Anda di halaman 1dari 22

Laporan Pendahuluan

Dengan Gangguan Sistem Reproduksi : CA Ovarium

A.DEFINISI

Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain,
panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar
ke hati dan paru-paru. (Wingo, 1995). Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun
ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat
berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi
tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-
2009).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang
berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui
gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang
sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al.
Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
b. Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada
beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar
hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan mengikat.
Peningkatan kadar hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah
bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil benzzatrene
(DMBA) akan terjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan pada tikus yang telah
dioovorektomi, Tetapi tidak menjadi tumor jiak tikus tersebut telah dihipofisektomi. Jika
ovarium yang telah diardiassi (hormonally inactivated) ditransplantasikan ke rodentia dengan
ovarium yang makin normal, tumor ovarium tidak terbentuk. Akan tetapi, jika
ditransplantasikan pada rodentia yang telah dioovorektomi, tumor ovarium akan terbentuk.
Berkurangnya resiko ca ovarium pada wanita multipara dan wanita pemakai pil kontrasepsi
dapat diterangkan dengan rendahnya kadar gonadotropin pada dua kelompok ini.
c. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal
dan sel-sel kanker ovarium.
d. Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen, progesteron
ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium. Epitel normal
ovarium mengandung reseptor progesteron. Percobaan pada kera macaque, progesteron
menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen menghambatnya.
Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada wanita pasca menopause akan
meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan
progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi,
menurunkan kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker
ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga
menurunkan resiko kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron
asetat ternyata tidak menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko


berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik
(Price, 2005;1297).
a. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan
kanker.
b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara,
menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah
menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat
mencegah. Terapi pengganti estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih
berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
c. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat dua atau
lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan
memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu:
Diet tinggi lemak
Merokok
Alkohol
Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
Nulipara
Infertilitas
Menstruasi dini
Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
Ras kaucasia > Afrika-Amerika
Kontrasepsi oral
Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi n karsinoma.
Menarche dini
C.FATOFISIOLOGI

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus,
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan
pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan
pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal.
Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas.
Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran
awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala yang
spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan
dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila
tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan
virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor , ruptur atau torsi ovarium. Namun tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
E. KLASIFIKASI
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium dikelompokkan
dalam 3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :
a. Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan diklasifikasikan
sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas
b. Tumor stroma gonad
c. Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista dermoid), tumor
ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel embrionik dan
ekstraembrionik)
Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting
untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.

Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International


of Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
a. Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
1) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel
ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas,
tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
b. Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau
kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan
peritoneum positif.
c. Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di
luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel
histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi
secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding)
dipermukaan peritoneum abdominal.
2) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah
bening negatif.
3) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening
retroperitoneal atau inguinal positif.
d. Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila
efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke
permukaan liver.
F.MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium adalah
sebagai berikut :
a. Haid tidak teratur
b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara
c. Menopause dini
d. Dispepsia
e. Tekanan pada pelvis
f. Sering berkemih dan disuria
g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut,
cepat kenyang dan konstipasi.
h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat
hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen. (Smeltzer, 2001;1570)

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic
b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP
(penanda tumor sel germinal)
d. Laparoskopi
e. Laparotomi
f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi.
h. Foto rontgen dada dan tulang
i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
j. Scan traktus urinarius
H. KOMPLIKASI
a. Torsi
b. Rupture kista
c. Perdarahan
d. Keganasan
I. PENATALAKSANAAN KLINIS
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain:
(Smeltzer, 2001;1570)
a. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal
total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-oofarektomi
bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini
b. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop
radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan
c. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya
termasuk sisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
d. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon
cemara pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk berkumpul
dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak dapat
berfungsi ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri.
Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF
(factor granulosit koloni stimulating)
e. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya
dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan
pada diafragma.
J. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar,
2006)
a. Dasar data pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,
berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi.
2) Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD
3) Integritas ego
Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misal
merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada defekasi. Perubahan
eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6) Neurosensori
Gejala : Pusing
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
8) Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
9) Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
10) Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi
seksual dini, herpes genital.
11) Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi atau tanggung
jawab peran.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi,
berat badan
1) Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil,
akomodasi.
2) Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain
3) Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
4) Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
5) Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan
6) Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit dada
7) Abdomen : kaji adanya asites
8) Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
9) Ekstremitas : kaji turgor kulit

c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat, ureum dan kreatinin
meningkat.
2) Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat
K.ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Klien Mengatakan Nyeri di Sering bergantian Nyeri
Bagian perut pasangan hygiene
seksual kurang,infeksi
DO : virus,HIV
-Terdapat nyeri tekan
- Skala nyeri 6 (0-10)
- pusing Proses peradangan
- Wajah tampak meringis

Kerusakan jaringan

Hyperplasia/metaplasia

Metastase kelenjar
limfe

Pembesaran kelenjar
limfe

Nyeri
2 DS : Klien mengatakan lemah dan Sering bergantian Gangguan nutrisi
kurang nafsu makan sering mual dan pasangan hygiene kurang dari
muntah seksual kurang,infeksi kebutuhan tubuh
virus,HIV
DO :
-klien tampak lemah
-klien hanyan menghabiskan ½ porsi Proses peradangan
makan
-BB menurun
Kerusakan jaringan

Hyperplasia/metaplasia

Senggama

Jaringan serviks rapuh

Perdarahan pasca
caitus

Terapi radiasi

System pencernaan
Mual,muntah dan
mulut kering

Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
3. DS : Klien banyak bertanya tentang Sering bergantian Ansietas
penyakit yang dideritanya pasangan hygiene
seksual kurang,infeksi
DO : virus,HIV
-Ekspresi wajah tegang dan pucat
-TTV Meningkat
(TD,Respirasi,Nadi) Proses peradangan

Kerusakan jaringan

Hyperplasia/metaplasia

Senggama

Jaringan serviks rapuh

Perdarahan pasca
caitus

Terapi radiasi
Sistem integument

Rambut rontok,kulit
kering,kulit menghitam

Ansietas
4. DS : klien mengatakan BAB terus Sering bergantian Defisit volume
menerus dan mual muntah sering pasangan hygiene cairan
seksual kurang,infeksi
DO : virus,HIV
-turgor kulit tidak elastis
-klulit kering
-membran mukosa kering Proses peradangan
-konjungtiva anemis
-BB menurun
Kerusakan jaringan

Hyperplasia/metaplasia

Senggama

Jaringan serviks rapuh

Perdarahan pasca
caitus

Terapi radiasi

Sistem integument

Rambut rontok,kulit
kering,kulit menghitam

Defisit volume cairan

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.Nyeri berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat penyakit kanker ovarium
b.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perubahan fungsi
gastrointestinal
c.Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika urinaria
d.Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic
e Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi mengenai penyakit
(kanker ovarium)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
g.Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
h. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker ke bagian tubuh yang
lain)
M.RENCANA KEPERAWATAN
No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan asuhana. Lakukan pengkajian a. Membantu membedakan
keperawatan selama nyeri secara komprehensif penyebab nyeri dan
(…x24) jam diharapkan catat keluhan, lokasi nyeri, memberikan informasi
nyeri pasien berkurang frekuensi, durasi, dan tentang kemajuan atau
atau terkontrol dengan intensitas (skala 0-10) dan perbaikan penyakit,
Kriteria Hasil : tindakan penghilangan terjadinya komplikasi dan
a. Pasien mengatakan nyeri yang dilakukan] keefektifan intervensi.
skala nyeri yang
dialaminya menurun b. Pantau tanda - tanda b. Peningkatan nyeri akan
b. Pasien melaporkan vital mempengaruhi perubahan
nyeri yang sudah pada tanda - tanda vital
terkontrol maksimal
dengan pengaruh atau c. Dorong penggunaan c. Memungkinkan pasien
efek samping minimal keterampilan manajemen untuk berpartisipasi secara
c. TTV pasien dalam nyeri seperti teknik aktif untuk mengontrol
batas normal, meliputi : relaksasi dan teknik rasa nyeri yang dialami,
Nadi normal (60 - distraksi, misalnya dengan serta dapat meningkatkan
100 x / menit) mendengarkan musik, koping pasien
Pernapasan normal membaca buku, dan
(12 - 20 x / menit) sentuhan terapeutik.
Tekanan darah d. Berikan posisi yang d. Memberikan rasa
normal (110 - 130 mmHg nyaman sesuai kebutuhan nyaman pada pasien,
/ 70 - 90 mmHg) pasien meningkatkan relaksasi,
Suhu : (360-37,50C) dan membantu pasien
d. Ekspresi wajah untuk memfokuskan
pasien tidak meringis kembali perhatiannya.
e. Pasien tampak
tenang (tidak gelisah) e. Dorong pengungkapan e. Dapat mengurangi
f. Pasien dapat perasaan pasien ansietas dan rasa takut,
melakukan teknik sehingga mengurangi
relaksasi dan distraksi persepsi pasien akan
dengan tepat sesuai intensitas rasa sakit.
indikasi untuk
mengontrol nyeri f. Evaluasi upaya f. Tujuan yang ingin
penghilangan nyeri atau dicapai melalui upaya
kontrol pada pasien kontrol adalah kontrol
nyeri yang maksimum
dengan pengaruh atau efek
samping yang minimum
pada pasien.

g. Tingkatkan tirah baring,g. Menurunkan gerakan


bantulah kebutuhan yang dapat meningkatkan
perawatan diri yang nyeri
penting

h. Kolaborasi pemberian h. Nyeri adalah komplikasi


analgetik sesuai indikasi tersering dari kanker,
meskipun respon
individual terhadap nyeri
berbeda-beda. Pemberian
analgetik dapat
mengurangi nyeri yang
dialami pasien
i. Kolaborasi untuk i. Rencana manajemen
pengembangan rencana nyeri yang terorganisasi
manajemen nyeri dengan dapat mengembangkan
pasien, keluarga, dan tim kesempatan pada pasien
kesehatan yang terlibat untuk mengontrol nyeri
yang dialami. Terutama
dengan nyeri kronis,
pasien dan orang terdekat
harus aktif menjadi
partisipan dalam
manajemen nyeri di
rumah.

j. Kolaborasi untuk j. Mungkin diperlukan


pelaksanaan prosedur untuk mengontrol nyeri
tambahan, misalnya berat (kronis) yang tidak
pemblokan pada saraf berespon pada tindakan
lain

2 Setelah diberikan asuhan a. Pantau intake makanan a. Mengidentifikasi


keperawatan selama setiap hari, biarkan kalien kekuatan atau defisiensi
(…x24 ) jam diharapkan menyimpan buku harian nutrisi
klien dapat tentang makanan sesuai
mendemonstrasikan berat indikasi
badan stabil dengan
Kriteria Hasil : b. Identifikasi klien yang b. Mual muntah
a. Berat badan pasien mengalami mual atau psikogenik terjadi sebelum
stabil. muntah yang diantisipasi kemoterapi mulai.
b. Pasien bebas dari
tanda – tanda malnutrisi. c. Ukur tinggi badan c. Membantu dalam
c. Pengungkapan (TB), berat badan (BB), identifikasi malnutrisi
pemahaman pengaruh dan ketebalan lipatan kulit protein-kalori, khususnya
individual pada masukan triseps atau dengan bila BB dan pengukuran
adekuat antropometrik lainnya. antropometrik kurang dari
d. Berpartisipasi dalam pastikan jumlah penurunan normal
intervensi spesifik untuk BB saat ini
merangsang nafsu makan
g. TTV pasien dalam d. Dorong klien untuk d. Kebutuhan metabolic
batas normal, meliputi: makan dengan diet tinggi jaringan ditingkatkan
Nadi normal : (60 - kalori kaya nutrient,
100 x / menit) dengan intake cairan yang
Pernapasan normal : ( adekuat. Dorong
12 - 20 x / menit) penggunaan suplemen dan
Tekanan darah makan sedikit tapi sering.
normal : ( 110 - 130
mmHg / 70 - 90 mmHg) e. Ciptakan suasana e. Membantu waktu
Suhu : (360-37,50C) makan malam yang makan lebih
menyenangkan, dorong menyenangkan, yang
pasien untuk berbagi dapat meningkatkan
makan dengan keluarga masukan.
atau teman.

f. Rujuk pada ahli atau f. Memberikan rencana


tim pendukung nutrisi diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan
individu dan menurunkan
masalah berkenaan dengan
malnutrisi protein atau
kalori dan defensiensi
mikronutrien.

3 Setelah diberikan asuhana. Catat keluaran urine, a. Penurunan aliran urine


keperawatan selama selidiki penurunan atau tiba-tiba dapat
(…x24) jam diharapkan penghentian aliran urine mengindikasikan adanya
pola eliminasi urine tiba-tiba obstruksi atau disfungsi
pasien kembali normal pada traktus urinarius
(adekuat) dengan Kriteria
Hasil : b. Kaji pola berkemih b. Identifikasi kerusakan
a. Tidak terjadi hematuria (frekuensi dan jumlahnya). fungsi vesika urinaria
b. Tidak terjadi Bandingkan haluaran urine akibat metastase sel-sel
inkontinensia urine dan masukan cairan serta kanker pada bagian
c. Tidak terjadi disuria catat berat jenis urine tersebut
d. Jumlah output urine
dalam batas normal (± c. Observasi dan catat c. Penyebaran kanker pada
0,5 - 1 cc / kgBB / jam) warna urine. Perhatikan traktus urinarius (salah
ada atau tidaknya satunya di vesika urinaria)
hematuria dapat menyebabkan
jaringan di vesika urinaria
mengalami nekrosis
sehingga urine yang keluar
berwarna merah karena
bercampur dengan darah

d. Observasi adanya bau d. Identifikasi tanda - tanda


yang tidak enak pada urine infeksi pada jaringan
(bau abnormal) traktus urinarius

e. Dorong peningkatan e. Mempertahankan


cairan dan pertahankan hidrasi dan aliran urine
pemasukan akurat baik

f. Awasi tanda vital. Kaji f. Indikator keseimbangan


nadi perifer, turgor kulit, cairan dan menunjukkan
pengisian kapiler, dan tingkat hidrasi
membran mukosa

g. Kolaborasi : g. Pemeriksaan diagnostik


Siapkan untuk tes dan penunjang misalnya
diagnostik, prosedur pemeriksaan retrograd
penunjang sesuai indikasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi tingkat
infiltrasi kanker pada
traktus urinarius sehingga
dapat menjadi dasar untuk
intervensi selanjutnya

h. Kolaborasi : h. Kadar BUN dan


Pantau nilai BUN dan kreatinin yang abnormal
kreatinin dapat menjadi indikator
kegagalan fungsi ginjal
sebagai akibat komplikasi
metastase sel-sel kanker
pada traktus urinarius
hingga ke organ ginjal.

4 Setelah diberikan asuhana. Kaji dan dokumenasikan


a. Mengetahui sejauh
keperawatan selama frekuensi, warna dan mana dampak dari
(…x24) jam diharapakan konsistensi feses, konstipasi itu sendiri
konstipasi pasien keluarnya flatus, adanya terhadap pasien.
menurun dengan Kriteria impaksi, ada tidaknya
Hasil : bisisng usus dan distensi
a. Pola eliminasi dalam abdomen pada ke empat
rentang yang diharapkan kuadran abdomen.
b. Feses lunak dan
berbentuk b. Identifikasi factor yang b. Dapat mempermudah
c. Mengeluarkan feses dapat menyebabkan pengobatan dan
tanpa bantuan konstipasi. penatalaksanaan yang
tepat.

c. Berikan privasi dan c. Dapat meningkatkan


keamanan untuk pasien rasa nyaman untuk pasien.
selama eliminasi defekasi.

d. Anjurkan pasien untuk d. Mengurangi rasa nyeri


meminta obat nyeri pada pasien.
sebelum defekasi untuk
memfasilitasi pengeluaran
feses tanpa nyeri.

e. Lakukan penyuluhan e. Memberikan gambaran


untuk pasien dan keluarga. kepada pasien dan
keluarga mengenai
konstipasi dan apa dan
tidak yang boleh
dilakukan.

f. Kolaborasi dengan ahli f. Mengurangi konstipasi


gizi untuk meningkatkan berkelanjutan melalui
serat dan cairan dalam diet makanan yang dicerna.

5 Setelah dilakukan asuhana. Kaji pengetahuan pasiena. Mengetahui seberapa


keperawatan selama tentang penyakit yang tingkat pengetahuan pasien
(…x24) jam diharapkan dialaminya tentang penyakitnya
pengetahuan pasien
bertambah dengan b. Berikan penkes pada b. Meningkatkan
Kriteria Hasil: pasien tentang penyakit pengetahuan pasien
a. Pasien mengerti yang dialaminya tentang penyakitnya
tentang penyakit yang (pengertian, tanda dan sehingga pasien kooperatif
dialaminya gejala, penyebab, dalam setiap tindakan
b. Pasien dapat penatalaksanaan) yang diberikan
berpartisipasi selama
proses perawatan dan c. Berikan dukungan padac. Meningkatkan semangat
pengobatan pasien pasien sehingga pasien
tidak takut dengan
penyakitnya

d. Libatkan keluarga dalamd. Membangkitkan


setiap tindakan yang akan semangat pasien sehingga
dilakukan pada pasien keluarga dan pasien bisa
saling mensupport

6 Setelah dilakukan asuhana. Kaji tingkat ansietas a. Mengetahui tingkat


keperawatan selama ansietas pasien untuk
(...x24) jam diharapkan menentukan intervensi
kecemasan pasien yang tepat
berkurang dengan
Kriteria Hasil: b. Gali penyebab ansietas b. Membantu pasien
a. Pasien tampak lebih pasien mengurangi ansietas
rileks
b. Pasien mampu c. Libatkan keluarga dalam
c. Membangkitkan
menunjukkan mekanisme setiap tindakan yang akan semangat pasien sehingga
koping yang efektif dilakukan pada pasien keluarga dan pasien bisa
saling mensupport

d. Gali intervensi yang e. Menurunkan ansietas


menurunkan ansietas pasien
(musik, latihan relaksasi)

7 Setelah dilakukan asuhana. Kaji tanda-tanda vital a. Mengetahui adanya


keperawatan selama tanda-tanda syok
(…x24) jam diharapkan
pasien tidak mengalami b. Monitor tanda-tanda b. Mengetahui adanya
perdarahan dengan perdarahan perdarahan sehingga lebih
Kriteria Hasil : dini dapat dicegah
a. Tanda-tanda vital
dalam batas normal = c. Anjurkan pasien untuk c. Menghindari adanya
(TD : 110-130/70-90 tirah baring perdarahan
mmHg, N : 60-100
x/menit, S : 36o-37,5º C,d. Kolaborasi pemberian d. Mencegah perdarahan
RR: 12-20 x/menit) antikoagulan
b. Perdarahan tidak ada

8 Setelah dilakukan asuhana. Kaji tanda-tanda vital a. Mengetahui adanya


keperawatan selama tanda-tanda syok
(…x24) jam diharapkan
pasien tidak mengalami b. Monitor tanda-tanda b. Mengetahui adanya
infeksi dengan Kriteria infeksi tanda-tanda infeksi
Hasil: sehingga lebih dini dapat
a. Tanda-tanda vital dicegah
dalam batas normal
TD : 110-130/70-90 c. Lakukan prosedur cuci c. Menghindari adanya
mmHg tangan yang benar infeksi
N : 60-100 x/menit sebelum ke pasien
S : 36o-37,5º C
RR: 12-20 x/menit d. Pertahankan tindakan d. Tindakan aseptik yang
b. Tidak terdapat tanda- aseptik setiap akan dilakukan pada pasien
tanda infeksi (kalor, melakukan tindakan untuk mencegah infeksi
tumor, rubor, perawatan ke pasien
fungsiolaesa)
c. Hasil lab terutama e. Kolaborasi pemberian e. Mencegah infeksi
WBC dalam batas antibiotik
normal (WBC = 4,9-
10,9) f. Kolaborasi pemeriksaanf. Mengetahui adanya
darah lengkap (WBC) infeksi atau tidak
g. Dorong dan pertahankang. Memenuhi kebutuhan
masukan kalori dan kalori tubuh pasien
protein dalam diet sehingga membantu
meningkatkan daya tahan
tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Donges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta : EGC

NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006 Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP

Anda mungkin juga menyukai