Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai mahkluk sosial (homososius) memerlukan suatu tempat tinggal
untuk melakukan interaksi dengan sesamanya dan juga sebagai tempat mengembangkan
ide dan kreativitasnya. Manusia yang membentuk suatu perkumpulan, yang mana
didalamnya terjadi suatu interaksi antar sesama anggotanya disebut dengan masyarakat.
Kemudian secara alamiah jika masyarakat itu hidup rukun dan tentram sesuai dengan
hukum akal (law of reason) maka akan terbentuklah suatu negara (Jean Jacques Rousseau).
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan
dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula
adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang
demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan
konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu
keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa kedepannya.
Sebab wajah negara yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial,
kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan tidak lepas dari perubahan konstitusi yang ada.
Tulisan ini mencoba untuk memaparkan tentang pengertian negara dan konstitusi serta
bagaimana penerapan konstitusi dalam kehidupan negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah-
masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1.2.1 Apakah pengertian negara itu?
1.2.2 Apakah konstitusionalisme itu?
1
1.2.3 Bagaimana konstitusi di Indonesia?
1.2.4 Bagaimana tujuan konstitusi dalam kehidupan negara Indonesia?

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari negara.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi.
1.3.3 Untuk mengetahui konstitusi di Indonesia
1.3.4 Untuk mengetahui tujuan konstitusi dalam kehidupan negara Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat penduduk (rakyat),
wilayah yang permanen, serta pemerintahan yang sah. Sedangkan definisi negara dalam
arti luas adalah negara merupakan sosial (masyarakat/penduduk) yang telah diatur secara
konstitusional (berdasarkan undang-undang) dalam mewujudkan kepentingan bersama.
Berikut pengertian dari dari para ahli :
 Georg Jellinek : Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia
yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu.
 Prof. Mr. Kranenburg : Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa.
 Roger H. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
 Prof. R. Djokosutono, SH : Negara adalah suatu organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
 Prof. Miriam Budiardjo : Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya
ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol)
monopolistis dari kekuasaan yang sah.
 Plato : Negara adalah suatu organisasi kekuasaan manusia/masyarakat dan
merupakan sarana untuk tecapainya tujuan bersama.

Unsur-Unsur Negara

Menurut konvensi montividio yang di laksanakan pada tahun 1993 bahwa suatu
Negara harus mempunyai unsur-unsur Negara. Adapun unsur-unsur pembentukan suatu
Negara yaitu :
 Rakyat
 Wilayah

3
 Pemerintahan yang Berdaulat
 Pengakuan dari negara lain
2.2 Konstitusionalisme
Konstitusionalisme adalah suatu sistem yang terlembagakan, menyangkut
pembatasan yang efektif dan teratur terhadap tindakan-tindakan pemerintah. Gagasan
mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan
untuk merespon perkembangan peran relative kekuasaan umum dalam kehidupan umat
manusia. Konstitusionalisme sebenarnya merupakan antitesis dari paham sentralisasi yang
dulu marak berkembang di eropa pada abad pertenahan. Raja atau penguasa sebagai inti
kekuasaan memerintah dengan tangan besi, sewenang-wenang. Perkembangan sentralisme
ini mengambil bentuknya dalam doktrin ‘king-in-parliament’ yang pada pokoknya
mencerminkan kekuasaan raja yang tidak terbatas. Perkembangan ini pada akhirnya
menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan di mata rakyat yang kemudian menginginkan
reformasi konsep kekuasaan penguasa. Dari sinilah kemudian lahir istilah pembatasan
kekuasaan yang dikenal dengan istilah konstitusionalisme. Sehingga tidak heran jika
kemudian konstitusionalisme dianggap sebagai sebuah keniscayaan di zaman modern
seperti sekarang.

Basis pokoknya adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) di antara


mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan negara.
Organisasi negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka
bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan
mekanisme yang disebut negara. Kata kuncinya adalah konsensus atau ‘general
agreement’. Jika kesepakatan umum itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan
negara yang bersangkutan, dan pada gilirannya perang saudara dapat terjadi.

Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern pada


umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen:

1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or
general acceptance of the same philosophy of government). Ini berkenaan dengan

4
cita-cita bersama yang sangat menentukan tegaknya konstitusi dan
konstitusionalisme di suatu Negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada
puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan kesamaan-kesamaan
kepentingan di antara sesame warga masyarakat yang pada kenyataannya harus
hidup di tengah pluralisme atau kemajemukan.
2. Kesepakatan tentang ‘the rule of law’ sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government). Bahwa basisi pemerintahan
didasarkan atas aturan hokum dan konstitusi. Kesepakatan ke dua ini juga sangat
prinsipal karena dalam setiap Negara harus ada keyakinan bersama bahwa apapun
yang hendak dilakukan dalam konteks penyelenggaraan Negara haruslah di
dasarkan atas ‘ruke of the game’ yang ditentukan bersama.
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan
(the form of institutions and procedures). Kesepakatan ini berkenaan dengan:
a. Bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur
kekuasaannya.
b. Hubungan-hubungan antar organ negara itu dengan sama lain.
c. Hubungan antar organ-organ itu dengan warga negara.

Dengan adanya kesepakatan itu, maka isi konstitusu dapat dirumuskan dengan
mudah karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi
kenegaraaan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka
kehidupan Negara berkonstitusi.

Keseluruhan kesepakatan tersebut di atas, pada intinya menyangkut prinsip


pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang
saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara pemerintah dan warga
negara; dan Kedua: hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga
pemerintahan yang lain. Karena itu, biasanya isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur
mengenai tigal hal yang penting, yaitu:

1. Menentukan pembatasan kekuasaan organ-organ negara.


2. Mengatur hubungan antara lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain.
3. Mengatur hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dengan warga
negara.

5
2.3. Konstitusi Di Indonesia
Dalam proses hukum sekarang ini,berbagai kejadian ilmiah tentang UUD
1945.banyak orang yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD
1945.Amandemen tersebut merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945.tanpa
harus langsung mengubah UUD itu sendiri atau bias di bilang merupakan pelengkapan dan
rincian yang di jadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut.(mahfud,1999:64)

Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 didasarkan pada suatu kenyataan
sejarah selama orde lama dan orde baru bahwa penerapan terhadap pasal UUD memiliki
sifat-sifat intrerretable atau berwayuh arti sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi
kekuasaan terutama kepada presiden karena latar belakang politik ini lah maka pada orde
baru UUD 1945 di lestarikan dan di anggap bersifat keramat yang tak dapat di ganggu
gugat.

Menurut bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 adalah suatu
keeharusan karena akan mengantarkan bangsa Indonesia ketahapan yang baruu dalam
melakukan penataan terhadap ketatanegaraan.Amandemen terhadap UUD 1945 di lakukan
oleh bangsa Indonesia sejak 1999 di mana pemberian tambahan dan perubahan terhadap
pasal 9 UUD 1945 kemudian amandemen ke2 tahun 2000 disahkan tanggal 10 Agustus
2002 UUD 1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebanyak-banyak
nya partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik,sehingga di harapkan struktur
kelembagaan Negara yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Hukum Dasar Tertulis (UUD)

UUD itu rumusannya tertulis dan tidak berubah.Adapun pendapat L.C.S wade
dalam bukunya contution law,UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang
memafarkan kerangk dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintshsn suatu Negara
dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut jadi UUD itu mengatur
mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan.

UUD juga dapat dipandang sebagai lembaga/sekumpulan asas yang menetapkan


bagaimana kekuasaan tersebut bagi mereka memandang suatu Negara dari sudut kekuasaan

6
dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan.Adapun hal tersebut di bagi
menjadi tiga badan legislatif,eksekutif dan yudikatif.

UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerjasama dan


menyesuaikan diri satu sama lain.UUD merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam
satu Negara.Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa UUD 1945 bersifat singkat
dan supel,UUD 1945 hanya memilik 37 pasal,adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan
peralihan dan aturan tambahan yang mengandung makna:

1. Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok,hanya memuat grafis
besar intruksi kepada pemerintahpusat dan semua penyelenggara Negara untuk
menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan social.

2. Sifatnya harus supel (elastic)dimaksudkan bahwa kita harus senantiasa ingat bahwa
masyarakat ini harus terus berkembangdan dinamis seiring perubahaan zaman .Oleh
karena itu,makin supel sifatnya aturan itu makin baik.jadi kita harus menjaga agar
sistem dalam UUD itu jangan ketinggalan zaman.Menurut dadmowahyono ,seluruh
kegiatan Negara dapat dikelompokan menjadi dua macam penyelenggara kehidupan
Negara kesejahteraan social.

Sifat-sifat UUD

1. Oleh karena sifatnya maka rumusannya merupakan suatu hokum positif yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara maupun mengikat bagi warga
Negara.

2. UUD 1945 itu bersifat supel dan singkat karena UUD 1945 memuat aturan-aturan
pokok yang setiap kali harus di kembangkan sesuai dengan perkembangan zaman
dan memuat ham.

3. Memuat norma-norma/aturan-aturan/ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus


dilaksanakan secara kontituional.

7
4. UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang
tertinggi,disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif
yang lebih rendah dalam hirarki tertib hukum Indonesia.

2.4. Tujuan Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara

Pada umumnya hokum (Konstitusi) bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan bebagai konflik antara berbagai kepentingan
yang ada di tengah masyarakat. Tujuan dari hukum tata negara pada dasarnya sama dan
karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
Tujuan dari konstitusi hampir sama dengan hukum, namun tujuannya lebih terkait dengan
berbagai hal, diantaranya adalah sebagai berikut :

 Lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-masing.


 Hubungan antar lembaga negara
 Hubungan antar lembaga negara (pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
 Jaminan atas hak asasi manusia.
 Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan zaman.

Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi atau
paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi
atau landasan bentuk-bentuk hukum atau peraturan perundang-undangan lainnya. Sesuai
dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang
tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan dapat
diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih
tinggi tersebut.

Konstitusi menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan


selanjutnya untuk mewujudkan suatu kehendak bersama yang bertujuan untuk menciptakan
suatu kehidupan bernegara yang dicita-citakan. Sebab dapat dikatakan bahwa konstitusi
adalah sebagai monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

BAB III
PENUTUP
8
3.1 Kesimpulan
1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersamasama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu
dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
2. Konstitusionalisme adalah suatu sistem yang terlembagakan, menyangkut
pembatasan yang efektif dan teratur terhadap tindakan-tindakan pemerintah.
Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena
adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relative kekuasaan umum
dalam kehidupan umat manusia.
3. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok
(fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.
4. Pada umumnya hukum (Konstitusi) bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan bebagai konflik antara berbagai
kepentingan yang ada di tengah masyarakat.
3.2 Saran
Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah pengertian dari negara dan
konstitusi di Indonesia. Dengan mengetahui hakikat dari negara dan konstitusi, diharapkan
kita bisa menjadi warga negara yang baik dan mampu melaksanakan segala peraturan yang
tertuang dalam konstitusi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

9
Kaelan dan Zubaidi, Achmad.2012.Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi.Yogyakarta:Paradigma

10

Anda mungkin juga menyukai