“SKABIES”
Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK
Disusunoleh :
IRINE KAREN OKTAVIANI 1620221208
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Irine Karen Oktaviani 1620221208
Mengetahui,
Pembimbing
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat
yang telah diberikan sehingga laporan presentasi kasus dengan judul “Skabies” ini
dapat diselesaikan.
Laporan presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di Kepaniteraan
Klinik SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK selaku dosen pembimbing;
2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto;
3. Orang tua serta keluarga penulis atas doa dan dukungan yang tidak pernah henti
diberikan kepada penulis;
4. Rekan-rekan co-assisten Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin dari FK UPN dan FK Unsoed.
5. Seluruh pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas ini.
Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih
memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penyusunan presentasi kasus di masa yang akan datang. Semoga
laporan presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam
maupun di luar lingkungan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 3 tahun
Alamat : Purwokerto
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 29 November 2017
No. CM : 02011***
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Gatal pada kuku jari tangan
Keluhan Tambahan : kuku tangan kiri dan ibu jari kaki keropos
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik RSMS dengan keluhan bintil-bintil yang terasa
gatal terutama pada sela jari kedua tangan, jari-jari kedua kaki, perut, dan
bokong 2 minggu SMRS. Bintil kemerahan sebesar ujung jarum pentul
dirasakan berawal dari sela jari tangan kanan kemudian semakin banyak dan
meluas ke telapak tangan selain itu di kaki serta perut dan di bokong muncul
keluhan bintil merah kecil. Keluhan gatal dirasakan sepanjang hari dan semakin
hebat terutama pada malam hari sehingga membuat pasien menggaruk kulit
hingga timbul luka lecet. Untuk mengurangi keluhan gatal, ibu pasien
mengoleskan caladine ke tempat yang gatal.
Pasien sudah pergi berobat ke puskesmas dekat rumahnya dan hanya diberi
hidrokortison topical dan keluhan tidak membaik. Tidak terdapat keluhan
demam. Riwayat alergi seperti asma, alergi makanan, dan alergi obat serta
benda asing disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Riwayat keluhan yang sama disangkal
b. Riwayat sakit kulit diakui gatal-gatal setelah mengkonsumsi makanan
maupun obat tertentu.
c. Riwayat alergi obat disangkal
d. Riwayat asma disangkal
e. Riwayat trauma pada kuku disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Riwayat keluhan yang sama disangkal
b. Riwayat sakit kulit disangkal
c. Riwayat alergi (makanan seperti udang, ikan laut, telur, debu, maupun obat-
obatan) disangkal
d. Riwayat asma disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien yang masih berusia 3 tahun belum bersekolah lebih sering
menghabiskan waktu bermain di dalam rumah, dan diketahui kakaknya
menderita keluhan yang sama lebih dahulu. Selain kakak, ibu pasien juga
mengaku memiliki keluhan muncul bintil kecil di sela jari tangan yang juga
terasa gatal terutama pada malam hari.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : BB: 15 kg, TB: 100 cm (normoweight)
Vital Sign :
Nadi : 120 x/menit
Pernafasan : 36 x/menit
Suhu : 36,2oC
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, Murmur (-), Gallop(-)
Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
KGB : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema ( ), sianosis ( )
Status Dermatologi
Lokasi : Regio manus et pedis dextra et sinistra, regio
abdomen, dan gluteus
Efloresensi : Papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas tegas
membentuk kanalikuli dengan pustule dan
ekskoriasi
E. Resume
Pasien, laki-laki 3 tahun, datang ke poliklinik RSMS diantar oleh ibunya
dengan keluhan bintil-bintil yang terasa gatal terutama sela jari kedua tangan,
jari-jari kedua kaki, perut, dan bokong 2 minggu SMRS. Bintil kemerahan
sebesar ujung jarum pentul dirasakan berawal dari sela jari tangan kanan
kemudian semakin banyak dan meluas ke telapak tangan dan muncul juga di
area jari kaki serta perut dan bokong. Keluhan disertai rasa gatal terutama di
malam hari sehingga pasien selalu ingin menggaruk sehingga muncul luka lecet
dan bernanah. Pasien tidak memiliki demam sebelumnya. Pasien yang belum
bersekolah lebih banyak menghabiskan waktu bermain di rumah diduga tertular
oleh kakaknya yang mengalami keluhan serupa lebih dahulu. Riwayat penyakit
yang sama sebelumnya disangkal. Tidak ada riwayat penyakit kulit, riwayat
alergi maupun asma pada pasien. Berdasarkan status dermatologis, terdapat
papul eritema multipel, bentuk bulat, berbatas tegas, pustul, ekskoriasi, krusta
pada regio interdigitalis, palmar, dan pedis dekstra et sinistra, abdomen serta
gluteus.
F. Diagnosa Kerja
Skabies
G. Diagnosis Banding
1. Prurigo
2. Pedikulosis korporis
3. Dermatitis kronis
J. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad cosmeticum : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi terhadap terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya.3
II.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei var hominis berkembang biak hanya pada kulit
manusia. Sarcoptes scabiei merupakan Arthropoda yang masuk ke dalam
kelas Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili
Sarcoptidae. Sarcoptes scabiei merupakan tungau putih, kecil, transparan,
berbentuk bulat agak lonjong, punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata. Tungau betina besarnya 2 kali daripada yang jantan. Adapun jenis
Sarcoptes scabei var. animalis yang kadang-kadang bisa menulari manusia
terutama bagi yang memelihara hewan peliharaan seperti anjing1,3,4
II.3 Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit
ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit ini
banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai
semua u mur. Insidens sama pada pria dan wanita8.
Insidens skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang
sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemi
dan permulaan epidemi berikutnya kurang le bih 10-15 tahun. Beberapa faktor
yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, higiene yang jelek,
seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi, dan derajat
sensitasi individual.
II.7 Diagnosis
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta , dan infeksi
sekunder. Di daerah tropis, hampir setiap kasus skabies terinfeksi
sekunder oleh Streptococcus aureus atau Staphylococcus pyogenes.
Diagnosis ditegakkan atas dasar:
1. Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus
atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm,
dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau pustula .
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, dan genitalia
eksterna pria. Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan
kepala, kecuali pada penderita immunosupresif, sedangkan pada
bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.
3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal
yang efektif.
4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota
keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal
pada malam hari disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih
tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.
5. Diagnosis pasti baru dapat ditega kkan bila ditemukan kutu dewasa,
telur, larva dari dalam terowongan. Cara mendapatkannya adalah
dengan membuka terowongan dan mengambil parasit dengan
menggunakan pisau bedah atau jarum steril. Kutu betina akan
tampak sebagai bintik kecil gelap atau keabua n di bawah vesikula.
Di bawah mikroskop dapat terlihat bintik mengkilat dengan
pinggiran hitam.
II.9 Penatalaksanaan
Pilihan obat scabisida harus memperhitungkan efektivitas dan toksisitas.
Penatalaksanaan juga harus melibatkan orang-orang yang berhubungan dekat
atau pasangan seksual. Adapun syarat obat yang ideal adalah yang efektif
terhadap semua tungau, tidak menimbulkan iritasi, tidak bersifat toksik, tidak
berbau, tidak kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan harganya pun relatif murah.2,3
Pengobatan standar skabies pada manusia yang sering diberikan adalah
bensil bensoat, crotamiton, lindan, permetrin, dan ivermectin . Wendel dan
Rampalo (2002) melakukan tinjauan tingkat kesembuhan penderita skabies
dengan berbagai macam obat seperti yang ditunjukkan pada table berikut.1,8
Kombinasi antara bensil bensoat memberikan tingkat kesembuhan mencapai
100%. Bensil bensoat 25% dikenal juga dengan nama "Balsem Peru" dan telah
digunakan sekitar 65 tahun yang lalu. Obat ini diaplikasikan dengan cara dioles
pada kulit yang terserang skabies dan dibiarkan hingga 24 jam. Efek samping
bensil bensoat yang dilaporkan adalah timbulnya diare dan iritasi kulit pada
menit pertama pasca pengolesan. Bensil bensoat dianjurkan untuk diencerkan
apabila digunakan oleh penderita skabies pada anak dan dewasa yang kulitnya
sensitif.1,3
Crotamiton 10% (Eurax) adalah obat scabies yang cukup aman bagi anak
dengan efek samping yang minimal. Obat ini mempunyai dua efek yaitu sebagai
antiskabies dan antupruritik. Obat ini harus dijauhkan dari mata, mulut dan
uretra.1,3
dan anak dengan bobot badan kurang dari lima belas kilogram.1
Pasien An. K usia 3 tahun diantar ibunya datang ke poli kulit RS Margono
pada tanggal 29 November dengan keluhan bintil-bintil yang terasa gatal terutama
sela jari kedua tangan, jari-jari kedua kaki, perut, dan bokong 2 minggu SMRS.
Bintil kemerahan sebesar ujung jarum pentul dirasakan berawal dari sela jari tangan
kanan kemudian semakin banyak dan meluas ke telapak tangan dan muncul juga di
area jari kaki serta perut dan bokong. Keluhan disertai rasa gatal terutama di malam
hari sehingga pasien selalu ingin menggaruk sehingga muncul luka lecet dan
bernanah. Pasien tidak memiliki demam sebelumnya. Pasien yang belum
bersekolah lebih banyak menghabiskan waktu bermain di rumah diduga tertular
oleh kakaknya yang mengalami keluhan serupa lebih dahulu. Riwayat penyakit
yang sama sebelumnya disangkal. Tidak ada riwayat penyakit kulit, riwayat alergi
maupun asma pada pasien. Berdasarkan status dermatologis, terdapat papul eritema
multipel, bentuk bulat, berbatas tegas, pustul, ekskoriasi, krusta pada regio
interdigitalis, palmar, dan pedis dekstra et sinistra, abdomen serta gluteus.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Wardhana, AH. Skabies: Tantangan Penyakit Zoonosis Masa Kini dan Masa
2. Datang. 2006. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.
3. Herman, MJ. Cermin Dunia Kedokteran: Penyakit Hubungan Seksual
4. Akibat Jamur, Protozoa dan Parasit. 2001. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan Rl.
5. Djuanda, adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Tim Penyusun Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2005. Surabaya:
Airlangga University Press.
7. Speare, Richard. Advice on Scabies Diagnosis and Management. The SA
Department of Health: James Cook University
8. Cordoro, KM. Dermatologic Manifestations of Scabies. 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article. Last Updated: 25 November 2011.
9. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites Scabies. 2010. Available
at: http://www.cdc.gov/. Last updated: 25 November 2011.
10. Chosidow,O. Scabies, New England Journal of Medicine. 2006. Available
from: http://content.nejm.org/cgi/content/full/354/16/1718. Last Updated: 25
November 2011.