Anda di halaman 1dari 17

1.

Pengertian
a. Arthtritis adalah kelainan sendi objektif, berupa inflamasi sendi disertai tanda
inflamasi yang komplit (Smeltzer, Suzanne, C. 2002).
b. Rheumatoid arthtritis adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai system
organ, biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun episode peradangan
sendi dapat mengalami masa remisi (Sylvia, A. Price. 2006).
c. Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
walaupun manifestasi utamanya adalah poliatritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Kebanyakan orang awam
menyebut rhematoid artritis dengan sebutan Rematik atau Reumatik adalah
penyakit yang menyerang persendian. Selain menyerang persendian, penyakit
rematik juga menyerang otot dan urat (Grace, Pierce, A dan Neil R. Borley. 2007).

2. Etiologi
Penyebab utama penyakit rhematoid artritis atau rematik masih belum
diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,
lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus.
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab rhematoid artritis, yaitu:
a. Faktor genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya rheumatoid artritis. Misalnya pada
ibu dari seorang wanita dengan rheumatoid artritis pada sendi-sendi interfalang
distal terdapat dua kali lebih sering rheumatoid artritis pada sendi-sendi tersebut
dan anak - anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering
daripada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa rheumatoid arthritis.

b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena rheumatoid artritis lutut dan sendi dan lelaki lebih
sering terkena rheumatoid artritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi rheumatoid artritis kurang lebih sama
pada laki, tetapi diatas 50 tahun frekuensi rheumatoid artritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis rheumatoid artritis.
c. Infeksi
Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab rheumatoid arthtritis timbul karena onset
penyakit terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran
inflamasi yang mencolok. Agen infeksius yang diduga yaitu bakteri, mikoplasma
atau virus.
d. Faktor penuaan/umur
Pada mereka yang sudah berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai
menipis dan cairan tulang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku
dan sakit saat digerakkan. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya rheumatoid
artritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya rheumatoid
artritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Rheumatoid artritis
hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering
pada umur diatas 60 tahun.

3. Patofisiologi
Adanya hipertrofi dari villi pada sendi, penebalan jaringan synovial,
adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun , jaringan fibrosit dan pusat
nekrosis. Semuanya ini akan menghasilkan pembengkakan sendi yang amat nyeri,
baik dalam keadaan diam maupun digerakkan. Dan pembentukan pannus yang amat
cepat akan menerobos tulang rawan sendi dan seterusnya sehingga pada akhirnya
tersebut akan penuh dengan pannus yang berlapis-lapis. Bila pannus ini sudah mengisi
seluruh rongga sendi, maka pannus ini lambat laun merupakan anyaman yang saling
bertaut, sehinnga pada akhirnyaakan timbul ankylosis. Proses penerobosan pannus
kedalam tulang ini akan berlangsung terus-menerus sehingga pada suatu saat tulang-
tulang jadi rapuh dan hancur sehingga timbul deformitas, subloxasio, luxasio, bahkan
destruksi yang hebat. Akibat ini pula maka otot-otot disekitar sendi tidak digunakan
lagi dan timbul disused-atropy. Pada akhirnya penderita akan jadi cacat, dan sendi-
sendi besarnya juga mengalami ankulosis. Maka seluruh alat di badan akan diserang,
baik mata, paru, jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat. Pada paru akan menimbulkan
lung fibrosis, pada jantung menimbulkan pericarditis dan myocarditis, pada kulit
menimbulkan reumatin nodolus yang lebih besardan terdapat pada daerah insertion
dan
tot-otot atau pada daerah extensor.
Terjadi kerusaka fokal tulang rawan pembentukan tulang baru pada
sendi yang progresif tulang rawan, sendi dan tepi sendi, perubahan metabolism tulang,
peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan
sendi, penurunan kadar proteoglikan, perubahn sifat kolagen, berkurangnya kadar air
tulang rawan sendi, permukaan tulang rawa sendi terpecah belah denagn robekan,
timbul laserasi.

4. Manifestasi Klinis
Rhematoid Artritis atau rematik bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada
saat yang sama banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan
bersifat simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama
di sisi kanan tubuh juga akan meradang.
Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari
kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut dan pergelangan kaki. Sendi yang
meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat bangun
tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas.
Beberapa penderita merasa lelah dan lemah, terutama menjelang sore hari.
Sendi yang terkena akan membesar dan segera terjadi kelainan bentuk. Sendi bisa
terhenti dalam satu posisi (kontraktur) sehingga tidak dapat diregangkan atau dibuka
sepenuhnya. Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah kelingking,
sehingga tendon pada jari-jari tangan bergeser dari tempatnya. Pembengkakan
pergelangan tangan bisa mengakibatkan terjadinya sindroma terowongan karpal.
Di belakang lutut yang terkena, bisa terbentuk kista, yang apabila pecah
bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada tungkai sebelah bawah. Sekitar 30-
40% penderita memiliki benjolan keras (nodul) tepat dibawah kulit, yang biasanya
terletak di daerah sekitar timbulnya penyakit ini.
Bisa terjadi demam ringan dan kadang terjadi peradangan pembuluh darah
(vaskulitis) yang menyebabkan kerusakan saraf atau luka (ulkus) di tungkai.
Peradangan pada selaput di sekitar paru-paru (pleuritis) atau pada kantong di sekitar
jantung (perikarditis) atau peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-
paru bisa menyebabkan nyeri dada, gangguan pernafasan dan kelainan fungsi jantung.
Penyakit Still merupakan variasi dari artritis rematoid dimana yang
pertama muncul adalah deman tinggi dan gejala umum lainnya. Sindroma Felty
terjadi jika pada penderita artritis rematoid ditemukan pembesaran limpa dan
penurunan jumlah sel darah putih.
Pasien-pasien dengan Rhematoid Artritis atau rematik akan menunjukan
tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi

Gejala Extraartikular :
a. Pada jantung :
 Rheumatoid heard diseasure
 Valvula lesion (gangguan katub)
 Pericarditis
 Myocarditis
b. Pada mata :
 Keratokonjungtivitis
 Scleritis
c. Pada lympa : Lhymphadenopathy
d. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. Pada otot : Mycsitis
5. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi
(benjolan merah kecil) di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d. Terjadi splenomegali

6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
 Mengurangi asupan lemak hewani dan melakukan sesuatu sesuai dengan
kemampuan fisik.
 Memilih olahraga yang aman dan selalu melakukan pemanasan sebelumnya.
 Terus berupaya mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
b. Penatalaksanaan
 Konsultasikan penyakit rematik dengan dokter ahli reumatologi. Hal ini
sangat penting untuk menentukan penyebab rematik dan pengobatan mana
yang tepat. Apabila udah mendapatkan pengobatan yang tepat, tetap teruskan
obat-obatan sesuai dengan indikasi.
 Jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan orang lain bila sedang mengalami
nyeri atau lainnya.
 Tetap melakukan olahraga. Olahraga merupakan satu hal yang penting untuk
menjaga (bergerak). Saat menggerakkan sendi, maka pasien sudah menjaga
sendi dengan kuat dan fleksibel
 Gunakan alat bantu bila perlu. Untuk usia lanjut disarankan untuk
menggunakan tongkat pada sendi yang sakit. Selain itu gunakan sepatu yang
cocok untuk kaki anda. Dengan menggunakan sepatu yang cocok untuk
menopang anda akan mengurangi nyeri dan jatuh.
 Istirahat yang cukup. Peneliti menganjurkan jika kita tidur yang cukup dapat
mecegah kelelahan dan nyeri.
 Makan makanan yang sehat. Masih banyak penelitian yang dikerjakan
mengenai hubungan makanan dan arthritis reumatoid (rematik). Anda
dianjurkan makan makanan yang rendah lemak dan kalori, kaya akan buah,
sayuran dan gandum.
 Terapi panas dan dingin. Terapi panas dan dingin dianjurkan untuk
menghilangkan nyeri dan meningkatkan mobilitas sementara pada sendi yang
kaku. kompres panas dapat menurunkan ketegangan otot dan melancarkan
sirkulasi darah. Sedangkan compress dingin dapat mengurangi peradangan dan
pembengkakan dan sangat membantu mengurangi rasa nyeri
 Penatalaksanaan untuk rematik juga bisa dengan melakukan senam rematik.
Tujuan dari senam rematik yaitu :
1. Untuk mengatasi rasa nyeri
2. Meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh secara menyeluruh.

Prinsip Senam Rematik:

1. Pertama: Latihan Pernapasan


Duduklah dengan nyaman dan tegakkan punggung. Tarik napas melalui
hidung hingga tulang rusuk terasa terangkat dan hembuskan napas melalui
mulut seperti meniup lilin (untuk mengeceknya: letakkan tangan anda pada
bagian dada). Latihan ini sangat berguna untuk mengurangi rasa nyeri saat
rematik datang. Lakukan secara kontinu, minimal 4 set dengan istirahat
antar set 1-2 menit.
2. Jalan ditempat (8 x hitungan)
3. Tepuk tangan (8x hitungan)

4. Tepuk jari (8x hitungan )


5. Silangkan jari (8x hitungan)

6. Tepuk jempol, silangkan jempol (8x hitungan)

7. Tepuk kelingking (8x hitungan)

8. Tepuk telunjuk (8x hitungan)


9. Ketuk pergelangan tangan bagian atas bergantian kanan dan kiri (8x
hitungan)

10. Ketuk nadi (8x hitungan)

11. Tangan di rapatkan kemudian di goyang ke atas ke bawah (8x hitungan)

12. Tangan mengepal dan di lepas (8x hitungan)


13. Tepuk punggung tangan bergantian kanan dan kiri (8x hitungan)

14. Tepuk lengan sampai pundak bergantian kanan dan kiri (8x hitungan)

15. Tepuk punggung (8x hitungan)

16. Tepuk paha (8x hitungan)


17. Tepuk betis (8x hitungan)

18. Tarik nafas dengan tangan keatas dan kebawah (8x hitungan)

19. Tepuk perut ( 8x hitungan)


20. Kaki jinjit dan tangan di depan perut dengan tarik nafas (8x hitungan)

21. Pendinginan dengan tarik nafas

A. Peranan Pelaksana Pelayanan Keperawatan ( Provider of Nursing Care) pada


Lansia dengan Rheumatoid Arthtritis
1. Pengkajian fokus
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi : kekakuan pada pagi hari, keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur
atau kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun.
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stress akut atau kronis : misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor - faktor hubungan, keputusasaan dan ketidakberdayaan,
ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan
pada orang lain.
d. Makanan Atau Cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat : mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa
e. Higiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri, terasa nyeri kronis dan kekakuan
h. Keamanan
Gejala : Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,
kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi Sosial
Gejala : Kerusakan interaksi dan keluarga/orang lain : perubahan peran:
isolasi

2. Asuhan Keperawatan : Diagnosa, Intervensi dan Rasional


 Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
Kriteria hasil : nyeri hilang atau terkontrol
Intervensi :
- Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 - 10). Catat faktor -
faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
- Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
- Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
- Dorong untuk sering mengubah posisi.
- Bantu klien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas
dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
- Anjurkan klien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi - sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi.
- Berikan masase yang lembut

Kolaborasi
- Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk
seperti asetil salisilat (aspirin).
Rasional :
- Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan
program.
- Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan matras pada sendi yang sakit.
- Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi / nyeri.
- Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri
atau cedera sendi.
- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.
- Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan
dan luka dermal dapat disembuhkan.
- Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot, meningkatkan relaksasi,
mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

 Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot


Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
Intervensi :
Mandiri
- Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan
- Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin
- Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan
berjalan
- Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat
bantu

Kolaborasi
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid inflamasi sistemik akut
Rasional
- Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan
- Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum
- Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
- Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh
- Untuk mencegah peruban bentuk otot

 Diagnosa 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang


Kriteria Hasil : Mempertahankan keselamatan
Intervensi :
- Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,
mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan malam siapkan lampu panggil.
- Memantau regimen medikasi Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum
dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari
penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya

Rasional
- Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan
membebaskan keluaraga
- Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat
meningkatkan agitasi
 Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/dnyeri
Kriteria hasil : klien dapat memnuhi kebutuhan istirahat
Intervensi
Mandiri
- Kaji pola tidur
- Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stres fisik
- Anjurkan untuk tidak tidur siang
- Anjurkan untuk mematikan lampu pada saat tidur malam
- Bantu kelayan untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur

Kolaborasi :
- Berikan sedative hipnotik sesuai indikasi
Rasional :
- Mengetahui pola tidur kelayan
- Membantu mengurangi stress fisik yang dialami
- Memudahkan kelayan untuk dapat tidur di malam hari
- Agar kelayan dapat tidur
- Memberikan ketenangan saat tidur
- Membantu kelayan agar dapat tidur

 Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri


Kriteria hasil : klien ndapat melaaksanakan aktivitas perawatan sendiri secara
mandiri
Intervensi :
- Kaji tingkat fungsi fisik
- Kaji hambatan terhadap partisipasi
- Identifikasi Tingkat bantuan /dukungan yang diperlukan
- Mendukung kemandirian fisik emosional

Rasional
- Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
dalam perawatan diri
- Untuk memberikan motivasi bagi kelayan
- Identifikasi untuk modifikasi lingkungan
- Membantu kelayan agar mampu melaakukan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 5. Jakarta : EGC

Grace, Pierce, A dan Neil R. Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta :
Erlangga

Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification ( NOC ). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.

McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification ( NIC ). St.


Louise, Missouri : Mosby, Inc.

NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika


Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses


Penyakit. Vol 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne, C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK DENGAN RHEUMATOID ARTRITIS
DI WISMA ARJUNA RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
WENING WARDOYO UNGARAN

Disusun Oleh:

Arum Wahyu Anggraini

16.08.010

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA
SEMARANG
2016/2017

Anda mungkin juga menyukai