Intoksikasi Organofosfat
Intoksikasi Organofosfat
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur dangulma).
Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit
nyamuk, kepinding, kecoa dan berbagai serangga penganggulainnya. Dilain pihak pestisida ini
secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang. Kematian yang disebabkan oleh
keracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena kecelakaan waktu menggunakannya, maupun
karena disalah gunakan (untuk bunuh diri). Dewasa ini bermacam-macam jenis pestisida telah
diproduksi dengan usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya daya
toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada serangga.Diantara jenis atau pengelompokan
pestisida tersebut diatas, jenis insektisida banyak digunakan dinegara berkembang, sedangkan
herbisida banyak digunakan dinegara yang sudah maju. Dalam beberapa data Negara-negara
yang banyak menggunakan pestisida adalah sebagai berikut :Amerika Serikat 45%, Eropa Barat
25%,Jepang 12%, Negara berkembang lainnya 18%. Dari data tersebut terlihat bahwa negara
berkembang seperti Indonesia, penggunaan pestisida masih tergolong rendah. Bila dihubungkan
Makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui secara keseluruhan mengenai insektisida
intoksikasi organofosfat dan bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan insektisida intoksikasi
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung,
suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis
relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih
Intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,
saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Insektisida adalah
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan
sering menyebabkan keracunan pada manusia.Bila tertelan, meskipun hanya dalam jumlah
pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada
kholin.Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine meningkat dan berikatan
dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer.Hal tersebut
menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
Walaupun memiliki sifat toksisitas yang tinggi, tetapi penggunaan organofosfat untuk
pengobatan pada manusia tetap dilakukan berbagai studi untuk mengambil efek terapeutik dari
organofosfat (Lindell, 2003).Pada sekitar tahun 1930 sintesis penghambat kolineterase pertama
kali dipakai untuk penyakit gangguan otonom pada otot rangka pada pengobatan Parkinsonisme.
Studi kemudian dilanjutkan pada takrin yang merupakan penghambat kolineterase pertama pada
pengobatan penyakit Alzheimerdan dilepaskan pada pengobatan klinik pada tahun 1993 (Dyro,
2006)
B. ETIOLOGI
Sumber Racun
Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industi yang mengandung logam
berat, bahan makanan yang terkontaminasi oleh kuman salmonella, sthapilococcus clostridium
botulinum, jamur beracun. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak
bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah:
Keracunan Insektisida
Keracunan organofosfat, salah satu unsur insektisida (racun serangga), lebih sering
dijumpai karena memang banyak dipakai. Organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut
minyak tanah. Dengan demikian, pada keracunan ini harus diperhatikan tanda-tanda dan
dan reseptor muskarinik di dalam jaringan saraf, otot, serta masa kelabu pada
otak.Asetilkolinesterase pada plasma ditemukan di dalam masa putih system saraf pusat,
aktivitas kolinesterase pada sistem saraf pusat dan system saraf otonom (Jayawardane,
reseptor asetilkolin pada system saraf simpatis, 3) stimulasi nikotinik dan muskarinik asetilkolin
pada sistem saraf pusat, dan 4) stimulasi asetilkolin pada neuromuscular junction (Eddleston,
2008).
1. Gejala muskarinik
D Diare
U Urinasi
E Emesis (muntah)
L lacrimasi
2. Gejala nikotinik.
fasikulasi otot lurik dan kelemahan otot. Ditemukan pula gejala sentral seperti ketakutan, gelisah,
E. KOMPLIKASI
Kelemahan progresif dimulai dari tungkai bawah bagian distal, kelemahan pada jari dan kaki
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin,
glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan
Pertolongan Pertama
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit).
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
a) Dimuntahkan, Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan),
atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada
keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita
kejang.
b) Bilas lambung :
• Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam
asetat 5 %.
c) Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
lasix, manitol
b. Dialisa
c. Transfusi exchange
3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala
a. Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan
b. Tindakan :
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptormuscarinik, tapi tidak
bisa menghentikan efek nikotinik.Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis
0,05 mg/kg BBIV pelan-pelan dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit
• Heart rate meningkat Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan
atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafaskarena atropin tidak mempunyai pengaruh
Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna.. Obat ini dapat digunakan untuk pengobatan post-operasi,
dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah :
o Dolasetron
5. Pengobatan Supportif
Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis fisiologis
sampai terjadi detoksifikasi lengkap, dan untuk mencegah serta mengobati komplikasi sekunder
seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak & paru, pneumonia, rhabdomiolisis, gagal ginjal,
sepsis, dan disfungsi organ menyeluruh akibat hipoksia atau syok berkepanjangan.
- Terapi
PENUTUP
KESIMPULAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius
fungsi hati atau lebih organ atau jaringan. (Mc Graw-Hill Nursing Dictionary)
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak
bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan
adalah :
SARAN
Untuk mencegah diri dari keracunan organofosfat ini sebaiknya di sarankan untuk