas atau perak, jika senisab wajib dikeluarkan zakatnya pada saat itu
juga dengan tidak diisyaratkan sampai setahun dan zakatnya adalah 2,5%. Sedangkan
harta terpendam dalam tanah (rikaz) yang ditanam oleh kaum terdahulu, maka wajib
dikeluarkan zakatnya sebanyak 20% (seperlimanya).

F. Orang yang Berhak Menerima Zakat


Kelompok orang yang berhak untuk menerima zakat disebut “mustahiq”. Mustahiq
adalah kebalikan dan muzakki, artinya orang yang berkewajiban untuk mengeluarkan
zakat. Kedua kelompok ini banyak dikemukakan dalam nash, baik dalam Al-Quran
maupun dalam hadis Rasulullah saw.
Mustahiq zakat, dikemukakan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60 sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk jalan Allah, dan orang-
orang yang sedang dalam penjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh
Allah. Dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana”. (QS. At-Taubah: 60)

Berdasarkan ayat tersebut di atas, terdapat 8 golongan (asnaf) yang ditetapkan oleh Allah
Swt. berhak untuk menerima zakat atau menjadi mustahiq, yaitu sebagai berikut:
1. Fakir, yaitu orang yang hidupnya sengsara, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk
rnemenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Miskin, yaitu orang yang kehidupannya tidak cukup dan hanya mampu memenuhi
sebagiannya saja serta masih berada dalam kekurangan.
3. Amilin, yaitu kelompok orang atau badan tertentu yang bertugas mengumpulkan,
menerima titipan, dan membagikan zakat.
4. Muallaf, yaitu orang yang harapannya besar untuk masuk Islam atau orang yang baru
masuk Islam, sedangkan kondisi imannya masih lemah.
5. Riqab, yaitu orang yang berusaha keras untuk membebaskan budak atau untuk
membebaskan tawanan orang Islam yang disandera oleh orang-orang kafir.
6. Gharim, yaitu orang yang pailit, bangkrut, dan terbebani hutang untuk kepentingan
yang bukan untuk maksiat, sedangkan ia tidak sanggup untuk membayarnya.
7. Sabilillah, yaitu orang yang berjuang untuk kepentingan tegaknya kekuatan Islam dan
kaum muslimin. Termasuk di dalamnya adalah kepentingan sarana kaum muslimin,
seperti masjid, sekolah, rumah sakit, dan sebagainya.
8. Ibnu Sabil, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) dan bukan untuk
maksiat. Orang tersebut kekurangan dan kehabisan biaya dalam perjalanannya.

G. Manfaat Zakat dalam Kehidupan


Setiap ajaran Islam yang dijalankan dengan penuh kesungguhan oleh pemeluknya, akan
memberikan pengaruh serta hikmah yang sangat besar dalam kehidupan. Zakat
merupakan salah satu .ajaran agama Islam yang wajib ditunaikan dan akan memberikan
pengaruh terhadap kehidupan pribadi dan sosial.
Dalam kehidupan pribadi, orang yang berzakat akan merasa tenang dan nyaman karena
sudah menunaikan kewajibannya. Sedangkan dalam kehidupan sosial, kehidupan menjadi
lebih tenteram, karena hak-hak orang lain sudah ditunaikan. Selain itu, banyak sekali
hikmah lain yang dapat diambil dan ibadah zakat, di antaranya:
1. Membersihkan diri dan harta
Seseorang yang dianugerahi harta yang berkecukupan, bahkan berkelebihan oleh Allah
Swt. belum tentu semua hartanya bersih, halal, dan terhindar dan syubhat. Mungkin saja
dalam hartanya ada barang-barang haram yang sesungguhnya bukan menjadi miliknya.
Hal ini tentu saja harus dibersihkan, agar harta yang dimiliki betul-betul halal dan bersih.
Bahkan lebih dari itu, dalam harta seseorang, sesungguhnya ada hak (bagian) orang lain
dalam jumlah tertentu, sesuai dengan syariat Islam. Maka sudah sewajarnya, hak itu
harus diberikan kepada yang berhak menerimanya. Jika kewajiban tersebut sudah
ditunaikan, makà harta dan diri kita akan terhindar dari dosa berkaitan dengan hak orang
lain. Disinilah letak pentingnya zakat dalam membersihkan diri dan harta.
Allah Swt. berfirman dalam surat At-Taubah ayat 103:

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman bagi jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”. (QS. At-Taubah: 103)
2. Membersihkan diri dari sifat tercela
Orang yang mengeluarkan zakat, berarti telah berusaha menjadi seorang dermawan dan
melepaskan diri dari sifat kikir (bakhil) yang merupakan sifat tercela. Hal ini sesuai
dengan firman Allah Swt. dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 180:

Artinya: “Sekali-kali, janganlah orang-orang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dan karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka”. (QS. Ali Imran: 180)
3. Merupakan salah satu wujud rasa syukur
Setiap orang mampu mewujudkan rasa syukur sesuai dengan kemampuannya. Ada yang
mewujudkan dengan lisan, perbuatan, dan anggota badan. Zakat, infak, dan sadaqah
merupakan salah satu wujud ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. atas anugerah harta
yang diberikan kepada seseorang. Mereka akan memperoleh pahala di sisi Allah dan
tidak akan memperoleh kekhawatiran dan kesedihan.
Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 277:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan


salat, dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. AI-Baqarah:
277)
4. Melatih dan mewujudkan rasa kepedulian sosial
Dalam kehidupan, tidak semua orang diberikan anugerah harta yang berlebihan oleh
Allah Swt. Akan tetapi, ada juga yang hidupnya pas-pasan bahkan kekurangan. Bagi
mereka yang diberikan kelebihan, hendaklah menganggap dan meyakini bahwa semua
berasal dan Allah Swt. Di samping itu, hendaklah memiliki kepedulian sosial kepada
sesama yang kebetulan kekurangan dalam kehidupannya.

5. Merekatkan hubungan Silaturahmi


Silaturahmi atau hubungan kasih sayang merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
ajaran Islam. Hal ini dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan saling
memperhatikan di antara sesama, termasuk antara orang miskin dengan orang kaya.
Wujudnya dapat dilakukan dengan memberikan zakat, infak, dan sadaqah kepada yang
membutuhkan.
Jika hal ini terus menerus dilakukan, maka akibat negatif dan ulah orang miskin karena
cemburu sosial atau kurang senang terhadap orang kaya akan dapat dikurangi bahkan
dihilangkan. Lebih dan itu, akan terbina persaudaraan yang erat dengan sesama.
Firman Allah Swt.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, oleh karena itu,


damaikanlah di antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujurat: 10

Zakat
A. Zakat Fitrah
1. Pengertian zakat fitrah
Adalah zakat yang berupa makanan pokok yang ditunaikan setahun sekali oleh setiap jiwa.
Besarnya zakat 2,5kg/per jiwa, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa.

2. Syarat-Syarat zakat fitrah


a.Islam, orang yang tidak beragama Islam tidak wajib berzakat fitrah
b.Orang itu masih hidup pada waktu terbenam matahari
c.Memiliki kelebihan makanan, baik untuk dirinya maupun keluarganya pada malam idul fitri
d.Zakat fitrah berupa makanan pokok penduduk setempat

3. Rukun zakat fitrah


1.Niat
2.Ada pemberi zakat fitrah (muzaki)
3.Menerima zakat fitrah (mustahik)
4.Ada barang atau makanan pokok yang dizakatkan
5.Waktu pengeluaran zakat sudah sesuai dengan ajaran Islam
6.Beasarnya zakat fitrah yang dikeluarkan sesuai dengan ajaran agama

4. Waktu-Waktu zakat fitrah


a.Waktu yang diperbolehkan, yaitu hari pertama bulan Ramadhan sampai akhir bulan Ramadhan
b.Waktu wajib, yaitu mulai terbenamnya matahari penghabisan bulan Ramadhan (malam
takbiran)
c.Waktu sunnah, yaitu dibayarkan setelah salat subuh (sebelum berangkat shalat idul fitri)
d.Waktu makruh, yaitu setelah shalat hari raya dan sebelum terbenamnya matahari
e.Waktu haram, yaitu dibayar setelah terbenamnya matahari pada hari raya
5. Manfaat zakat fitrah
*Membahagiakan orang yang kurang mampu (mustahik) disaat idul fitri
*Menghilangkan sifat egois, yaitu mementingkan kepentingan diri sendiri
*Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia dan nikmat yang telah ditimpahkan
*Menolak musibah
*Mempererat silaturrahmi bagi orang yang mampu dan orang yang tidak mampu

B. Zakat Mal
1. Pengertian dan Hukum Zakat Mal
Menurut terminologi bahasa (lughat), harta adalah segal sesuatu yang diinginkan sekali oleh
manusia untuk dimiliki, dimanfaatkan dan disimpan. Pengertian zakat mal secara istilah adalah
mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki seseorang karena sudah sampai nisab atau batas
mengeluarkan zakat kepada orang-orang tertentu dengan ketentuan yang telah ditentukan syara’.
Tujuan zakat mal adalah untuk membersihkan atau menyucikan harta. Hukum mengeluarkan
zakat mal adalah wajib bagi orang yang telah memenuhi syarat.

2. Syarat Wajib Zakat Mal


-) Islam
-) Balig (dewasa)
-) Berakal sehat
-) Merdeka
-) Milik sendiri dan berkuasa penuh menggunakannya
-) Sudah mencapai nisab (sesuai dengan harta yang dizakatkan)
-) Telah mencukupi haul (satu tahun)

3. Macam-Macam Harta yang Wajib Dizakati


a.Binatang Ternak (seperti unta, sapi, kerbau, dan kambing)
b.Emas dan Perak
c. Harta perniagaan (seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll)
d. Hasil pertanian (seperti biji-bijian, sayur-mayur, tanaman hias, rumput-rumputan, dan
dedaunan)
e.Harta rikaz atau harta temuan
PUASA
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan diri dari segala sesuatu”, seperti
menahan makan,minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istila agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan syarat.
Puasa ada empat macam :
1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kafarat, dan puasa nazar.
2. Puasa sunat
3. Puasa makruh
4. Puasa haram
Syarat sah puasa
1. Islam
2. Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik)
3. Suci dai darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis melahirkan).
Orang yang haid atapun nifas itu tidak sah berpuasa, tetapi keduanyawajib
mengqada(membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang puasa pada hari raya dan hari
Tasyriq (tanggal 11-12-13 bulan haji).
Fardu (rukun) Puasa:
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadan.
ِ ‫الصيَا َم قَ ْب َل ْالفَجْ ِر فَ َال‬
‫ رواه الخمسة‬. ُ‫صيَا َم لَه‬ ِ ِ‫َم ْن لَ ْم يُجْ ِمع‬
“Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit, maka tiada
puasa baginya.” (Riwayat lima orang ahli hadis)
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Definisi puasa (saum) menurut bahasa adalah menahan atau meninggalkan diri dari sesuatu.
Sedangkan pengertian dari puasa menurut istilah adalah menahan diri dari kegiatan makan,
minum dan juga bersetubuh yang di mulai dari fajar sampai dengan waktu magrib dengan syarat
tertentu karena mengharap rida Allah SWT dan menyiapkan diri untuk bertakwa kepada-Nya.
Puasa Wajib : Pengertian, Syarat, Rukun dan Macam Puasa Wajib (Materi Pelajaran Agama
Kelas 8)

Syarat Wajib Puasa


Dibawah ini syarat wajib puasa yaitu:
a. Baligh (sudah sampai umur).
b. Berakal (tidak gila atau mabuk).
c. Berada di kampung (tidak bepergian jauh).
d. Sanggup melaksanakan puasa (tidak lemah dan tidak sakit).
Syarat Sah Puasa
Dibawah ini syarat sah puasa yaitu:
a. Beragama islam (tidak murtad).
b. Suci dari haid, nifas, dan wiladah.
c. Tamyiz (bisa membedakan antara yang baik dan buruk).
d. Berpuasa pada waktunya (bukan pada hari-hari yang terlarang untuk melaksanakan puasa).

Rukun Puasa
Pengertian rukun puasa adalah sesuatu yang wajib (harus) dilakukan pada saat berpuasa. Rukun
berpuasa terdiri atas:
a. Islam
b. Niat.
c. Menahan diri dari makan, minum, bersetubuh, dan hal lain yang membatalkan puasa ari terbit
fajar hingga terbenam matahari.

Hal-hal yang Membatalkan Puasa


a. Makan, minum, dan bersetubuh dengan sengaja pada siang hari.
b. Memasukkan ke dalam perut lewat kerongkongan, walaupun makanan yang tidak
mengenyangkan.
c. Melihat bulan yang menunjukkan tanggal 1 Syawal.
d. Murtad (keluar dari agama Islam). e. Kedatangan haid atau melahirkan.
e. Muntah dengan sengaja.
f. Mengeluarkan mani dengan sengaja (onani).g. Hilang akal (gila atau pingsan),
Macam-macam Puasa Wajib
a. Puasa
Ramadan
Pengertian Puasa Ramadan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadan. Setiap orang
islam yang telah memenuhi syarat-syaratnya untuk puasa apabila menjumpai bulan Ramadan
diharuskan untuk berpuasa penuh selama 1 bulan.

Firman Allah swt.:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah 183)
b. Puasa Nazar
Pengertian Puasa Nazar adalah puasa yang dilaksanakan karena memiliki janji kepada Allah swt.
Sebagai contoh saya akan berpuasa selama 7 hari apabila saya menjadi juara 1 di kelas. Jika
benar-benar juara 1 kelas maka wajib melakukan puasa 7 hari tersebut. Maksud janji di sini
adalah janji yang baik yang tidak melanggar syari’at agama.

c.Puasa Qada
Pengertian Puasa Qada adalah puasa yang wajib dijalankan karena berbuka dalam bulan
Ramadan karena ada uzur syar’i, seperti bepergian jauh, sakit, haid, nifas, atau dengan sebab
lain.

d. Puasa Kafarat
Pengertian Puasa Kafarat adalah puasa yang dilaksanakan karena adanya pelanggaran terhadap
sesuatu tatanan syari’at. kika dilanggar maka yang bersangkutan wajib berpuasa selama hari
yang telah ditentukan. Contohnya membunuh dengan tidak sengaja, mengerjakan sesuatu yang
diharamkan dalam haji serta tidak sanggup menyembelih binatang sebagai denda, merusak
sumpah, dan berzihar dengan istri. Maka orang yang melakukan hal-hal di atas wajib berpuasa.
Dengan demikian, puasa kafarat adalah puasa sebagai pengganti, karena melakukan larangan-
larangan tertentu. Lamanya waktu puasa kafarat adalah dua bulan berturut-turut dan hukumnya
wajib.

Anda mungkin juga menyukai