Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi
komponen-komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis
kualitatif sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif menurut Sugiyono (14: 2015) adalah analisis data yang
digunakan bersifat kuantitatif atau bisa diukur dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang ditetapkan sebelumnya.
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur
atau senyawa kimia, baik organik maupun inorganik. Dengan kata lain analisis
kualitatif bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya zat tertentu dalam contoh
yang diuji. Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur
atau senyawa dalam suatu cuplikan atau contoh (Vogel,1985).
Dalam mempelajari analisis kualitatif terdapat di dalamnya mengenai
kation dan anion. Anion sendiri berfungsi sebagai logam apabila memiliki minimal
satu pasang ion pusat yang disebut bilangan koordinasi (Svehla, 1985).
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif, untuk analisis kualitaf kation
diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap
beberapa reagensia (Svehla, 1985).
Kimia analisis sangat penting keberadaannya dalam jurusan farmasi, karena
menurut Chang (2004), analisis kimia memainkan peranan yang penting dalam
berbagai kegiatan, mulai dari penelitian murni sampai dengan penerapan praktis
seperti pengendalian mutu (quality control) produk-produk komersial, diagnosa
penyakit, dan ilmu forensik. Berdasarkan uraian tersebut maka, dilakukan praktikum
analisis kation, anion, dan gugus fungsi tersebut.

1
1.2 Maksud Praktikum
Maksud dari percobaan kali ini yaitu penentuan anion, kation, dan gugus
fungsi menggunakan prinsip tertentu.
1.3 Tujuan Praktikum
Agar mahasiswa dapat menentukan anion, kation dan gugus fungsi dengan
menggunakan metode pengendapan, pewarnaan, dan esterifikasi.
1.4 Prinsip Praktikum
Prinsip dari percobaan ini yaitu mengidentifikasi anion dan kation yang
terdapat pada suatu unsur berdasarkan analisis kualitatif pada. Adapun prinsip dasar
yang digunakan pada analisis gugus fungsi ester yaitu menggunakan prinsip
eseterifikasi, dimana menggunakan dua senyawa inti yaitu alcohol dan asam
karboksilat dengan bantuan katalisator H2SO4 serta dilakukan dalam suasana yang
panas sehingga terbentuk gugus fungsi ester.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau
senyawa kimia, baik organik maupun inorganik. Dengan kata lain analisis kualitatif
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya zat tertentu dalam contoh yang diuji.
Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa
dalam suatu cuplikan atau contoh (Chang, 2004).
Analisis kualitatif atau disebut juga analisis jenis adalah untuk menentukan
macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisis. Dalam
melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis
maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia.
Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu maka kita lakukan analisis kualitatif terhadap
sampel cairan itu. Caranya dengan menentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut.
Misalnya menentukan warna, bau, indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan.
Begitu pula bila sampel berupa padatan, dapat ditentukan warna, bau, warna nyala,
titik leleh, bentuk kristal, serta kelarutannya (Vogel,1985).
Analisis kualitatif dikelompokkan menjadi dua. Pertama, analisis kualitatif
bahan berdasarkan karakteristik fisik (sifat fisik) dan yang kedua analisis sifat kimia
bahan (reaksi dengan H2S), yaitu analisis kation dan analisis anion (Svehla, 1985).
2.1.2 Analisis Kation
Kation adalah ion bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah atom
kehilangan satu atau lebih elektron selama reaksi kimia. Ini memiliki muatan listrik
positif, karena memiliki lebih banyak proton daripada elektron, dan akan tertarik
kepada anion, yang memiliki muatan negatif.
Kation adalah ion bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah atom
kehilangan satu atau lebih elektron selama reaksi kimia. Untuk memahami apa
artinya,akan sangat membantu untuk meninjau beberapa informasi dasar tentang

3
kimia. Memahami apa itu atom, sesuatu tentang struktur dan sifat atom, dan
kemudian apa yang terjadi selama reaksi kimia semua memberikan latar belakang
yang penting (Ismail, 1982).
Analisis kation memerlukan pendekatan yang sistematis, umumnya dilakukan
dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi (pemastian) (Ismail, 1982).
Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok kation dari
larutannya. Kelompok kation yang mengendap dipisahkan dari larutan dengan cara
sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain. Larutan yang masih
berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali membentuk kelompok
kation baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan masih berisi beberapa
kation maka kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang
lebih kecil, demikian seterusnya sehingga pada akhirnya dapat dilakukan uji spesifik
untuk satu kation ( Ismail, 1982).
Identifikasi (pemastian) kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan
melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit
mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya
dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan pengendapan
golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus
dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan
dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan (Mulyono, 2005).
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut (Mulyono, 2005) :
1. Golongan 1
Kation golongan I (Pb2+, Hg+, Ag+) membentuk endapan dengan HCl encer.
Endapan tersebut adalah PbCl2, HgCl2, dan AgCl2 yang semuanya berwarna putih.
2. Golongan II
Kation golongan II (Hg2+, Pb2+, Bi2+, Cu2+, Cd2+, As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+
, Sn4+) membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Endapan yang terbentuk adalah HgS (hitam), PbS (hitam), CuS (hitam), CdS

4
(kuning), Bi2S3 (coklat), As2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga), Sb2S2 (jingga), SnS
(coklat), SnS2 (kuning).
Kation golongan II dibagi lagi menjadi dua sub golongan berdasarkan
kelarutkan endapan tersebut dalam amonium polisolfida yaitu sub golongan tembaga
(golongan II a) dan sub golongan arsenik (golongan IIb), sulfida sub golongan
tembaga (ion Hg2+, Pb2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+) tidak larut dalam amonium polisulfida
sedangkan sulfioda sub golongan arsenik ( As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn4+) larut
membentuk garam-garam kation. Ionion golongan II B ini bersifat amfoter,
oksidasinya membentuk garam baik dengan asam maupun dengan basa. Semua
sulfida golongan II B larut dalam (NH4)2S tidak berwarna kecuali SnS.
3. Golongan III
Sebelum pengendapan golongan ini dilakukan terlebih dahulu diperiksa
adanya ion-ion pengganggu (fosfat, oksalat, dan borat).
Bila ion-ion tersebut ada maka harus dihilangkan dahulu. Kation golongan III
(Co2+, Ni2+, Fe2+, Zn3+, Mn2+, Cr3+, Al3+) membentuk endapan dengan amonium
sulfida dalam suasan netral atau aamoniakal. Endapan yang terbentuk adalah FeS
(hitam) Al(OH)3 (hijau), NiS (hitam), MnS (merah jambu) dan ZnS (putih).
4. Golongan IV
Kation golongan ini (Ca2+, Sr2+ dan Ba2+) mengendap sebagai karbonatnya
dalam suasana netral atau sedikit asam dengan adanya amunium klorida. Endapan
yang terbentuk adalah BaCO3, CaCO3, dan SrCO3 yang semuanya berwarna putih.
Garam logam alkali tanah yang digunakan untuk pemisahan satu sama lain ialah
kromat, karbonat, sulfat dan oksalat.
5. Golongan V (golongan sisa)
Kation golongan V (Mg2+, Na+, K+ dan NH4+) untuk identifikasi ion-ion ini
dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi khusus atau uji nyala, tetapi ion amonium tidak
dapat diperiksa dari filtrat IV. Kation-kation yang umum yang tidak bereaksi dengan
reagensia golongan sebelumnya meliputi Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium,
Litium dan Hidrogen.

5
2.1.3 Analisis Anion
Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan
jumlah elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu
elektron untuk mendapat ion klorida (Cl-). Natrium klorida (NaCl), yang dikenal
sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik compound) karena dibentuk dari
kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron.
Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari satu
elektron adalah Mg2+, Fe3+, S22-, dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini disebut ion
monoatomik karena ion-ion ini mengandung hanya satu atom.
Uji untuk anion hendaknya dilakukan urutan: uji sulfat, ujiuntuk zat
pereduksi, uji untuk zat pengoksid, uji dengan larutanperak nitrat, uji dengan larutan
kalsium klorida, dan uji denganlarutan besi (III) klorida (Svehla, 1979).
Perlu dilakukan uji pemastian untuk anion, seperti anion-anion: klorida,
iodide, fluorida, nitrit, nitrat, sulfida, sulfit, tiosulfat,sulfat, karbonat, hipoklorit,
klorat, kromat, arsenit, arsenat, fosfat,sianida, tiosianat, asetat, dan oksalat (Svehla,
1979).
2.1.4 Gugus Fungsi
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu
kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang
sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada
pengelompokan senyawa (Fessenden, 1986).
Sintesis alkohol menjadi ester dapat dilakukan melalui reaksi esterifikasi
menggunakan asam karboksilat dengan alkohol. Laju reaksi terhadap asam
karboksilat tergantung terutama pada efek sterik dari alkohol dan asam karboksilat.
Kuat asam dari asam karboksilat hanya memberikan sumbangan kecil dalam laju
reaksi pembentukan ester. Kenaikan kereaktifan alkohol terhadap esterefikasi adalah :
Alkohol tersier < alkohol sekunder < alkohol primer

6
Ester bertitik didih dan titik beku lebih rendah dari asam karbosilat
penyusunnya. Ester suku rendah merupakan zat cair yang berbau harum, ester bersifat
netral dan mudah terhidrolisis menjadi asam dan alkoholnya (Fessenden, 1986).
Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk
menghasilkan ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkn dari asam
karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus –COOH dan pada sebuah
ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa
jenis. Ester dapat dihasilkan dengan caara mereaksikan antara sebuah alkohol dengan
asam karboksilat, variabel yang berpengaruh adalah:
1. Suhu
Hal ini dikarenakan sifat dari reaksi yang eksotermis dan suhu dapat
memmpengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi.
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya reversibel maka salah satu perektan harus dibuat berlebih
agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan
3. Pencampuran
Dengan adanya pengadukan saat pencampuran maka molekul-molekul pereaktan
dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehinggga reaksi dapat berjalan
lebih optimal.
4. Katalis
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalis agar berjalan lebih
cepat.
5. Waktu reaksi
Jika waktu saat reaksi lebih lama maka kesempatan molekul-molekul untuk
bertumbukan semakin lebih sering. Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa
organik yang mengandung gugus karboksilat (-COOH), gugus karboksil
mngandunng gugus karbonil dan sebuah gugus hidoksil, antar aksi dari kedua
gugus ini mengakibatkan suatu keaktifan kimia yang unik dan untuk asam
karboksilat (Fessenden, 1986).

7
2.2 Uraian Bahan
1. Air suling (Dirjen POM,1995)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus struktur :

Rumus Molekul : H2O


Berat Molekul : 18.02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2. Alkohol (Dirjen POM,1995)
Nama Kimia : Etanol,
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C2H5OH


Berat Molekul : 46,068 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroformP,
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Keguaan : Sebagai Analit

8
3. Ammonia (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AMMONIA
Nama lain : Amonia
Rumus struktur :

Rumus molekul : NH3


Berat molekul : 35.05 g/mol
Pemerian : Cairan jernih tidak bewarna, bau khas, menusuk
kuat
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Pentyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.
Kegunaan : Sebagai Reagen
4. Amonium karbonat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ASAM KARBONAT
Nama lain : Ammonium carbonate
Rumus struktur :

Rumus molekul : (NH4)2CO3


Berat molekul : 96,09 g/mol
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
5. Asam asetat (Dirjen POM, 1979).
Nama resmi : ASAM ASETAT
Nama lain : Asam cuka, Asam etanoat

9
Rumus struktur :

Rumus molekul : CH3COOH


Berat molekul : 60,05 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa
asam tajam.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Analit
6. Asam sitrat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ASAM SITRAT
Nama lain : Asam hindroksi
Rumus struktur :

Rumus molekul : C6H8O7


Berat molekul : 210,14 g/mol
Pemerian : Hablur tidak berwana atau serbuk putih, tidak
berbau, rasa sangan asam, agak higroskopis,
merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : Larut dari kurang 1 bagian air dan dalam 1,5
bagian etanol(95%) P, sukar larut dalam eter P
Kegunaan : Sebagai Analit.
7. Asam klorida (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : ASAM KLORIDA
Nama lain : Klorana
Rumus struktur :

10
Rumus molekul : HCl
Berat molekul : 36,46 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan dua bagian air asap dan
bau hilang.
Kelarutan : Larut dari kurang 1 bagian air dan dalam 1,5
bagian etanol(95%) P, sukar larut dalam eter P
Kegunaan : Sebagai indikator
8. Asam sulfat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ASAM SULFAT
Nama lain : Minyak vitriol
Rumus struktur :

Rumus molekul : H2SO4


Berat molekul : 98,08 g/mol
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna, ditambahkan kedalam air menimbulkan
panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai katalisator
9. Kalium kromat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : KALIUM KROMAT
Rumus Molekul : K2CrO4
Berat molekul : 194 gr/mol
Pemerian : Hablur kuning
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : Sebagai Indikator

11
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kimia Analasisi dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Maret 2018
pukul 07.00 WITA sampai dengan selesai.Bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi,
Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Cawan porselin, Corong gelas, Erlenmeyer, Gelas ukur, Kaca arloji, Pembakar
Bunsen, Penjepit, Pipettetes, Rak tabung reaksi, Spatula, Tabung reaksi
3.2.2. Bahan
Amoniak, Alkohol, Alumunium, Asam asetat, Asam sitrat, HCl, H2SO4,
Kalium kromat, Kertas saring
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Analisis Kation
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Membersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Mengukur sampel yang akan digunakan dengan gelas ukur sebanyak 5
ml dan dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi.
4. Meletakkan sampel di rak tabung reaksi
5. Menambahkan sampel dengan HCl sebanyak 7-10 tetes.
6. Mengamatis ampel yang terjadi endapan.
3.3.2. Analisis Kation Golongan 1
1. Memisahkan antara residu dan filtrate dari sampel yang terjadi endapan
dengan menggunakan kertas saring.
2. Menyiapkan tiga kaca arloji dan residu di bagi tiga dan di masukkan ke
dalam masing-masing kaca arloji dengan menggunakan spatula.
3. Menambahkan residu dengan aquadest.

12
4. Menambahkan reagen K2Cr4 untuk menganalisis Ag,, air panas untuk
menganalisis Pb dan amoniak untuk menganalisis Hg pada setiap residu.
5. Mengamati perubahan yang terjadi.
3.3.3. Analisis Gugus Fungsi
1. Sampel asam sitrat
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Membersihkan alat dan bahan dengan alkohol 70%.
c. Mengukur asam sitrat sebanyak 5 ml.
d. Meletakkan tabung di rak tabung.
e. Menambahkan alkohol sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi yang
berisi asam sitrat.
f. Menambahkan H2SO4 sebanyak 7-10 tetes ke dalam tabung reaksi
yang berisi asam sitrat dan alkohol.
g. Memanaskan sampel di atas api bunsen.
h. Mengamati aroma yang ditimbulkan dari reaksi.
2. Sampel asam asetat
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Membersihkan alat dan bahan dengan alkohol 70%.
c. Mengukur asam asetat sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi.
d. Meletakkan tabung di rak tabung.
e. Menambahkan alcohol sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi yang
berisi asam asetat.
f. Menambahkan H2SO4 sebanyak 7-10 tetes ke dalam tabung reaksi
yang berisi asam asetat dan alkohol.
g. Memanaskan sampel di atas api bunsen.
h. Mengamati aroma yang ditimbulkan dari reaksi.

13
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Analisis Kation
Perlakuan
No Sampel + + + + Gambar Pengamatan Kesimpulan
HCl H2S (NH4)2S (NH4)2CO3
1. Sampel - - - - Tidak Sampel A
A terjadi tidak
endapan mengandung
kation

2. Sampel - - - - Tidak Sampel B


B terjadi tidak
endapan mengandung
kation

3. Sampel √ - - - Terdapat Sampel A


C filtrat dan mengandung
residu kation

4.1.2 Analisis Kation Golongan 1


No Sampel Perlakuan Gambar Pengamatan Kesimpulan
1. Sampel Ditambahkan Air Residu tidak - Pb
C Panas larut dalam air
panas

14
2. Sampel Ditambahkan Residu tidak - Hg
C Amoniak mengalami
perubahan
warna

3. Sampel Ditambahkan Residu + Ag


C K2CrO4 mengalami
perubahan
warna (Merah
Bata)

4.1.3 Analisis Gugus Fungsi


No Sampel Perlakuan Gambar Pengamatan Kesimpulan
1. Sampel - Ditambahkan Memiliki aroma Terjadi
Asam alkohol dan ester yang kuat proses
Sitrat H2SO4 (Aroma khas esterifikasi
- Dipanaskan di ester)
atas pembakar
bunsen
2. Sampel - Ditambahkan Memiliki aroma Terjadi
Asam alkohol dan ester yang lemah proses
Asetat H2SO4 (Aroma khas esterifikasi
- Dipanaskan di ester)
atas pembakar
bunsen

15
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kimia analisis kali ini, yang menjadi pembahasan adalah
analisis kation dan anion yang dilakukan secara kualitatif. pada praktikum ini pertama
kita menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian dibersihkan dengan
alkohol 70%. Setelah itu sampel yang belum diketahui ditambahkan HCl sebanyak 7
tetes untuk melihat apakah terjadi endapan atau tidak pada sampel A, B dan C.
Tujuan penambahan HCl pada analisis kation ini yaitu untuk mempercepat
pengendapan (Svehla, 1979)
Sampel C mengalami perubahan berupa terbentuknya endapan putih yang
menandakan bahwa pada sampel C terdapat kation golongan 1 sedangkan sampel A
dan B tidak. kemudian dilanjutkan dengan penambahan Amonium karbonat pada
sampel A dan B. alasan menambahkan Amonium karbonat untuk mengidentifikasi
apakah dalam sampel tersebut mengandung kation golongan 2 (Svehla, 1979)
Sampel C yang membentuk endapan kemudian ditindaklanjuti dengan
memisahkan endapan dan filtratnya untuk menentukan kation apa yang berada
didalamnya, endapan tersebut dibagi 3 dan diberikan 3 perlakuan yang berbeda, yang
pertama ditetesi dengan air panas, alasan mengapa ditetesi dengan air panas karena
endapan PbCl2 akan larut dengan kenaikan suhu. Karena itu PbCl2 dapat dipisahkan
dari kedua kation yang lain dengan menambahkan air panas kemudian
memisahkannya dari larutan (Sahirman, 2013).
Endapan kedua dengan menggunakan ammonia, alasan ditambahkan Ammonia
karena endapan Hg+ tidak akan larut dalam Ammonia dan akan membentuk endapan
berwarna jingga (Sahirman, 2013).
Sampel yang ketiga ditambahkan dengan kalium kromat. Alasan penambahan
kalium kromat yaitu apabila ion klorida yang telah habis diendapkan oleh ion perak,
ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah
bata. Pada residu yang ketiga ini terjadi perubahan warna menjadi merah bata yang
menunjukkan bahwa endapan tersebut positif mengandung Ag, sedangkan pada yang
pertama dan kedua tidak menimbulkan efek (Svehla, 1985).

16
Ag+ + Cl‒ AgCl
Hg22+ + 2Cl‒Hg2Cl2
Pb2+ + 2Cl‒PbCl2
Ag+ + K2CrO4 → AgK2CrO4
Pada praktikum kali ini juga dilakukan analisis gugus fungsi dengan cara
menambahkan asam sitrat dan asam asetat dengan alkohol dan asam sulfat yang
berperan sebagai katalisator kemudian dipanaskan menggunakan api bunsen,
perlakuan tersebut menghasilkan aroma khas ester. Hal ini disebabkan karena Ester
dalam asam dan alkohol yang berbobot molekul rendah, berbau enak. Asam asetat
menghasilkan aroma ester yang lemah sedangkan asam sitrat menghasilkan aroma
ester yang kuat (Zumdahl, 1990).
Asam Asetat dengan Etanol
CH3COOH + C2H5OH → CH3COOC2H5 + H2O
Asam Sitrat dengan Etanol
C6H8O7 + 6C2H5OH → 2C6H8COOC2H5 + 9H2O
Aroma tersebut berasal dari pembentukan gugus ester, aroma pada asam sitrat
lebih kuat karena mengandung lebih banyak gugus ester dibandingkan asam asetat
(Andari Palwa, 2016)

17
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
5.2.1 Jurusan
Diharapkan untuk dapat menambah jumlah alat-alat lab agar waktu praktikum
lebih efektif.
5.2.2 Laboratorium
Diharapkan adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar lebih
lengkap sehingga jalannya praktikum dapat terlaksana dengan baik dan seseuai
dengan yang di inginkan.
5.2.3 Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih ditingkatkan
dengan banyak memberi materi atau pengetahuan mengenai yang akan dipraktikkan
di laboratorium kimia farmasi.

18

Anda mungkin juga menyukai