PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat penduduk (rakyat),
wilayah yang permanen, serta pemerintahan yang sah. Sedangkan definisi negara dalam
arti luas adalah negara merupakan sosial (masyarakat/penduduk) yang telah diatur secara
konstitusional (berdasarkan undang-undang) dalam mewujudkan kepentingan bersama.
Berikut pengertian dari dari para ahli :
Georg Jellinek : Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia
yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu.
Prof. Mr. Kranenburg : Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa.
Roger H. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
Prof. R. Djokosutono, SH : Negara adalah suatu organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Prof. Miriam Budiardjo : Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya
ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol)
monopolistis dari kekuasaan yang sah.
Plato : Negara adalah suatu organisasi kekuasaan manusia/masyarakat dan
merupakan sarana untuk tecapainya tujuan bersama.
Unsur-Unsur Negara
Menurut konvensi montividio yang di laksanakan pada tahun 1993 bahwa suatu
Negara harus mempunyai unsur-unsur Negara. Adapun unsur-unsur pembentukan suatu
Negara yaitu :
Rakyat
Wilayah
3
Pemerintahan yang Berdaulat
Pengakuan dari negara lain
2.2 Konstitusionalisme
Konstitusionalisme adalah suatu sistem yang terlembagakan, menyangkut
pembatasan yang efektif dan teratur terhadap tindakan-tindakan pemerintah. Gagasan
mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan
untuk merespon perkembangan peran relative kekuasaan umum dalam kehidupan umat
manusia. Konstitusionalisme sebenarnya merupakan antitesis dari paham sentralisasi yang
dulu marak berkembang di eropa pada abad pertenahan. Raja atau penguasa sebagai inti
kekuasaan memerintah dengan tangan besi, sewenang-wenang. Perkembangan sentralisme
ini mengambil bentuknya dalam doktrin ‘king-in-parliament’ yang pada pokoknya
mencerminkan kekuasaan raja yang tidak terbatas. Perkembangan ini pada akhirnya
menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan di mata rakyat yang kemudian menginginkan
reformasi konsep kekuasaan penguasa. Dari sinilah kemudian lahir istilah pembatasan
kekuasaan yang dikenal dengan istilah konstitusionalisme. Sehingga tidak heran jika
kemudian konstitusionalisme dianggap sebagai sebuah keniscayaan di zaman modern
seperti sekarang.
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or
general acceptance of the same philosophy of government). Ini berkenaan dengan
4
cita-cita bersama yang sangat menentukan tegaknya konstitusi dan
konstitusionalisme di suatu Negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada
puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan kesamaan-kesamaan
kepentingan di antara sesame warga masyarakat yang pada kenyataannya harus
hidup di tengah pluralisme atau kemajemukan.
2. Kesepakatan tentang ‘the rule of law’ sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government). Bahwa basisi pemerintahan
didasarkan atas aturan hokum dan konstitusi. Kesepakatan ke dua ini juga sangat
prinsipal karena dalam setiap Negara harus ada keyakinan bersama bahwa apapun
yang hendak dilakukan dalam konteks penyelenggaraan Negara haruslah di
dasarkan atas ‘ruke of the game’ yang ditentukan bersama.
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan
(the form of institutions and procedures). Kesepakatan ini berkenaan dengan:
a. Bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur
kekuasaannya.
b. Hubungan-hubungan antar organ negara itu dengan sama lain.
c. Hubungan antar organ-organ itu dengan warga negara.
Dengan adanya kesepakatan itu, maka isi konstitusu dapat dirumuskan dengan
mudah karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan dengan institusi
kenegaraaan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka
kehidupan Negara berkonstitusi.
5
2.3. Konstitusi Di Indonesia
Dalam proses hukum sekarang ini,berbagai kejadian ilmiah tentang UUD
1945.banyak orang yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD
1945.Amandemen tersebut merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945.tanpa
harus langsung mengubah UUD itu sendiri atau bias di bilang merupakan pelengkapan dan
rincian yang di jadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut.(mahfud,1999:64)
Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 didasarkan pada suatu kenyataan
sejarah selama orde lama dan orde baru bahwa penerapan terhadap pasal UUD memiliki
sifat-sifat intrerretable atau berwayuh arti sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi
kekuasaan terutama kepada presiden karena latar belakang politik ini lah maka pada orde
baru UUD 1945 di lestarikan dan di anggap bersifat keramat yang tak dapat di ganggu
gugat.
Menurut bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 adalah suatu
keeharusan karena akan mengantarkan bangsa Indonesia ketahapan yang baruu dalam
melakukan penataan terhadap ketatanegaraan.Amandemen terhadap UUD 1945 di lakukan
oleh bangsa Indonesia sejak 1999 di mana pemberian tambahan dan perubahan terhadap
pasal 9 UUD 1945 kemudian amandemen ke2 tahun 2000 disahkan tanggal 10 Agustus
2002 UUD 1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebanyak-banyak
nya partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik,sehingga di harapkan struktur
kelembagaan Negara yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
UUD itu rumusannya tertulis dan tidak berubah.Adapun pendapat L.C.S wade
dalam bukunya contution law,UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang
memafarkan kerangk dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintshsn suatu Negara
dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut jadi UUD itu mengatur
mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan.
6
dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan.Adapun hal tersebut di bagi
menjadi tiga badan legislatif,eksekutif dan yudikatif.
1. Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok,hanya memuat grafis
besar intruksi kepada pemerintahpusat dan semua penyelenggara Negara untuk
menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan social.
2. Sifatnya harus supel (elastic)dimaksudkan bahwa kita harus senantiasa ingat bahwa
masyarakat ini harus terus berkembangdan dinamis seiring perubahaan zaman .Oleh
karena itu,makin supel sifatnya aturan itu makin baik.jadi kita harus menjaga agar
sistem dalam UUD itu jangan ketinggalan zaman.Menurut dadmowahyono ,seluruh
kegiatan Negara dapat dikelompokan menjadi dua macam penyelenggara kehidupan
Negara kesejahteraan social.
Sifat-sifat UUD
1. Oleh karena sifatnya maka rumusannya merupakan suatu hokum positif yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara maupun mengikat bagi warga
Negara.
2. UUD 1945 itu bersifat supel dan singkat karena UUD 1945 memuat aturan-aturan
pokok yang setiap kali harus di kembangkan sesuai dengan perkembangan zaman
dan memuat ham.
7
4. UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif yang
tertinggi,disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif
yang lebih rendah dalam hirarki tertib hukum Indonesia.
Pada umumnya hokum (Konstitusi) bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan bebagai konflik antara berbagai kepentingan
yang ada di tengah masyarakat. Tujuan dari hukum tata negara pada dasarnya sama dan
karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
Tujuan dari konstitusi hampir sama dengan hukum, namun tujuannya lebih terkait dengan
berbagai hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi atau
paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi
atau landasan bentuk-bentuk hukum atau peraturan perundang-undangan lainnya. Sesuai
dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang
tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan dapat
diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih
tinggi tersebut.
BAB III
PENUTUP
8
3.1 Kesimpulan
1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersamasama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu
dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
2. Konstitusionalisme adalah suatu sistem yang terlembagakan, menyangkut
pembatasan yang efektif dan teratur terhadap tindakan-tindakan pemerintah.
Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena
adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relative kekuasaan umum
dalam kehidupan umat manusia.
3. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok
(fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.
4. Pada umumnya hukum (Konstitusi) bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan bebagai konflik antara berbagai
kepentingan yang ada di tengah masyarakat.
3.2 Saran
Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah pengertian dari negara dan
konstitusi di Indonesia. Dengan mengetahui hakikat dari negara dan konstitusi, diharapkan
kita bisa menjadi warga negara yang baik dan mampu melaksanakan segala peraturan yang
tertuang dalam konstitusi secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
9
Kaelan dan Zubaidi, Achmad.2012.Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi.Yogyakarta:Paradigma
10