Anda di halaman 1dari 10

RESUME FRAKTUR TIBIA 1/3 BILATERAL PADA TN ‘M’

DI RUANG OK RSUD KOTA MATARAM

A. Masalah utama
Fraktur Tibia
B. Tinjauan Teori
1. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi
pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenal stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2012).
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Kusuma, 2015).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Arif Mansjoer, 2000).
Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang utuh (Charlene, 2001).
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner
and suddarth, 2002).
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Sylvia,
2003).
Jadi, kesimpulan Fraktur adalah suatu cedera yang mengenai tulang yang disebabkan oleh
trauma benda keras.
2. JENIS FRAKTUR
a. Fraktur komplet : Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet : Patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup : Fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka : Fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan
tulang.
e. Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f. Transversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h. Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j. Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendon pada daerah
perlekatannnya.

3. ETIOLOGI
a. Trauma
b. Gerakan pintir mendadak
c. Kontraksi otot ekstem
d. Keadaan patologis : osteoporosis, neopla
4. PATHWAYS

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

FRAKTUR

Diskontinuitas tulang
pergeseran frakmen tulang

mendesak sel saraf deformitas Perub jaringan sekitar

pelepsn histamine keruskan frakmen tlg laserasi kulit

melepaskan katekolamin krepitasi tulang perdarahan

spasme otot Putusnya vena/arteri

Ggn.rasa nyaman; tek.Ssmtlg>tinggikapiler prot.Plasma hilg nyeri

Edema bergab dg trombosit kehilgan vol.cairan

emboli

Penekn pem. Drh keruskn integrt.kulit

Menyumbat pemb drh

Penurunan perfusi jaringan


5. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma,
dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

6. TAHAP PENYEMBUHAN TULANG


a. Hematom
b. Proliferasi sel
c. Pembentukan callus
d. Ossification
e. Consolidasi dan Remedelling

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : Menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin :Ttrauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS & KEPERAWATAN


a. Recognisi : Melihat kondisi fraktur, luasnya, dan jenis frakturnya
b. Reduksi : Reduksi fraktur terbuka atau tertutup; tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
c. Imobilisasi : Dapat dilakukan dengan dengan fiksasi eksterna/interna, mempertahankan dan
mengembalikan fungsi (pemberiaan analgesik,status neurovaskuler,latihan isometric & setting
otot untuk meminimalkan atrofi otot),melaksanakan manajemen nyeri
d. Rehabilitasi

9. KOMPLIKASI
a. Malunion : Tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : Proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih
lambat dari keadaan normal.
c. Non union :Ttulang yang tidak menyambung kembali
C. AsuhanKeperawatan
Nama pengkaji : Fardanty Meisharah
1. Pengkajian
a. IdentitasDiriKlien
Nama :Tn”M”
Suku : Sasak
Umur : 54 tahun
Pendidikan : SMP
JenisKelamin : laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat :abian tubuh
Status Perkawinan : belum kawin
TanggalPengkajian : 06-03-2018
Agama : islam
SumberInformasi : klien dan catatan rekam medis
b. Alasan masuk
Klien mengatakan tulang lututnya patah.
Keluhan saatpengkajian :
Klien mengeluh nyeri post op

P : nyeri sesudah dilakukan operasi

Q : nyeri seperti di tusuk dan terasa panas

R : di tulang tibia dextra

S : nyeri sedang (4), klien tampak meringis dan memegang bagian yang sakit

T : ketika di gerakan
c. Data bio psiko social spiritual
1) Pola nutrisi
 Sebelum masuk RS : pola makan teratur, 3x sehari dengan jenis makanan nasi
sayur dan lauk pauk, minum 5-7 gelas/hari
 Saat masuk RS : klien makan dan minum seperti biasa
2) Pola eliminasi
 Sebelum masuk RS :
- BAB : 1X sehari
- BAK : 3-4X sehari
 Saat masuk RS : klien terpasang kateter urine
3) Pola istirahat
 Sebelum masuk RS : tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 6-7 jam/hari
 Saat masuk RS : pola istirahat terganggu karena adanya nyeri pada lutut
4) Pola personal hygiene
 Sebelum masuk RS : mandi 2x sehari, keramas 3-4x dalam 1 minggu, dan
mengganti pakaian setiap kali selesai mandi
 Saa tmasuk RS : klien mengatakan saat di RS klien hanya dilap saja, klien
selama di RS tidak pernah keramas dan klien mengganti pakaian 1x/hari
5) Pola aktifitas
 Sebelum masuk RS : klien mengalami kecelakaan 1 tahun yang lalu, klien
tidak bisa beraktifitas seperti mengangkat yang berat karena kaki klien terasa
sakit
 Saat masuk RS :klien tidak mampu bergerak karena nyeri pada kaki
sebelah kanan
6) Pola Rekreasi dan hiburan
 Sebelum masuk RS :biasa hanya berlibur/rekreasi saat hari besar
 saatmasuk RS : klien mengatakan tidak pernah pergi rekreasi
2. analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Nyeri post op Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri
post op
P : nyeri sesudah
dilakukan operasi
Q : nyeri seperti di tusuk
dan terasa panas
R : di tulang tibia dextra
S : nyeri sedang (4), klien
tampak meringis dan
memegang bagian yang
sakit
T : ketika di gerakan
DO :
Klien tampak meringis
dan memegang bagian
yang sakit

3. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan post
4. Intervensi
No.Dx HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
I Selasa, 06 maret 1. Mengkaji keluhan nyeri 1. Klien mau mengungkapkan
2018 (penyebab, kualitas, keluhan nyeri yang dirasakan
Jam 13.40 lokasi, skala dan waktu) baik itu penyebab, kulaitas,
WITA 2. Mengobservasi reaksi lokasi, skala dan waktu
nonverbal dari terjadinyanyeri.
ketidaknyamanan 2. Klien tampak meringis
kesakitan dantampak sering
3. Menggunakan teknik merubah posisinya
komunikasi terapeutik 3. Klien menceritakan
untuk mengetahui pengalaman nyeri yang
pengalaman nyeri klien disarasakan sebelumnya
4. Kaji kultur yang 4. Klien mengatakan faktor yang
mempengaruhi respon mempengaruhi nyerinya yaitu
nyeri karna terlalu sering bergerak
5. Mengontrol lingkungan 5. Lingkungan klien tenang, dan
yang dapat selalu mejaga supaya
mempengaruhi nyeri lingkungan tetap tenang
seperti suhu ruangan, 6. Klien tampak mengulang
pencahayaan dan teknik relaksi napas dalam
kebisingan yang diajarkan perawat
6. Mengarkan klien teknik 7. Klien diberikan obat analgesic
relaksasi dalam distraks untuk menurunkan nyeri
7. Melakukan kolaborasi
dengan dokter dalam
pemberiananalgetik
5. Evaluasi

No.Dx HARI/TANGGAL/JAM EVALUASI PARAF


I Selasa, 06 maret 2018 S : Klien mengatakan masih merasa nyeri
Jam 14.30 WITA
O:

- Klien tampak meringis


- Klien tampak lemah
TTV
TD : 135/80 mmHg S : 36,5°c
N : 84x/menitRR : 18x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1. Anjurkan klien untuk mengatu rposisi


nyaman apabila nyeri
2. Ajarkan klien teknik relaksasi dalam distraksi
3. Anjurkan klien untuk minum obat secara
teratur

Anda mungkin juga menyukai