Anda di halaman 1dari 17

Konsep Dasar Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru, sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami
bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses pembelajaran yang
mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Untuk dapat memahami
proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakekat dan konsep dasar
belajar. Dengan menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, guru mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh
dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik
Sehubungan dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan
menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran
sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Apa pengertian konsep dasar belajar?
2. Apa pengertian belajar menurit para ahli?
3. Apa saja ciri-ciri belajar?
4. Apa ciri perilaku belajar?
5. Apa tujuan belajar?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar belajar.
2. Untuk mengetahui pengertian belajar menurit para ahli.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri belajar.
4. Untuk mengetahui ciri perilaku belajar.
5. Untuk mengetahui tujuan belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Belajar


Belajar adalah kunci yang paling utama dari setiap usaha pendidikan. Jadi tanpa belajar
sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar sebagai suatu proses dan belajar hampir
selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan upaya
kependidikan. Sebagai contoh psikologi pendidikan serta psikologi belajar.
Perubahan serta kemampuan untuk berubah adalah batasan serta makna yang terkandung
di dalam belajar. Hal ini disebabkan karena kemampuan berubah yang dikarenakan belajar.
Maka, manusia bisa berkembang lebih jauh dari makhluk yang lainnya sehingga dia terpilih
sebagai khalifah di bumi ini. Atau bisa jadi karena kemampuan berkembang melalui belajar itu
pula manusia secara bebas bisa mengeksplorasi serta memilih dan menetapkan keputusan-
keputusan yang penting di dalam hidup mereka.
Konsep dasar belajar merupakan kegiatan yang berposes dalam memakai unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti
bahwaberhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dijalani siswa baik pada saat dia berada di sekolah atau berada di lingkungan rumah
atau di lingkungan keluarganya sendiri. Untuk itu pemahaman yang benar tentang konsep dasar
belajar dengan segala aspek serta bentuk dan manivestasinya sangat mutlak dibutuhkan oleh para
pengajar. Adanya kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka akan proses belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin bisa mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar
yang dicapai murid.
Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa konsep dasar belajar hanya semata-mata
menghapalkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang ada dalam bentuk informasi atau materi
dalam pelajaran. Maka orang yang beranggapan seperti itu biasanya akan segera merasa bangga
saat anak-anaknya telah bisa menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang
ada di dalam buku teks atau yang di ajarkan oleh guru.Selain itu, ada juga sebagian orang yang
memandang bahwa belajar adalah latihan biasa seperti yang terlihat pada latihan membaca serta
menulis. Persepsi semacam ini biasanya membuat mereka akan merasa cukup puas jika anak-
anak mereka sudah bisa memperlihatkan keterampilan secara fisik tertentu walaupun tanpa
pengetahuan tentang arti dan hakikat serta tujuan keterampilan tersebut. (http://www.informasi-
pendidikan.com)

B. Definisi Belajar Menurut Para Ahli


Belajar menurut teori behavioristic diartikan sebagai proses perubahan tingkahlaku.
Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut
behavioristic, inti belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap stimulus
yang dating kepada dirinya.
Belajar menurut pandangan teori kognitif diartikan proses untuk membangun persepsi
seseorang dari sebuah objek yang dilihat. Oleh sebab itu, belajar menurut ini adalah lebih
mementingkan proses dari pada hasil.
Adapun menurut pandangan teori konstruktivisme belajar adalah upaya untuk membangun
pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa, oleh sebab itu belajar
menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa,
ada tiga potensi yang harus diubah malalui belajar, yaitu potensi intelektual (kognitif), potensi
moral (efektif), dan keterampilan mekanik/otot (psikomotor).
Belajar adalah kegiatan yang berposes dalam menggunakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasi; atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantuk pada proses belajar yang dialami
siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun berada di lingkungan ruman atau keluarganya
sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai belajar dengan segala aspek, bentuk,
dan menivestasinya mutlak diperlukan iloh para pendidik. Kekeliruan atau ketidak lengkapan
persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata menghapalkan atau
mengumpulkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau meteri pelajaran. Orang
yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah
mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam
buku teks atau yang di ajarkan oleh guru. (mahasiswa pai, 2010)
Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan biasa
seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini,
biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan
keterampilan jasmaniyah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan
keterampilan tersebut. Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, selanjutnya akan
disajikan beberapa defenisi dari para ahli dalam (mahasiswa pai, 2010) yang diantaranya sebagai
berikut :
S. Nasution M.A., mendefenisikan belajar sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan
latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu
tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala
aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.
Sardiman A.M. : belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya.
S. Suryabrata : belajar itu merupakan suatu perubahan berupa kecakapan baru melalui
suatu usaha tertentu. Usaha tersebut dapat diproleh melalui sebuah proses yang disebut
pendidikan.
Ngalim Purwanto : belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.
M. Dalyono : belajar itu merupakan usaha melakukan perubahan progressive dalam
tingkah laku, sikap dan perbuatan. Dengan begitu, melalui belajar anak diharapkan dapat
mengalami peningkatan kepribadian yang diinginkan.
Dr. Oemar Hamalik : belajar merupakan proses penerimaan pengetahuan yang diserap dari
lingkungan peserta didik dengan pengamatan yang dibantu melalui panca indranya.
Ahmad Thonthowi : belajar merupakan perubahan tingkah laku karena latihan dan
pengalaman.
Wasty Soemanto : belajar itu merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan
integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut H. C. dalam siregar evelin & Nara Hartini (2002) Witherington menjelaskan
pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu
pengertian.
Gage Berlinger dalam siregarevelin & Nara Hartini (2002) mendefinisikan belajar sebagai
suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Harold Spears dalam siregarevelin & Nara Hartini (2002) mengemukakan pengertian
belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar
dan mengikuti aturan.
Singer dalam siregarevelin & Nara Hartini (2002) belajar adalah sebagai perubahan
perilaku yang relative tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi
tertentu.
Siregarevelin & Nara Hartini (2002) belajar adalah proses yang kompleks yang di
dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Bertambahnya jumlah pengetahuan
2. Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi
3. Adanya penerapan pengetahuan
4. Menyimpulkan makna
5. Menafsirkan dan mengaitkan dengan realita
6. Adanya perubahan sebagai pribadi
Dari beberapa perspektif pengertian belajar adalah suatu aktifitas mental (psikis) yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat
relative konstan.

C. Ciri-ciri Belajar
1. Ciri umum belajar
Unsur-unsur Belajar
Pelaku Siswa yang bertindak belajar atau pembelajar
Tujuan Memperoleh hasil belajar dan pengalaman
hidup
Proses Internal pada diri pembelajar
Tempat Disembarang tempat
Lama waktu Sepanjang hayat
Syarat terjadi Motivasi belajar kuat
Ukuran keberhasilan Dapat memecahkan masalah
Faedah Mempertinggi martabat pribadi
Hasil Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan
pengiringan

Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah(2002:15)


dalam (Ramli, 2012) belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Menurut aliran Humanis bahwa setiap orang menentukan sendiri tingkahlakunya. Orang
bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Tidak terikat padalingkungan. Hal ini sesuai dengan
Wasty Sumanto yang dikutip dari Darsono(2000:18) dalam (Ramli, 2012) bahwa tujuan
pendidikan adalah membantu masing-masing individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri
masing-masing. Menurut pandangan dan teori Konstruktivisme (Sardiman, 2006:37) dalam
(Ramli, 2012) belajar merupakan proses aktif dari si subyek belajar untuk merekonstruksi
makna, sesuatu entah tes, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan
prosesmengasimilasi dan menghubungkan dengan pengalaman atau bagian yangdipelajarinya
dari pengertian yang dimiliki sehingga pengertiannya menjadi berkembang
Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar menurut Paul
Suparno seperti dikutip oleh Sardiman (2006: 38)dalam (Ramli, 2012) yang dijelaskansebagai
berikut:
a. Belajar mencari makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat,dengar, rasakan, dan
alami.
b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran
dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi
perkembangan itu sendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dengan
lingkungannya.
e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, tujuan,
motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yangtelah dipelajari.
Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan di atas, maka proses mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi suatu kegiatan yangmemungkinkan siswa
merekonstruksi sendiri pengetahuannya dan menggunakan pengetahuan untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu guru sangat dibutuhkan untuk membantu belajar siswa
sebagai perwujudan perannyasebagai mediator dan fasilitator. (Ramli, 2012)
Belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh
kemampuan individu.
a. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga
meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor).
b. Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman
Perubahan prilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya
dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik. Misalnya, seorang anak akan
mengetahui bahwa api itu panas setelah ia menyentuh api yang menyala pada lilin.
Di samping melalui interaksi fisik, perubahan kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui
interaksi psikis. Contohnya, seorang anak akan berhati-hati menyeberang jalan setelah ia melihat
ada orang yang tertabrak kendaraan. Perubahan kemampuan tersebut terbentuk karena adanya
interaksi individu dengan lingkungannya. Mengedipkan mata pada saat memandang cahaya yang
menyilaukan atau keluar air liur pada saat mencium harumnya masakan bukan meruapakan hasil
belajar.
Di samping itu, perubahan prilaku karena faktor kematangan tidak termasuk belajar. Seorang
anak tidak dapat belajar berbicara sampai cukup umurnya. Tetapi perkembangan kemampuan
berbicaranya sangat tergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar. Begitu juga dengan
kemampuan belajar.
c. Perubahan tersebut relatif tetap
Perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat
dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Seorang atlet yang dapat melakukan lompat galah
melebihi rekor orang lain karena minum obat tidak dapat dikategorikan sebagai hasil belajar.
Perubahan tersebut tidak bersifat menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup
permanen. (Udin S. Winataputra, dkk, 2008)dalam (Ramli, 2012)
Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa.
Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan
evaluasi pembelajaran.

D. Ciri Perilaku Belajar


Tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun tingkah laku
yang dikategorikan sebagai perilaku belajar dalam (siti, 2011) memiliki ciri sebagai berikut:
1. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya
perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Misalnya, menyadari pengetahuannya bertambah.
2. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi proses belajar berikutnya. Contoh, jika seorang
anak belajar membaca, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat membaca menjadi
dapat membaca.
3. Perubahan bersifat positif dan aktif
Perubahan dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar bersifat aktif
berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu
sendiri.
4. Perubahan bersifat permanen
Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Contoh, seorang
anak yang cakap bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan
terus dimiliki atau bahkan berkembang jika tetap dilatih.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh
pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Contoh,
seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat
dicapai dengan belajar mengetik.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan
keseluruhan tingkah laku.Misal, jika seseorang belajar sesuatu, maka perubahan akan mencakup
dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

E. Tujuan Belajar
Tujuan belajar dalam (wira, 2012) dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan
tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar
diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga
pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar
dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan
belajar atas tiga ranah, yakni:
1. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan
memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut
2. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan
sosial. Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli
tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal
tersebut.
3. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat
manual dan motorik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar adalah suatu aktifitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relative konstan.
Belajar memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) perubahan yang terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam
belajar bersifat fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan
dalam belajar tidak bersifat sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan
(6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek
kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk
memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk
tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

B. Saran
Hendaknya guru menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, agar ia dapat memahami
proses belajar yang terjadi pada diri siswa. Selain itu, agar guru juga dapat menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh
dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. (2013). Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung:
Yrama Widya.
Ramli. (2012). Hakikat dan ciri-ciri belajar. [Online].
Tersedia: http://www.blogspot.com. [25 Oktober 2015].
Siregar, E., dan Nara, H. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Siti. (2011). Pengertian Belajar [Online].
Tersedia: http://www.Wordpress. com. [03 Oktober 2015].
Pendidikan, I. (2013). Konsep Dasar Belajar. [Online]
Tersedia: http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/konsep-dasar-belajar.html
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

Ada dua faktor yang memepengaruhi belajar, yaitu :


1. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang berada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal
meliputi :
• Faktor Jasmaniah
Antara lain : kesehatan dan cacat tubuh
• Faktor Psikologis
Antara lain : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berada di luar individu yang sedang belajar. Faktor eksternal meliputi
:
• Faktor Keluarga
Antara lain : cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
• Faktor Sekolah
Antara lain : metode mengajar, kurikulum, relasi antara guru dan siswa, relasi antarsiswa, disiplin
sekolah, pelajaran, waktu, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
• Faktor Masyarakat
Antara lain : kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat,
media massa.

Menurut Muhibbinsyah, faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga macam, yaitu:
1. Faktor Internal
Meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor Eksternal
Meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Merupakan jenis upaya yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran. Menurut hasil penelitian Biggs, ada tiga bentuk dasar pendekatan belajar siswa :
• Pendekatan surface (permukaan, bersifat lahiriah)
Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar.
• Pendekatan deep (mendalam)
Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam.
• Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
Kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego enhancement yaitu ambisi
pribadi yang besar dalam meningkatakan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setingg-
tingginya.
Proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai proses “pengaturan” lingkungan dan sumber
daya yang ada agar terjadi kegiatan belajar (perubahan tingkah laku) pada siswa. Proses belajar
mengajar merupakan suatu sistem, dibangun oleh komponen-komponen yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan. Ini berarti, proses belajar mengajar bisa berlangsung secara optimal jika
seluruh komponennya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Komponen proses belajar
mengajar tersebut adalah tujuan, manusia, bahan, kegiatan belajar mengajar, metode, alat,
sumber pelajaran, evaluasi. Menurut T. Raka Joni, komponen-komponen tersebut adalah tujuan,
siswa, isi dan struktur bahan pengajaran, pengajar, ekonomi dan administrasi.

7. Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi


Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah sebuah komunikasi yang dibangun dan
dilakukan oleh guru sebagai komunikator dengan siswa sebagai komunikan. Komunikasi ini
merupakan kegiatan manusia, sesuai dengan nalurinya yang selalu ingin berhubungan satu sama
lain, saling interaksi dan saling membutuhkan. Keinginan untuk berhubungan di antara
sesamanya sesungguhnya merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok atau
bermasyarakat. Dengan adanya naluri tersebut komunikasi dapat dikatakan merupakan bagian
hakikat dari kehidupannya yang senantiasa hidup bermasyarakat. Dengan kata lain, manusia
akan kehilangan hakikatnya sebagai manusia bila ia tidak melakukan kegiatan komunikasi
dengan sesamanya. Komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses pengoperan dan
penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna. Wilbur Schramm menjabarkan
pengertian komunikasi dalam tiga komponen utama, yaitu encoder,
sign/signal, dan decoder. Encoder (pembuat sandi) adalah komunikator yang mempunyai
informasi tertentu dan benar serta mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada
kecepatan yang optimal. Sign/signal adalah pesan, berita, atau pernyataan tertentu yang ditujukan
kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok.Decoder (pemecah sandi) adalah komunikan
yang menerima pesan dan mampu memahami pesan yang diterimanya. Lebih lanjut, Claude
Shannon membuat model komunikasi yang menunjukkan peristiwa komunikasi secara lebih
rinci. Shannon melengkapai proses komunikasi dengan adanya gangguan yang terjadi saat
berkomunikasi. Gangguan ini juga akan berimplikasi pada hasil sebuah komunikasi. Berdasarkan
pemahaman komponen utama komunikasi tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan, gagasan, fakta, konsep, dan data dari sumber pesan melalui media/saluran yang sengaja
dirancang sehingga dapat diterima oleh penerima pesan atau komunikan. Dalam konteks proses
belajar mengajar, pesan yang disampaikan adalah isi pelajaran atau didikan yang ada dalam
kurikulum. Sumber pesan bisa berupa guru, siswa, orang lain atau penulis buku dan produser
media. Salurannya adalah media pembelajaran dan penerima pesannya adalah siswa atau guru.
Keberhasilan komunikasi dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi pencapaian tujuan
pembelajaran. Semakin lancar (berhasil) komunikasi dalam proses belajar mengajar semakin
mudah pencapaian tujuan. Sebaliknya, semakin tidak lancar (gagal) komunikasi dalam proses
belajar mengajar semakin sulit pencapaian tujuan. Ini berarti guru/dosen harus dapat
meminimalkan gangguan komunikasi yang selalu terjadi dalam setiap kesempatan
berkomunikasi dengan taraf yang tidak sama. Gangguan tersebu[4]t dapat dirinci menjadi
hambatan psikologis, fisik, kultural, geografis, dan lingkungan.
D. JENIS-JENIS BELAJAR

Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu

bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri masing-masing. Para

ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar antara

lain :

1. Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung

dalam kata-kata yang digunakan.

2. Belajar Kognitif

Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-

objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang

yang merupakan sesuatu bersifat mental.

3. Belajar Menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan,

sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi

yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat

kembali kealam dasar.

4. Belajar Teoritis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan}

dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk
memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan

konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan.

5. Belajar Konsep

Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang

mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi

terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.

6. Belajar Kaidah

Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual

skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih

dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.

7. Belajar Berpikir

Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi

tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan

melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode

bekerja tertentu.

Ragam belajar adalah merupakan keragaman dari metode cara seorang belajar(bias disebut gaya
belajar). Setiap orang memiliki metode belajar yang berbeda. Metode belajar bisa dibagi 3:

1. Visual

Seseorang dengan gaya belajar visual cenderung memahami sesuatu (seperti pelajaran) dengan
melihatnya secara langsung.Gaya belajar tipe visual adalah gaya belajar yang dominan dengan visual.
Berikut beberapa ciri dari belajar tipe visual:

- Berbicara dengan cepat


- Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat
- Senang terhadap seni dari pada music
- Suka mengantuk ketika mendengarkan penjelasan yang panjang lebar
2. Auditorial

Seseorang tersebut lebih mudah untuk memahami sesuatu dengan mendengarnya.Gaya belajar
auditorial adalah gaya belajar yang dominan dengan auditorial atau pendengaran. Berikut beberapa ciri
dari belajar tipe auditorial:

- Berbicara dengan diri sendiri (jawa:gremengan) saat bekerja atau belajar


- Lebih senang music dari pada seni yang melibatkan visual
- Senang berdiskusi
- Berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar

3. Kinestetik

Seseorang tersebut lebih mudah memahami sesuatu dengan bergerak (dengan praktek langsung).Gaya
belajar tipe kinestetik adalah gaya belajar yang dominan dengan praktek atau eksperimen atau yang
dapat diuji coba sendiri. Berikut beberapa ciri dari belajar tipe kinestetik:

- Berbicara dengan perlahan dan cermat


- Berorientasi pada fisik dan banyak gerak
- Menghafal sambil belajar dan melihat
- Banyak menggunakan bahasa tubuh

Dengan mengetahui karakteristik belajar siswa ini guru akan dapat memberikan bekal kepada siswanya
untuk dapat menghadapi perubahan cara atau pola belajar di tiap jenjang pendidikan.

1. Makna Keterampilan Belajar


Belajar adalah berubah merupakan definisi klasik yang masih dapat dipertahankan, karena paling
relevan dengan keberadaan sekolah sebagai agen perubahan. Definisi yang inklusive ini
mengakomodasi semua tujuan belajar, dari tujuan terendah yakni mengetahui fakta sampai ke
tujuan tertinggi yakni kemampuan memecahkan masalah. Sekolah sebagai agen perubahan dan
tempat berkembagnya aspek intelektual (head-on), moral (heart-on) dan keterampilan (hand-on)
tidak dapat direduksi hanya untuk salah satu tujuan belajar saja. Sekolah akan kehilangan makna
jika menekankan pada salah satunya dengan mengabaikan yang lain, karena tujuan awal
diadakannya sekolah ialah untuk membekali siswa dengan berbagai aspek intelektual dan
emosional yang fundamental sehingga ia cerdas, bermoral dan terampil. (Harefa, 2000)
Learning to learn, belajar untuk belajar, tumbuh dari sinergi antara intelektual dan moral yang
terekspresi dari hasil belajar otentik (actual outcomes) dalam bentuk karya dan perilaku.
Dimilikinya keterampilan belajar untuk belajar oleh siswa, dengan sendirinya akan dikuasi
sejumlah aspek lain, termasuk keterampilan untuk hidup. Keterampilan belajar bukan
keterampilan tunggal tetapi merupakan garis kontinum yang bermula dari titik awal kehidupan
dan berakhir pada akhir hidup manusia itu sendiri. Keterampilan belajar merupakan salah satu
potensi dan tugas asasi manusia yang kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi faktor eksternal.
Pendidikan adalah faktor eksternal dalam bentuk rekayasa sistematis untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas keterampilan belajar. Berbagai cara telah dilakukan para pakar untuk
menumbuhkan keterampilan belajar, diantaranya model pembelajaran berpikir yang
dikembangkan Purwadhi (2000) yang telah teruji dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan kritis yang pada akhirnya dapat menumbuhkan keterampilan belajar (skill to learn).

Pembelajaran bagi tumbuhnya keterampilan belajar juga dirasa sebagai salah satu kebutuhan
mendasar bagi negara maju dalam menyongsong era global sebagaimana penegasan Goh Chok
Tong, P.M. Singapore, pada The Singapore Expo (2001), bahwa kurikulum harus lebih
menekankan pada kemampuan berpikir kreatif dan kritis serta pemecahan masalah. Kemampuan
ini dapat tumbuh jika siswa menghargai keterkaitan antar disiplin ilmu, menggunakan prosedur
pemecahan masalah dan keterampilan berkomunikasi serta mau bekerja dalam kelompok kerja.
Dorongan terhadap siswa untuk menghargai berbagai disiplin, tertib prosedur, serta berbagai
aspek lain yang diperlukan dalam kehidupan dan interaksi dengan sesamanya menunjukan
bahwa siswa perlu memiliki berbagai keterampilan yang kompleks. Keterampilan-keterampilan
itu dapat diperoleh dari proses keterampilan belajar.

Keterampilan belajar yang pertumbuhannya memerlukan berbagai prasyarat tersebut se arah


dengan konsep “Menjadi Manusia Pembelajar” yang ditulis oleh Harefa (2000). Harefa (2000:
53) menulis apa yang diingatkan Jakob Sumardjo bahwa manusia hidup untuk belajar (learning
how to be), bukan belajar untuk hidup (learning how to do). Hidup untuk belajar searah dengan
perlunya keterampilan belajar, dan belajar untuk hidup searah dengan belajar terampil. Hidup
untuk belajar berarti mengeluarkan segenap potensi dirinya untuk membuat dirinya nyata bagi
sesamanya. Belajar untuk hidup berarti upaya mendapatkan pekerjaan. Hidup untuk belajar lebih
esensial, karena belajar bukan hanya pelatihan tetapi proses untuk menjadi diri sendiri.

Seorang yang terampil belajar ia akan menjadi pembelajar bagi dirinya yang berbasis pada
kesadaran bahwa we created by the Creator to be creature with creativity (Harefa, 2000: 119).
Bahwa kita adalah ciptaan yang dicipta oleh Sang Pencipta dan dianugerahi daya cipta untuk
mencipta. Bila seseorang telah menjadi manusia pembelajar, ia akan dapat menciptakan
organisasi pembelajar, yakni organisasi yang terus menerus memperluas kapasitas menciptakan
masa depan. Seorang pembelajar akan lebih memiliki tanggung jawab baik kepada Tuhan,
kepada diri sendiri, dan kepada sesama manusia. Seorang pembelajar akan memperoleh
keterampilan belajar dan akhirnya akan lebih manusiawi, sebagaimana penegasan Senge (dalam
Harefa, 2000: 139), bahwa dari belajar individu akan: (1) menciptakan kembali kepribadiannya,
(2) melakukan sesuatu yang baru, (3) merasakan hubungan yang lebih dalam dengan dunia, (4)
dapat memperluas kapasitas proses pembentukan kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai