Disusun oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
Anggota Kelompok 1
A. Latar Belakang
Dewasa ini, telah terjadi pergeseran bahasa Indonesia menjadi bahasa gaul yang akrab
kita dengar. Bahasa gaul mayoritas diciptakan oleh pemuda bangsa Indonesia sendiri.
Fenomena bahasa gaul terjadi karena dinamika masyarakat yang kian berkembang dalam
berbagai bidang terutama teknologi. Penggunaan bahasa gaul yang kian menjamur
dikhawatirkan dapat menurunkan jati diri bangsa, derajat bahasa Indonesia dan menurunkan
eksistensi bangsa Indonesia itu sendiri. Selain bahasa gaul, banyak toko-toko yang tidak
menggunakan bahasa Indonesia sebagai namanya karena menganggap nama tersebut akan
lebih menarik pasar. Era reformasi dan demokrasi seakan membebaskan semuanya. Tidak ada
lagi anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seiring dengan
terjadinya pergeseran ranah penggunaan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa informal
pun mulai mendominasi media cetak dan eletronik. Pengguna bahasa Indonesia yang baik
dan benar terasa semakin langka, padahal Bahasa Indonesia yang telah mempersatukan
bangsa Indonesia sendiri. Jika kita tidak ingin Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing di
negeri kita sendiri maka keberadaannya senantiasa harus dipelihara, perkembangannya harus
dicermati. Pengubahan kosa kata dan struktur bahasa asing yang terserap kedalam
penggunaan sehari-hari harus terus dilakukan. Namun lembaga bahasa, para ahli bahasa dan
pencinta bahasa tidak bisa bergerak sendirian dan tidak akan mampu berjuang sendirian.
Untuk memelihara bahasa nasional memerlukan keterlibatan dan keputusan pemerintah dan
pemimpin negara.
Di era globalisasi seperti saat ini, peran orang tua dalam menjaga eksistensi bahasa
daerah sangat miris. Kebanyak para orang tua lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia
dan bahkan bahasa asing, dalam hal ini bahasa inggris dalam berkomunikasi dengan anak-
anaknya. Sehingga generasi generasi penerus bangsa saat ini adalah generasi yang sudah
diracuni oleh globalisasi dimana menjunjung-junjung tinggi bahasa nasional dan
internasional tetapi bahasa ibu sendiri mereka tidak bisa. Jika hal ini dibiarkan terus menerus,
maka pernyataan WHO tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap tahunnya akan ada bahasa
daerah yang hilang karena pemiliknya sendiri sudah merasa tidak memiliki bahasa tersebut.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku pada generasi pemuda saat ini?
C. Tujuan
Makalah ini ditulis untuk menjelaskan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah
untuk menumbuhkan semangat kebangsaan pada generasi muda.
II. Analisis Masalah
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul adalah remaja menjadi lebih
kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita
menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada
situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi
negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin
bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai
bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan
dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti
pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada
perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa
menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya
penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia
juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang
paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.
Di era yang semakin berkembang ini, dunia seakan menawarkan kehidupan yang
serba canggih, penggunaan alat-alat modern sudah menembus ke pelosok-pelosok desa. di
abad ke 21 ini mereka seakan dimanjakan oleh produk akal manusia, yang disebut sebagai
teknologi. Globalisasi disamping membawa pengaruh positif, juga memberikan dampak
negatif terhadap penggunaan bahasa daerah. Sehingga tidak sedikit dari pengamat
bahasa mengatakan “wong Jawa ilang Jawane” yang artinya adalah orang Jawa sekarang
telah luntur nilai kejawaannya.
Istilah “wong Jawa ilang Jawane” ini merangkak dari fakta mirisnya pengguna
Bahasa daerah, tidak hanya bahasa Jawa, tetapi juga untuk bahasa daerah lainnya.
Banyaknya para pemuda yang tidak paham terhadap penggunaan bahasa daerah, membuat
para lingust (ahli bahasa) dan para orang tua khawatir akan punahnya bahasa daerah
tersebut. Padahal, menciptakan suatu bahasa itu sangat sulit. Kekhawatiran mereka juga
didukung oleh adanya lembaga PBB mengatakan bahwa, bahasa didunia ini setiap 2
minggu sekali ada satu bahasa yang hilang.
Di era globalisasi seperti saat ini, peran orang tua dalam menjaga eksistensi bahasa
daerah sangat miris. Kebanyakan para orang tua lebih memilih menggunakan bahasa
Indonesia dan bahkan bahasa asing, dalam hal ini bahasa inggris dalam berkomunikasi
dengan anak-anaknya. Sehingga generasi generasi penerus bangsa saat ini adalah generasi
yang sudah diracuni oleh globalisasi dimana menjunjung-junjung tinggi bahasa nasional
dan internasional tetapi bahasa ibu sendiri mereka tidak bisa. Jika hal ini dibiarkan terus
menerus, maka pernyataan WHO tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap tahunnya akan
ada bahasa daerah yang hilang karena pemiliknya sendiri sudah merasa tidak memiliki
bahasa tersebut.
Peran pemerintah di sini juga berperan penting. Beberapa era sebelumnya, bahasa
daerah dimasukkan dalam pelajaran wajib sekolah yaitu muatan lokal (mulok). Akan
tetapi, saat ini mulok bahasa daerah sudah mulai luntur dan tergantikan oleh mulok bahasa
asing, seperti bahasa Jepang, bahasa Perancis, dan lain sebagainya. Hal ini juga secara
tidak langsung mengajarkan generasi penerus bangsa untuk berwawasan luas tetapi di lain
sisi juga membunuh karakter anak bangsa dan membuat punah bahasa daerah yang ada.
III. PEMECAHAN MASALAH
Segala sesuatu akan jadi lebih berarti apabila kita dapat mengetahui perjuangan dan
cerita terdahulu yang mendasari sesuatu itu muncul. Dengan mengetahui itu semua maka
akan muncul rasa cinta dan kebanggaan, sehingga timbul rasa kepedulian terhadap hal
tersebut. Bagitu juga dengan bahasa, tanpa kita mengetahui sejarah dan perjuangan bahasa
ini tercipta maka akan sulit bagi kita untuk mempertahankannya karena belum ada alasan
emosional yang cukup kuat untuk kita mencintai bahasa kita sendiri. Dengan mengetahui
sejarah terciptanya bahasa indonesia maka akan meningkatan wawasan dan juga kecintaan
terhadap bahasa Indonesia di hati-hati masyarakat Indonesia sendiri.
Mempelajari Bahasa Indonesia lebih dalam dapat membuat kita menjadi lebih
mengenal dan memahami bahasa Indonesia itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir
kesalahan bahasa yang sangat banyak terjadi sekarang. Memperdalam bahasa Indonesia
yang baik dan benar sejak pendidikan usia dini dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Harus ada kegiatan yang terus menerus dilakukan dengan
menggunakan bahasa Indonesia baku di kelompok-kelompok besar seperti birokrasi atau
partai-partai politik, ekonomi, militer, maupun dunia akademik (pendidikan). Dengan itu,
masyarakat akan belajar dan memakai bahasa Indonesia sesuai dengan EYD secara
efektif. Meminimalisir adanya kata yang jelas-jelas salah namun masih terus dipakai.
Mempromosikan dan membenarkan bahasa yang salah melalui media masa seperti
koran, majalah, maupun televisi. Walaupun media masa memerlukan bahasa yang santai
agar mudah diserap oleh masyarakat, namun penggunaan bahasa Indonesia yang baku
tidak boleh dikesampingkan. Membuat program bahasa Indonesia di sekolah-sekolah,
program ini harus dibuat sedemikian rupa agar siswa tertarik untuk mengikuti program
itu seperti dengan hiburan, lelucon yang seru dan lain-lain yang dapat membuat siswa
bersemangat menggunakan bahasa Indonesia baku sebagai bahasa kesehariannya. Bukan
hanya para siswa, para guru pun harus bisa mengajar dengan bahasa Indonesia yang
baku. Karena saya sudah sering melihat dan merasakan sendiri bahwa guru-guru
sekarang sudah jarang ada yang menggunakan bahasa yang baku dalam mengajar.
Dengan alasan ‘agar lebih santai’, para guru lebih memilih bahasa informal pada setiap ia
mengajar daripada bahasa baku yang lebih formal. Padahal, pendidikan merupakan
faktor utama dalam pengembangan bahasa dan pengembangan pola fikir siswa sebagai
generasi penerus.
Agar Bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa gaul, maka kita sebagai warga
Indonesia yang baik hendaknya melakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan sebelum Bahasa Indonesia benar-benar punah. Langkah-langkah yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a) Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Pembinaan Bahasa
b) Perlunya Pemahaman Terhadap Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia
yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah
bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat,
kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran.
5. Diperlukan Adanya Undang-Undang Kebahasaan
Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diharapkan masyarakat
Indonesia mampu menaati kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini
bisa dilakukan dengan membentuk lembaga swadaya yang pada tiap daerah yang
bertugas mengawasi penggunaan bahasa Indonesia.
IV. KESIMPULAN
Chaer, A. & Agustina, L. 2010. Sociolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.