Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH:

NAMA : ISMAYA HAERAT


NIM : C.17.04.035

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANRITA HUSADA


BULUKUMBA
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjat kan kepada tuhan yang maha Esa karna berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan dalam pembuatan makalah ini. kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing dalam pembutan makalah ini. kami sadar bahwa dalam kami membuat
makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karna itu kami sangat membutuh kan kritik
dan saran dari semua pihak sehinga kelak dalam pembuatan makalah yang selanjut
nya menjadi lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang
mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional.
Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah
berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan
dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan
negera bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam
pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat,
dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak
klien dengan bertindak sebagai advokat klien.
Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan
yang jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan
praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan
tindakan profesional yang mereka lakukan. Secara umum terhadap dua alas an terhadap
pentingnya para perawat tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya. Alasan pertama
untuk memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan
konsisten dengan prinsip-prinsip hukum. Kedua, untuk melindungi perawat dari liabilitas
Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang etik dan hukum dalam
keperawatan.

B. TUJUAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mampu memahami :
1. Pengertian etika profesi keperawatan
2. Tujuan etika keperawatan
3. Kode Etik Keperawatan
4. Hukum Keperawatan
5. Fungsi Hukum dalam Keperawatan
6. Undang-Undang Praktek Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI ETIK KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN ETIKA DAN ETIKET


Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di atas, etika
adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di
dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan
tingkah laku yang benar, yaitu:
1. baik dan buruk
2. kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada
metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia; yaitu,
etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu aktifitas;
etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku manusia.
Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu
(misalnya : etik dokter, etik perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat
dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan.
Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan
“standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi
anggota masyarakat di mana ia tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi
suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan
yang nyata.
B. KODE ETIK KEPERAWATAN
Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar kesempurnaan
dan nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan oleh semua anggota
kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang waktu, dan berfungsi sebagai
standar untuk tindakan profesional mereka. Kode etik disusun dan disahkan oleh
organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun
internasional. Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui Musyawarah Nasional PPNI di
jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.
1. Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat.
2. Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
tugasnya.
3. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama
perawat dan profesi kesehatan lain.
4. Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
profesi keperawatan.
5. Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
pemerintah, bangsa, dan tanah air.
Dengan penjabarannya sebagai berikut:
1. Tanggung jawab Perawat terhadap klein
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan
peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut :
a. Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada
tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan
individu, keluarga, dan masyarakat.
b. Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
c. Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur keperawatan.
d. Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat,
khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta
upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi
kepentingan masyarakat.
2. Tanggung jawab Perawat terhadap tugas
a. Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
b. Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
d. Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan
sosial.
e. Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam
melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.
3. Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain
sebagai berikut :
a. Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan
lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.
b. Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada
sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam
rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4. Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi
a. Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-
sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b. Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan
perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
d. Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
5. Tanggung jawab Perawat terhadap Negara
a. Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah
digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

C. KODE ETIK KEPERAWATAN MENURUT ICN (INTERNATIONAL COUNCIL


0F NURSES CODE FOR NURSES)
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia yang
didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Squar, London
dan direvisi pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini diuraikan sebagai berikut :
1. Tanggung Jawab Utama Perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatnya kesehatan, mencegah
timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk
melaksanakan tanggung jawab tersebut, perawat harus meyakini bahwa:
a. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.
b. Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan terhadap kehidupan yang
bermartabat dan menjungjung tinggi hak asasi manusia.
c. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat, perawat mengikut sertakan
kelompok dan institusi terkait.
2. Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas, perawat
perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai
yang ada di masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan inidividu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi pasien atau klien. Perawat dapat
memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan
bila diperlukan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.
3. Perawat dan Pelaksanaan praktek keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar
praktik keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar
pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu. Perawat
sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan
standar profesi keperawatan.
4. Perawat dan lingkungan Masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap mempunyai inisiatif, dan dapat
berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah sosial
yang terjadi di masyarakat.
5. Perawat dan Sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik tenaga
keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat dapat
melindungi dan menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa
terancam.
6. Perawat dan Profesi Keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar
praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif
dalam mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara
profesional. Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam
memelihara kestabilan sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan
praktek keperawatan.

D. TUJUAN KODE ETIK KEPERAWATAN


Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun
dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek
keperawatan.

E. HUKUM KEPERAWATAN
1. Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan
Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :
a. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
yang sesuai dengan hukum.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
d. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier, Erb,
1990)
2. Undang-Undang Praktek Keperawatan
a. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
1) BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2) Pasal 1 ayat 4
Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1239/ MENKES/ SK/
XI/ 2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari SK No.
647/MENKES/SK/IV/2000)
1) BAB I Ketentuan Umum Pasal 1:
Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :
a) Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b) Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh
Indonesia.
c) Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
2) BAB III perizinan,
Pasal 8, ayat 1, 2, & 3 :
 Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
 perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
 Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP
Pasal 9, ayat 1
 SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
Pasal 10
 SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 12
 SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
 SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli
madya keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan
kompetensi yang lebih tinggi.
 Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.
Pasal 13
 Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui
penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan,
kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek
keperawatan.
Pasal 15
 Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk :
 Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
 Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi:
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan
konseling kesehatan.
 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksudhuruf
(i) dan (ii) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang
ditetapkan organisasi profesi.
 Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan
permintan tertulis dari dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
 Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
 Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
 Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di
ruang prakteknya.
 Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktek.
Pasal 31
 Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP sdilarang :
 Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin
tersebut.
 Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
 Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.
Dalam Undang-Undang RI No. 23 / Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 53 ayat
2 disebutkan bahwa “Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
untuk memenuhi standard an menghormati hak-hak pasien.” Namun pada
kenyataannya masih banyak keluhan-keluhan masyarakat sehubungan dengan
pemenuhan hak-hak pasien dan yang lebih parah lagi ada yang diberitakan dimedia
massa.
Pada Undang-Undang RI No.8 / Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
Bab I Ketentuan Umum Pasal l ayat 2. menyebutkan bahwa konsumen adalah setiap
orang pemakai harang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Ayat 5. menyebutkan bahwa jasa adalah setiap layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan oleh konsumen. Bab II Asas dan Tujuan Pasal 2 Perlindungan
konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan
konsumen, serta kepastian hukum.Bab III Hak dan Kewajiban. Hak konsumen
adalah:
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima
i. tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
j. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Sebenarnya apa itu hak-hak pasien ? Hak-hak pasien pada dasarnya yaitu
mendapatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk pemenuhan
kebutuhan kesehatannya dan yang dimaksud hak-hak pasien pada UU RI
No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 53 ayat 2 adalah:
1) Hak informasi
2) Hak untuk mendapatkan persetujuan.
3) Hak atas rahasia kedokteran
4) Hak atas pendapat kedua (second opinion).
Hubungan pemenuhan hak-hak pasien dan undang-undang perlindungan
konsumen cukup jelas bahwa pelayanan kesehatan merupakan jasa yang
dibutuhkan konsumen dalam hal ini adalah pasien. Hak-hak pasien yang harusnya
dipenuhi bersesuaian juga dengan hak-hak konsumen.. Sebagai contoh hak
informasi bagi pasien seharusnya yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa (pelayanan kesehatan). Informasi yang kadang
kurang jelas dan benar sering kita temukan mulai dari loket kartu, misalnya
petugas lupa menyampaikan tentang pelayanan poli apa yang akan dituju. Pasien
akan kebingungan kemana dia harus memeriksakan kesehatannya, poli umum atau
poli penyakit dalam.
Hak untuk mendapatkan persetujuan bersesuaian dengan hak untuk memilih
barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai dan hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan. Ketika kita akan melakukan tindakan apa saja
kadang kita lupa memintakan persetujuan pasien dan keluarga. Contoh sederhana
tindakan memberikan bantuan memadikan pasien, kita seenaknya saja
memandikan padahal disana ada keluarga pasien yang mungkin lebih berhak dan
lebih disukai oleh pasien.
Hak atas rahasia kedokteran sepadan dengan hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Artinya
setiap hal yang bersifat rahasia seharusnya dijaga keamanannya tidak dibeberkan
kepada orang lain. Misalnya tentang penaykit yang diderita pasien yang harus
dirahasiakan dari orang lain selain tim kesehatan yang melayaninya.. Kenapa harus
dirahasiakan ? Ada kemungkinan rasa privasi pasien dan keluarga akan terganggu.
Petugas kesehatan kadang tidak sadar kalau menyampaikan sesuatu yang sifatnya
rahasia kepada teman atau tim kesehatan didepan orang lain yang mungkin tidak
seprofesi atau yang tidak berkompeten.
Hak atas pendapat kedua (second opinion) pada undang-undang perliindungan
kumsumen diantaranya hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai, hak untuk
didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan, hak
untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. Setiap tindakan atau
pelayanan kesehatan ada pilihan-pilihan yang dapat disampaikan pada pasien dan
pasien berhak untuk memilih yang mana atau sekiranya tindakan pertama belum
memberi kepuasan pada pasien selaku konsumen maka perlu pilihan kedua.
Sebagai contoh pada pemberian obat. Pada obat-obat yang sama fungsinya (obat
generik dan paten) kadang petugas lupa menyampaikan tentang pilihan tersebut.
Sekiranya pasien tidak mempunyai kemampuan untuk membeli obat paten maka
piliha kedua yang dianjurkan
Dari semua hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan
yang dialkukan m,erupakan jasa yang memandang pasien selaku konsumen yang
hak-haknya haruslaha dipenuhi baik hak sebagai pasien atau hak sebagai
konsumen pengguna jasa.
BAB III
PENUTUP

Pengendalian praktek keperawatan secara internal adalah Kode Etik sedangkan secara
eksternal adalah hukum. Praktek keperawatan harus dilakukan secara benar dalam arti
keilmuannya dan baik dalam arti aspek Etik dan legalnya. Praktek Keperawatan berkaitan erat
dengan kehidupan manusia untuk itu praktik keperawatan harus dilakukan oleh perawat
profesional yang berkompeten. Setiap perawat yang praktek wajib memiliki SIP, SIK,
SIPP.dan kita sebagai perawat yang proposional dalam menagambil tindakan untuk mengatasi
kasus-kasus yang ada harus melaluui pertimbangan-pertimbangan baik dalam sisi hak-hak
pasien atau konsumen,kode etik perawat,serta juga pada uu keperawatan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA :

Depkes, 1992, Undang-Undang RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Jakarta


………, 1999, Undang-Undang RI.No.8 Tahun 1999 Tentan Perlindungan Konsumen, Jakarta
Carol taylor,carol lillies,priscilla le mone,1997,fundamental of nursing care,third edition, by
lippicot philadelpia, New York.
Shirley r jones, 1994, ethics in midwifery, by mosby-year book europe Ltd.

Anda mungkin juga menyukai