BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui dan memahami penyakit diabetes mellitus tipe 2.
1.3.2 Dapat mengetahui faktor penyebab dan gejala penyakit diabetes mellitus
tipe 2.
1.3.3 Dapat melakukan pencegahan dan pengobatan pada penderita penyakit
diabetes mellitus tipe 2.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat menurunkan
glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi insulin dimulai 20
menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi
sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang
normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1
tertekan, kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh
hati meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa meningkat. Secara
berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan insulin akan menurun.
Dengan demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan gangguan fase 1 yang
menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 di mana tidak terjadi
hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar insulin puasa. Pada
kadar glukosa darah puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa meningkat tajam,
akan tetapi jika kadar glukosa darah puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar
insulin tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi; pada tahap ini mulai terjadi
kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat kadar insulin
puasa dalam darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap
produksi glukosa hati khususnya glukoneogenesis mulai berkurang sehingga
produksi glukosa hati makin meningkat dan mengakibatkan hiperglikemi pada
puasa. Faktor-faktor yang dapat menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan
faktor yang didapat (acquired) antara lain menurunnya massa sel beta, malnutrisi
masa kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik
glukosa (glucose toXicity). (11)
Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap dapat
dipertahankan sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi resistensi insulin
dalam beberapa tingkatan. Pada seorang penderita dapat terjadi respons
metabolik terhadap kerja insulin tertentu tetap normal, sementara terhadap satu
atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi gangguan. Resistensi insulin
merupakan sindrom yang heterogen, dengan faktor genetik dan lingkungan
5
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang
bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes
Mellitus.
4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah
> 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit
ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko
emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam
kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
8. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan
peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini
dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan
fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan
7
haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa
dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa
lapar.
e. Gangguan saraf tepi/Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan Pada fase awal
penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong
penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat
melihat dengan baik.
f. Gatal/Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat
hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
g. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara
terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya
masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah hubungan badan,
apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
h. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik
seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
meningkatkan sensitifitas insulin.(20)
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.
a. Obat Antihiperglikemia Oral Berdasarkan cara kerjanya, obat
antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid
1. Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama memacu sekresi insulin
oleh sel beta pankreas.
2. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.
Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan Tiazolidindion
(TZD)
1. Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus
DMT2.
2. Tiazolidindion (TZD) merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator
Activated Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu reseptor inti termasuk
di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek
11
dr. Alif
SIP.455/6096/DU/416.103B/2014
Alamat: Jl. Tanjung Raya 2, No. 7- Pontianak
1) Subjektif
Nama : Lauren
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 32 tahun
Tinggi badan : 158 cm
18
Berat badan : 53 kg
Keluhan : Sering merasa lapar, sering buang air kecil, sering
merasakan haus yang berlebihan, cepat lelah dan
sering kesemutan
Riwayat penyakit : Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, dan Diabetes
sejak 2 tahun yang lalu
2) Objektif
Tekanan darah : 165/100mmHg
Gula darah sewaktu : 275mg/dL
Pengobatan saat ini : Metformin 500 mg 3 kali sehari
Captopril 12,5 mg 2 kali sehari
HCT 25 mg 1 kali sehari
Aspirin 162 mg 1 kali sehari
3) Assesment
Dari data tekanan darah pasien dapat diketahui bahwa pasien mengalami
hipertensi tipe 2
Dari nilai gula darah diketahui bahwa pasien tersebut menderita diabetes
mellitus karena nilai gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dL
Tekan darah pasien hipertensi dengan diabetes yang dianjurkan JNC VII
adalah 130/80 mmHg
hipertensi pada pasien dapat disebabkan karena diabetes melitus, resistensi
insulin, obesitas, kurangnya asupan kalsium dan kalium serta kebiasaan
merokok (pc hipertensi)
4) Plan
pasien yang menderita komplikasi hipertensi dan diabetes melitus
memerlukan pengobatan yang sesuai.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Diabetes Mellitus (DM) Tipe II merupakan penyakit hiperglikemiakibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggapsebagai non insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
2. Faktor penyebab dari DM tipe II adalah obesitas, hipertensi, riwayat keluarga
DM, dislipidemia, umur, riwayat persalinan, faktor genetik, alkohol dan
rokok. Gejala dari DM tipe 2 adalah penurunan berat badan, banyak buang air
kecil, banyak minum, banyak makan, gangguan saraf tepi/kesemutan,
gatal/bisul, gangguan ereksi, keputihan.
3. Pencegahan dan pengobatan pada penyakit DM tipe 2 adalah dengan cara
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis (oral
dan suntik)
3.2 Saran
Jika ingin mengurangi resiko terkena diabetes, maka kita harus menjaga pola
makan kita sehari-hari dan juga rajin berolahraga. Banyak penyakit dapat dicegah
dengan gaya hidup dan pola makan yang sehat. Di antaranya adalah diabetes,
yang juga salah satu penyebab utama kematian di banyak negara, termasuk di
Indonesia. Ada banyak hal yang diduga menjadi pemicu munculnya penyakit
diabetes, dan salah satu di antaranya adalah pola makan yang tidak baik. Di
samping itu, pola makan sehat juga terbukti bermanfaat mencegah terjadinya
penyakit jantung koroner, kanker, hipertensi, dan kerusakan ginjal.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Subroto, Akham. “VCO Dosis Tepat Taklukkan Penyakit”. Jakarta : Penebar
Swadaya; 2006.
10. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. “Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth”. Jakarta: EGC. 2002.
16. Harding, Anne Helen et al. “Dietary Fat adn Risk of Clinic Type Diabetes”.
A,erican Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9.
17. Hastuti, Rini Tri. “Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita
Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
[dissertation]”. Universitas Diponegoro (Semarang). 2008.
18. Agustina. “Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam
RSUD dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi
Gizi”. KTI D3. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta.
2009.
19. Brunner & Suddarth. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”. Volume II.
Edisi 8. Jakarta: EGC; 2002.