Anda di halaman 1dari 68

Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan Alkena,

mahasiswa memahami dan menjelaskan struktur, sifat


fisis, kegunaan, dan reaksi-reaksi yang dapat terjadi
pada senyawa alkena.
• Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki sekurang-
kurangnya satu ikatan rangkap 2.
• Setiap atom karbon yang memiliki ikatan rangkap 2 tersebut
memiliki 3 orbital hibrida sp2 yang terletak pada bidang datar
dengan sudut 120°.
• Masing-masing orbital sp2 ini overlap dengan sebuah orbital
atom lain membentuk ikatan .
• Ikatan kedua pada ikatan rangkap (ikatan ) terbentuk akibat
overlap sisi dengan sisi dari orbital p atom karbon.
Ikatan  karena
overlap sp2 – s Ikatan 

H H
C C C C
H H

Ikatan  karena Ikatan 


overlap sp2 – sp2
Ikatan 

Ikatan 
ISOMER CIS DAN TRANS

• Karena dua orbital p yang membentuk ikatan  harus sejajar agar


diperoleh overlap maksimum, maka rotasi pada ikatan rangkap
sulit terjadi.
• Jika terjadi rotasi maka kedua orbital p tidak lagi overlap, dan
ikatan  terputus.
• Energi yang diperlukan untuk rotasi ikatan rangkap = 63 kkal/mol
(energi rotasi ikatan tunggal = 2,9 kkal/mol).
• Karena ada energy barrier untuk terjadinya rotasi ikatan rangkap
C=C, maka senyawa alkena seperti 2-pentena dapat memiliki dua
bentuk yang berbeda.
• Atom-atom hidrogen yang terikat pada karbon sp2 dapat berada
pada sisi yang sama dari ikatan rangkap  disebut isomer cis.
• Atom-atom hidrogen yang terikat pada karbon sp2 dapat pula
berada pada sisi yang berseberangan  disebut isomer trans.
Jika salah satu dari ikatan rangkap karbon sp2 terikat pada dua
substituen yang identik, maka hanya ada satu struktur yang
mungkin untuk senyawa lakena tersebut, tidak ada isomer cis dan
trans.
Bagaimana jika senyawa alkena memiliki empat substituen yang
berbeda, seperti 1-bromo-2-kloropropena?

Untuk memberi nama isomer dengan sistem E,Z, pertama kita


harus menentukan prioritas relatif dari dua gugus yang terikat
pada satu atom karbon sp2.
Jika gugus prioritas utama berada pada sisi yang sama dari ikatan
rangkap, maka isomer tersebut memiliki konfigurasi Z (zusammen
= bersama).
Jika gugus prioritas utama berada pada sisi yang berseberangan,
maka isomer tersebut memiliki konfigurasi E (entgegen = lawan).
BAGAIMANA CARA MENENTUKAN GUGUS PRIORITAS UTAMA?

ATURAN 1.
Prioritas relatif dua gugus tergantung pada nomor atom dari atom
yang terikat langsung pada karbon sp2. Semakin besar nomor
atomnya, semakin tinggi prioritasnya.
Sebagai contoh, pada senyawa berikut ini, salah satu atom karbon
sp2 terikat pada Br dan H, dan atom yang lain terikat pada Cl dan C.
• Br memiliki nomor atom yang lebih besar daripada H, sehingga
Br memiliki prioritas yang lebih besar daripada H.

• Cl memiliki nomor atom yang lebih besar daripada C, sehingga


Cl memiliki prioritas yang lebih besar daripada C.

• Oleh karena itu isomer sebelah kiri memiliki gugus-gugus


prioritas utama pada sisi yang sama, sehingga isomer tersebut
merupakan isomer Z.

• Isomer sebelah kanan memiliki gugus-gugus prioritas utama


pada sisi yang berlawanan, sehingga isomer tersebut
merupakan isomer E.
ATURAN 2.
Jika kedua gugus substituen yang terikat langsung pada karbon sp2
dimulai dengan atom yang sama (disebut tie), maka kita harus
bergerak ke depan dari titik ikatan dan melihat nomor atom dari
atom yang terikat pada atom tang terikat langsung pada tied atom.
Sebagai contoh, pada senyawa berikut ini, salah satu atom karbon
sp2 terikat pada Cl dan C dari gugus CH2Cl.
Cl > C, sehingga Cl memiliki prioritas yang lebih besar daripada C.
• Atom karbon sp2 yang lain terikat pada dua atom C, masing-
masing dari gugus CH2OH dan CH(CH3)2 , sehingga pada titik ini
ada tie.

• C pada gugus CH2OH terikat pada O, H, dan H, sementara C pada


gugus CH(CH3)2 terikat pada C, C, dan H.

• Dari keenam atom ini O memiliki nomor atom terbesar,


sehingga gugus CH2OH memiliki prioritas lebih besar daripada
gugus CH(CH3)2 .
ATURAN 3.
Jika satu atom (pada substituen) terikat pada atom lain melalui
ikatan rangkap 2 atau 3, maka atom tersebut dianggap seolah-olah
terikat pada 2 atau 3 atom yang sama.
Sebagai contoh, pada senyawa berikut ini, salah satu atom karbon
sp2 terikat pada gugus CH2CH3 dan CH=CH2, sementara atom
karbon sp2 yang lain terikat pada gugus CH2OH dan CCH.

tie
• Etilen merupakan senyawa organik yang paling banyak diproduksi
di dunia (80 juta ton/tahun).
• Etilen digunakan sebagai bahan baku untuk polyetilen, etanol,
asam asetat, etilen glikol, dan vynil klorida.

• Etilen juga merupakan hormon yang


mengontrol pertumbuhan dan perubahan-
perubahan lain dalam jaringan tumbuhan.
• Etilen mempengaruhi berkecambahnya
biji, kematangan bunga dan buah.
• Contoh: tomat.
Mengapa senyawa alkena reaktif?

kabut elektron The electrons in the pi bond are


spread farther from the carbon
nuclei and are more loosely held
than the si gma electro ns.
nukleofil
• Mangapa ikatan rangkap dapat bereaksi?
• Pada dasarnya, kimia organik membahas tentang interaksi
antar atom-atom yang kelebihan elektron dengan atom-atom
yang kekurangan elektron.
• Interaksi ini berupa gaya tarik yang memungkinkan terjadinya
reaksi kimia.
• Perlu adanya aturan untuk menentukan reaktivitas senyawa
organik: atom atau molekul yang kelebihan elektron akan
tertarik pada atom atau molekul yang kekurangan elektron.
• Untuk memahami bagaimana gugus fungsional bisa bereaksi,
kita harus mengenal atom atau molekul yang kelebihan
elektron dan atom atau molekul yang kekurangan elektron
• Reaktifitas senyawa alkena disebabkan oleh adanya ikatan
rangkap (ikatan ).

• Ikatan  merupakan lokasi dengan densitas elektron yang


tinggi, sehingga merupakan suatu nukleofil.

• Karena ikatan  lebih stabil daripada ikatan , maka reaksi


yang paling umum pada senyawa alkena adalah mengubah
ikatan  menjadi ikatan .

• Reaksi yang terjadi adalah reaksi ADISI ELEKTROFILIK.


MEKANISME REAKSI
+ –
CH3CH=CHCH3 + H–Br  CH3CH–CHCH3 + Br–
+ ‫׀‬
H
carbocation

CH3CH–CHCH3
‫׀‬ ‫׀‬
Br H
2-bromobutana
MEKANISME REAKSI

1. Elektron pada ikatan  alkena tertarik oleh H+ dari HBr,


sehingga ikatan HBr putus dengan Br membawa bonding
electron.
2. Elektron hanya “tercabut” dari satu atom karbon, dan masih
terikat pada satu atom karbon lainnya.
3. Dua elektron yang tadinya membentuk ikatan , sekarang
membentuk ikatan  baru antara karbon dengan hidrogen
dari HBr.
4. Hasil dari langkah ini adalah satu carbocation, karena C yang
tidak membentuk ikatan baru dengan H tidak lagi berbagi
elektron, sehingga menjadi bermuatan positif.

5. Lone pair pada ion Br– membentuk satu ikatan dengan


karbon bermuatan positif dari carbocation, sehingga
terbentuk senyawa 2-bromobutana.
CATATAN:
1. Make certain that the arrows are drawn in the direction of the
electron flow and never against the flow. This means that an
arrow will always be drawn away from a negative charge
and/or toward a positive charge.
2. Curved arrows are drawn to indicate the movement of
electrons. Never use a curved arrow to indicate the movement
of an atom. For example, you can’t use an arrow as a lasso to
remove the proton, as shown here:
3. The arrow starts at the electron source. It does not start at an
atom. In the following example, the arrow starts at the
electrons of the  bond, not at a carbon atom:
Contoh reaksi adisi elektrofilik:

CH2 = CH2 + HCl  CH3CH2Cl


etena etil klorida

H3C CH3 CH3 CH3


‫׀‬ ‫׀‬
C=C + HBr  CH3CH – CCH3
‫׀‬ ‫׀‬
H3C CH3 Br H
2,3-dimethyl-2-butene 2-bromo-2,3-dimethylbutane

+ HI 
I
cyclohexene iodocyclohexane
• Pada contoh-contoh di atas, senyawa alkena memiliki
substituen yang sama pada kedua karbon sp2.
• Sangat mudah untuk menentukan hasil reaksi: Elektrofil
(H+) mengadisi ke salah satu karbon, dan nukleofil (X–)
mengadisi pada karbon lainnya.
• Di atom karbon yang manapun elektrofil terikat, tidak ada
bedanya, karena tetap akan dihasilkan produk yang sama.
• Bagaimana jika molekul alkena memiliki substituen yang
berbeda pada kedua karbon sp2?

CH3 CH3 CH3


‫׀‬ ‫׀‬ ‫׀‬
H3C – C = CH2 + HCl  H3C – C – CH3 atau H3C – C – CH2
‫׀‬ ‫׀ ׀‬
Cl H Cl
2-methylpropene tert-butyl chloride isobutyl chloride
ATURAN MARKOVNIKOV
Dalam reaksi adisi H-X (hidrogen halida) pada senyawa alkena
yang tak simetris, maka hidrogen dari asam (H) akan terikat
pada karbon yang memiliki hidrogen paling banyak, dan halida
(X) akan terikat pada karbon dengan jumlah hidrogen lebih
sedikit.

Hidrogen akan mengadisi pada orbital hibrida sp2 dari atom


karbon yang terikat pada hidrogen yang jumlahnya lebih
banyak.

Aturan Markovnikov ini empiris, yaitu hanya berdasarkan


pengamatan karena pada waktu itu belum dikenal konsep
mekanisme reaksi.
TINJAUAN MEKANISTIK ATURAN MARKOVNIKOV

Contoh: reaksi 2-metil-butena dengan HBr


Langkah pertama adalah protonasi terhadap ikatan rangkap.
Jika proton ditambahkan pada karbon sekunder, maka akan di-
hasilkan carbocation tersier.
Jika proton ditambahkan pada karbon tersier, maka akan dihasil-
kan carbocation sekunder.
Carbocation tersier lebih stabil, sehingga reaksi pertama yang
lebih memungkinkan terjadi.

tersier sekunder primer


Mekanisme berikutnya akan menghasilkan produk akhir, yaitu
2-methyl-2-butene.
CONTOH SOAL
Apa produk utama reaksi adisi HBr pada senyawa:
CH3CH2  CH = CH2

JAWAB
Atom H dari HBr lebih “senang” mengikatkan diri pada C-1 karena
C-1 terikat pada 2 H sementara C-2 hanya terikat pada 1 H.
Atau bisa dikatakan bahwa H+ akan mengadisi pada C-1 karena
akan dihasilkan karbokation sekunder yang lebih stabil
dibandingkan karbokation primer yang terbentuk jika adisi terjadi
pada C-2.

CH3  CH2  CH  CH3


‫׀‬
Br
CONTOH SOAL
Apa produk utama reaksi adisi HBr pada senyawa:
CH3
‫׀‬
CH3 CH = CCH3

JAWAB
Atom H dari HBr lebih “senang” mengikatkan diri pada C-3
karena C-3 terikat pada 1 H sementara C-2 tidak memiliki H.

CH3
‫׀‬
CH3  CH2  C  CH3
‫׀‬
Br
CONTOH SOAL
Senyawa alkena apa yang sebaiknya digunakan untuk sintesis 3-
bromoheksana?
? + HBr  CH3CH2  CH  CH2  CH2  CH3
‫׀‬
Br
JAWAB
• Cara terbaik untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan
membuat daftar semua alkena yang dapat digunakan.
• Karena yang akan disintesis adalah alkil halida yang yang
memiliki substituen Br pada posisi C-3, maka senyawa
alkena yang digunakan harus memiliki karbon sp2 pada
posisi itu.
Ada 2 senyawa alkena yang cocok: 2-heksena and 3-heksena:

CH3CH=CHCH2CH2CH3 CH3CH2CH=CHCH2CH3
2-heksena 3-heksena

Karena ada 2 senyawa alkena yang mungkin bisa disintesisi


menjadi 2-bromoalkena, maka kita perlu melihat kemungkinan
keduanya.
Adisi H+ terhadap 2-heksena

• Adisi H+ terhadap 2-heksena dapat menghasilkan 2 macam


carbocation yang berbeda.
• Karena keduanya merupakan secondary carbocation, maka
keduanya memiliki stabilitas yang sama, sehingga keduanya
akan terbentuk dengan jumlah yang hampir sama.
• Sebagai akibatnya, setengah dari produk adalah 3-
bromoheksana dan setengahnya lagi adalah 2-
bromoheksana.
CH3CH=CHCH2CH2CH3

HBr HBr

CH3CH2CHCH2CH2CH3 CH3CHCH2CH2CH2CH3
+ +

Br– Br–

CH3CH2CHCH2CH2CH3 CH3CHCH2CH2CH2CH3
‫׀‬ ‫׀‬
Br Br
3-bromoheksana 2-bromoheksana
Adisi H+ terhadap 3-heksena

• Adisi H+ terhadap karbon sp2 yang manapun dari 2-heksena


akan menghasilkan carbocation yang sama, karena 3-
heksena merupakan senyawa alkena yang simetris.
• Sebagai akibatnya, semua produk adalah 3-bromoheksana.

HBr
CH3CH2CH=CHCH2CH3 CH3CH2CHCHCH2CH3
+

Br–
CH3CH2CHCHCH2CH3
‫׀‬
Br
 Pada tahun 1933, M. S. Kharasch dan F. W. Mayo mengamati
reaksi adisi HBr terhadap alkena dengan adanya senyawa
peroksida  ANTI MARKOVNIKOV.
 Peroksida akan membangkitkan radikal bebas yang
berperan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi adisi,
dan menyebabkan reaksi berlangsung melalui mekanisme
yang berbeda.
 Ikatan oksigen-oksigen dalam peroksida lebih lemah
sehingga dapat terpecah menjadi dua radikal.
MEKANISME REAKSI
ADISI RADIKAL HBr TERHADAP SENYAWA ALKENA TAK SIMETRIS
 Jika air ditambahkan pada senyawa alkena, maka tidak akan ada
reaksi yang terjadi karena tidak ada elektrofil yang memulai
reaksi dengan alkena.

 Ikatan OH dalam air terlalu kuat untuk melepaskan H sebagai


elektrofil  air merupakan asam yang sangat lemah.
• Apabila ke dalam campuran ditambahkan asam (misal HCl),
maka akan terjadi reaksi karena asam dapat menyediakan
elektrofil.

• H2SO4 (pKa = – 5) dan HCl (pKa = – 7) merupakan asam kuat,


sehingga dapat terdisosiasi sempurna.
• Asam yang berpartisipasi dalam reaksi adalah ion hidronium
(H3O+)
MEKANISME REAKSI (mengikuti Aturan Markovnokov)
Seperti halnya air, alkohol dapat bereaksi dengan alkena dengan
bantuan katalis asam, menghasilkan eter.
Beberapa reaksi adisi elektrofilik menghasilkan produk yang bukan
merupakan hasil adisi elektrofil pada karbon sp2 yang meiliki
jumlah hidrogen yang lebih banyak dan adisi nukleofil pada atom
karbon sp2 lainnya.

Misal adisi HBr pada 3-metil-1-butena akan memberikan hasil 2-


bromo-3metilbutana (sedikit) dan 2-bromo-2-metilbutana (hasil
utama).
Contoh lain adalah adisi HCl pada 3,3-dimetil-1-butena yang akan
menghasilkan 3-kloro-2,2-dimetilbutana (produk yang diharapkan)
dan 2-kloro-2,3-dimetilbutana (produk yang tak diharapkan). Lagi-
lagi produk yang tak diharapkan justru menjadi produk utama.
F. C. Whitmore merupakan orang yang pertama kali menjelaskan
mengapa produk yang tak diharapkan justru mendominasi. Hal itu
karena terjadinya rearrangement of the carbocation intermediate.

Carbocation mengalami penyusunan ulang hanya bila penyusunan


ulang tersebut menjadikannya lebih stabil.

Misal jika suatu elektrofil mengadisi pada 3-metil-1-butena, maka


mula-mula akan terbentuk karbokation sekunder.

Karbokation sekunder memiliki hidrogen yang dapat bergeser


bersama dengan sepasang elektronnya ke karbon di sebelahnya
yang bermuatan positif, sehingga akan dihasilkan karbokation
tersier yang lebih stabil.
Hasil dari carbocation rearrangment adalah dua alkil halida; satu
merupakan hasil adisi nukleofil pada unrearranged carbocation
dan satu dari adisi pada rearranged carbocation.

Produk utama adalah yang berasal dari rearranged carbocation.

Karena rearrangement itu dilibatkan pergeseran hidrogen dengan


sepasang elektron, maka pergeseran ini disebut hydride shift (H:–
adalah ion hidrida).

Secara khusus pergeseran itu disebut 1,2-hydride shift, karena ion


hidrida bergerak dari satu atom karbon ke atom karbon lain di
sebelahnya. (ingat bahwa ini tidak berarti hidrida berberak dari C-
1 ke C-2.)
3,3-Dimetil-1-butena mengadisi elektrofil membentuk karbokation sekunder.
Dalam hal ini gugus metil dapat bergeser bersama sepasang elektronnya ke
atom karbon yang bermuatan positif di sebelahnya sehingga dihasilkan
karbokation tersier yang lebih stabil. Pergeseran ini disebut 1,2-methyl shift.
• Shift hanya menyangkut perpindahan spesies dari satu atom karbon ke karbon
lain di sebelahnya yang kekurangan elektron. 1,3-shift tidak terjadi secara
normal.
• Jika rearrangement tidak menghasilkan karbokation yang lebih stabil, maka
carbocation rearrangement tidak akan terjadi.
• Misal jika proton diadisikan ke 4-metil-1-pentena, maka akan terbentuk karbo-
kation sekunder. 1,2-hydride shift akan menghasilkan karbokation sekunder
lainnya. Karena kedua karbokation sama stabil, maka tidak ada keuntungan
energetik pada shift ini, sehingga rearrangement ini tidak terjadi.
Halogen (Cl2, Br2, dan kadang-kadang I2) dapat mengadisi ke alkena
menghasilkan vicinal dihalide.
MEKANISME REAKSI
1. Electrophilic attack forms a halonium ion.
Molekul halogen (Br2, Cl2, atau I2) merupakan elektrofilik
dengan ikatan antara kedua atomnya relatif lemah, sehingga
mudah dipecah.
Jika molekul alkena, yang merupakan suatu nukleofil,
mendekat, maka salah satu atom halogen akan menerima
elektron, dan melepaskan elektron kerjasamanya pada atom
halogen yang lain.
Produk dari langkah pertama ini bukan suatu carbocation; tetapi
sebuah ion bromonium siklis karena kabut elektron bromin
cukup dekat dengan karbon sp2 lainnya.
Ion bromonium siklis ini lebih stabil daripada carbocation,
karena semua atom (kecuali hidrogen) dalam ion bromonium
mempunyai susunan oktet sempurna, sementara karbon yang
bermuatan positif dalam carbocation tidak memiliki susunan
oktet sempurna.
2. The halide ion opens the halonium ion.
Br– menyerang atom karbon dalam ion bromonium. Langkah
ini akan melepas strain dalam three-membered ring dan
membentuk satu vicinal dibromide.
Reaksi antara alkena dengan Br2 dan Cl2 biasanya dilangsungkan
dengan cara melarutkan alkena dan halogen dalam solven inert,
seperti diklorometana (CH2Cl2).

F2 bereaksi dengan alkena secara eksplosif, sehingga adisi F2


terhadap alkena tidak pernah dilakukan.
Adisi I2 terhadap alkena secara termodinamis kurang memungkin-
kan: vicinal diiodide tidak stabil pada temperatur kamar, terde-
komposisi kembali menjadi alkena dan I2.
Jika dalam reaksi adisi halogen ini digunakan H2O sebagai solven,
maka produk utama dari reaksi tersebut adalah vicinal halohidrin.
Halohidrin (bromohidrin atau klorohidrin) adalah senyawa organik
yang mengandung gugus halogen dan OH.
Dalam vicinal halohidrin, gugus halogen dan OH terikat pada dua
atom karbon yang berdekatan.
MEKANISME REAKSI PEMBENTUKAN HALOHIDRIN
1. Electrophilic attack forms a halonium ion.

2. Water opens the halonium ion; deprotonation gives the halohydrin


Hidrogenasi alkena merupakan reaksi reduksi; H2 mengadisi pada
ikatan rangkap sehingga terbentuk senyawa alkana.

Proses ini biasanya memerlukan katalis yang megandung Pt, Pd,


atau Ni. Pt dan Pd digunakan dalam bentuk serbuk halus yang
diadsorpsikan pada arang (Pt/C), Pd/C).

Anda mungkin juga menyukai