Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SABUN CAIR

Dosen pengampu : Oki Alfernando, S.T., M.T

Kelompok : 2
1. Rona Ratna Wati
2. Hajrah Sapitri
3. Ria Andriani
4. Maya Kusumawati
5. Ade Seflia

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
201
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Minyak goreng memegang peranan yang sangat penting dalam pengolahan
produk pangan. Hal ini mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat dari
tahun ke tahun. Konsumen minyak goreng terbesar adalah industri makanan,
restoran, dan hotel. Setelah digunakan berulang – ulang selanjutnya minyak
goreng tersebut menjadi minyak goreng bekas. Sebenarnya minyak goreng bekas
tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali setelah dilakukan proses pemurnian
ulang (reprosesing), namun karena keamanan pangan mengkonsumsi minyak
goreng hasil reprosesing masih menjadi perdebatan sengit akibat adanya dugaan
senyawa akroleinyang bisa menyebabkan keracunan bagi manusia, maka alternatif
lainnya adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan baku industri
non pangan seperti sabun lunak (cair).
Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan
alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak
hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi
sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi
dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik
untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang
digunakan dalam industri. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga
bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Larutan alkali yang digunakan
dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang
biasa digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali
yang biasa digunakan pada sabun lunak (cair) adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya
dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,
kedelai, dan kanola. Minyak goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit.
Minyak kelapa dapat digunakan untuk menggoreng karena struktur minyaknya
yang memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh
yang sifatnya stabil.Selain itu pada minyak kelapa terdapat asam lemak esensial
yang tidak dapat disintesis oleh tubuh.Asam lemak tersebut adalah asam palmitat,
stearat, oleat, dan linoleat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

1.4 MANFAAT

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas,
terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air
bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air
bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai
alat bantu mencuci atau membersihkan.
Sifat – sifat sabun yaitu :
a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku
tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan
sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O →CH3(CH2)16COOH + NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air
diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi
pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah
garam – garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 →Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses
kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk
mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun
mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang
bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air)
dan larut dalam air.

Tabel 1. Syarat Mutu Sabun Mandi

Uraian Tipe I Tipe II


(SabunPadat) (SabunLunak)
1. Kadar air (%) Maks. 15 > 15

2. Jumlah asam > 70 64 – 70


lemak (%)

3. Alkali bebas
-dihitung sebagai Maks. 0,1 Maks 0,1
NaOH (%)
-dihitung sebagai
KOH (%) Maks 0,14 Maks 0,14

4. Asam lemak < 2,5 < 2,5


bebas atau lemak
netral (%)

5. Bilangan 196 - 206 196 - 206


penyabunan

(Sumber : SNI 06 – 3532 – 19


Saponifikasi
Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan
minyak, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil
mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa.
Setelah campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam lemak. Fungsi sabun
dalam keanekaragaman cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan
tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan
yang dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi
untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran.
Reaksi yang terjadi pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut:
(C17H35COO)3 + 3KOH 3C17H35COOK +C3H5(OH)3

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 saran

DAFTAR PUSTAKA
Harnawi, T. 2015. “Studi Pembuatan Sabun Cair dengan Bahan Baku Minyak
Goreng Hasil Reproseing”. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya. Malang
Ketaren. 1986. “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”. UI Press.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai