Anda di halaman 1dari 11

BAB I

A. Latar belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

memberikan pelayanan pengobatan , memberikan pelayanan gawat

darurat, rawat jalan dan rawat inap (Kemenkes,2008). Intensive Care

Unit (ICU) adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk

merawat pasien sakit berat dan kritis , cedera dengan penyulit yang

mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih

serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus (Dep.Kes RI,

2006). Kriteria pasien masuk ICU untuk prioritas 1 adalah pasien

yang merupakan pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan

perawatan intensif dengan gagal nafas yang memerlukan bantuan

alat ventilasi, monitoring dan obat-obatan vasoaktif secara kontunue.

Misalnya pasien bedah kardiotoraksik, atau pasien syock septik.

Peralatan standar di ruang Intensive Care Unit meliputi ventilasi

mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui pipa endotrakeal

atau trakeostomi serta pelalatan suction untuk membantu

membebaskan jalan nafas pasien dari sumbatan berupa secret

(DepKes RI,2006). Salah satu indikasi klinik pemasangan alat

ventilasi adalah gagal nafas (Musliha, 2010).

Pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif dan

menggunakan ventilator rmekanik mendapatkan sedatif, analgetik

yang kuat dan relaksan otot. Kondisi ini mengakibatkan pasien tidak

mampu mengeluarkan sekret secara mandiri. Hal ini perlu


mendapatkan perhatian karena beresiko terjadinya pneumonia.

Kejadian pneumonia nasokomial di ICU (Intensif Care Unit) lebih

banyak dijumpai hampir 25% dari semua infeksi dan menyebabkan

mortalitas sebesar 33-50% Dick, A et al (2012). Endotracheal

Suction (ETS) merupakan suatu prosedur tindakan yang bertujuan

untuk menjaga jalan napas pasien tetap bersih yaitu dengan

memasukkan kateter suction ke pipa endotrakeal pasien kemudian

sekret paru pasien dibuang dengan menggunakan tekanan negatif

(Restrepo et al., 2010). Sebagai salah satu tindakan invasif yang

sering dilakukan pada pasien dengan ETT untuk mempertahankan

kebersihan jalan napas dari retensi sekret, tindakan suction perlu

mendapatkan perhatian sehingga prosedur dapat diberikan dengan

meminimalkan efek samping salah satunya dengan mengontrol

kedalaman kateter suction saat melakukan penghisapan sekret.

Suction merupakan prosedur pengisapan sekret yang

dilakukan dengan cara memasukan selang kateter suction melalui

hidung, mulut, atau selang ETT. Suction endotrakeal merupakan

prosedur penting dan sering dilakukan untuk pasien yang

membutuhkan ventilasi mekanik. Pada tindakan suction yang

dilakukan melalui selang ini lebih membutuhkan keterampilan dan

ketepatan tinggi karena ada beberapaprinsip penting dalam tindakan

penghisapan lendir ini diantaranya hiperoksigenisasi 100% selama

30 detik – 3 menit yang diberikan kepada pasien sebelum dilakukan

tindakan suction endotracheal. Apabila prinsip penting ini tidak


diperhatikan akan dapat mengakibatkan terjadinya hipoksemia.

Tujuan dilakukan tindakan ini adalah untuk mempertahankan patensi

jalan napas, memudahkan penghilangan sekret jalan napas, dan

merangsang batuk dalam (Smeltzer et al, 2002).

Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan

nafas dengan memakai kateter penghisap melalui nasotrakeal

tube (NTT),orotraceal tube (OTT), traceostomy tube (TT) pada

saluran pernafasa bagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan

nafas, mengurangi retensi sputum, merangsang batuk, mencegah

terjadinya infeksi paru. Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien

yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring

terutama sebagai akibat penghisapan melalui trakea gangguan

perdarahan, edema laring, varises esophagus, perdarahan

gaster, infark miokard (Elly, 2000).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan

peneliti ambil adalah: bagaimana efektifitas pelaksanaan suction

pada pasien diruangan intensive care unit.


C. Tujuan

Berdasarkan tujuan ini dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Menjelaskan efektifitas pelaksanaan suction pada pasien diruangan

intensive care unit.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui efektifitas deep suction pada pasien diruangan

intensive care unit.

b.Untuk mengetahui efektifitas shallow suction pada pasien

diruangan intensive care unit.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Suction

a. Pengertian

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk

mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya

proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan

sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri

(Timby, 2009). Tindakan suction merupakan suatu prosedur

penghisapan lendir, yang dilakukan dengan memasukkan selang

catheter suctionmelalui selang endotracheal (Syafni, 2012). Dapat

disimpulkan hisap lendir merupakan tindakan untuk

mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan mengeluarkan sekret

pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri dengan

memasukkan catheter suction ke endotracheal tube sehingga

memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat.

b. Indikasi

Menurut Smeltzer et al, (2002), indikasi penghisapan lendir lewat

endotrakeal adalah untuk:

1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance),

apabila:

a) Pasien tidak mampu batuk efektif.

b) Diduga aspirasi
2. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila

ditemukan:

a) Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauada

suara napas tambahan.

b) Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.

c) Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan

beban kerja sistem pernafasan.

3. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.

4. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi.

5. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.

c. Prosedur

Prosedur hisap lender ini dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai

dengan standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar

dari komplikasi dengan selalu menjaga kesterilan dan kebersihan.

Prosedur hisap lender menurut Kozier & Erb, (2004) adalah:

1) Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa

perlu, dan bagaimana pasien dapat menerima dan

bekerjasama karena biasanya tindakan ini menyebabkan

batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu dalam

mengeluarkan sekret.

2) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.

3) Menjaga privasi pasien.

4) Atur posisi pasien sesuai kebutuhan.


Jika tidak ada kontraindikasi posisikan pasien semiflower

agar pasien dapat bernapas dalam, paru dapat berkembang

dengan baik sehingga mencegah desaturasi dan dapat

mengeluarkan sekret saat batuk. Jika perlu, berikan analgesia

sebelum penghisapan, karena penghisapanakan merangsang

refleks batuk, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit terutama

pada pasien yang telah menjalani operasi toraks atau perut

atau yang memiliki pengalaman traumatis sehingga dapat

meningkatkan kenyamanan pasien selama prosedur

penghisapan.

5) Siapkan peralatan

a) Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen

100 %.

b) Catheter suctionsteril sesuai ukuran

c) Pasang pengalas bila perlu.

d) Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar

100-120 mm hg untuk orang dewasa, dan 50-95 untuk

bayi dan anak.

e) Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun

bila perlu.

f) Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan

sarung tangan tidak steril di tangan nondominan untuk

melindungi perawat
g) Pegang suction catether di tangan dominan, pasang

catether ke pipa penghisap.

h) Suction catether tersebut diberi pelumas.

i) Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether

denganlarutan garam steril.

j) Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan,

tutup suction catheter untuk menghisap sejumlah kecil

larutan steril melalui catether. Hal ini untuk

mengecekbahwa peralatan hisap bekerja dengan benar

dan sekaligus melumasi lumen catether untuk

memudahkan penghisapan dan mengurangi trauma

jaringan selama penghisapan, selain itujugamembantu

mencegah sekret menempel ke bagian dalam suction

catether.

k) Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan

pemompaan dengan ambubag sebelum penyedotan.

l) Panggil asisten untuk prosedurini

m) Menggunakan tangan nondominan, nyalakan oksigen ke

12-15 l / min

n) Jika pasien terpasang trakeostomiatau ett, sambungkan

ambubag ke tracheascanul atau ett

o) Pompa dengan Ambubag 3 -5 kali, sebagai inhalasi, hal

ini sebaiknya dilakukan oleh orang kedua yang bisa


menggunakan kedua tangan untuk memompa, dengan

demikian volume udara yang masuk lebih maksimal.

p) Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan

ventilasi pasien.

q) Bereskan alat dan cuci tangan.

D. Komplikasi

Dalam melakukan tindakan hisap lender perawat harus

memperhatikan komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara

lain yaitu (Kozier & Erb, 2002):

1. Hipoksemia

2. Trauma jalan nafas

3. Infeksi nosokomial

4. Respiratory arrest

5. Bronkospasme

6. Perdarahan pulmonal

7. Disritmia jantung

8. Hipertensi/hipotensi

9. Nyeri

10. Kecemasan

E. Efek suction

Menurut Willkins & Williams L, (2004) efek yang dapat terjadi dari

suction yaitu hipoksemia, dispnea, kecemasan, aritmia jantung,


trauma trakhea, trauma bronkus, hipertensi, hipotensi, perdarahan,

peningkatan intra kranial.

Efek samping suction menurut penelitian Manggorie (2001) :

1. Penurunan saturasi oksigen: berkurang hingga 5%

2. Cairan perdarahan: terdapat darah dalam sekret suction

3. Hipertensi: peningkatan tekanan darah sistolik hingga 200

mmHg

4. Dapat terjadi hipotensi: penururnan tekanan darah sdiastolik

hingga 80 mmHg

5. Takikardia: meningkatkan detak jantung hingga 150

detak/menit

6. Bradikardia: detak jantung hingga 50 detak/menit

7. Arrhythmia: irama denyut jantung tidak teratur

F. Kanul Suction

1. Jenis Kanul Suction

Jenis kanul suction yang ada dipasaran dapat

dibedakan menjadi open suction dan close suction. Open

suction merupakan kanul konvensional, dalam

penggunaannya harus membuka sambungan antara ventilator

dengan ETT pada pasien, sedangkan close suction:

merupakan kanul dengan sistem tertutup yang selalu

terhubung dengan sirkuit ventilator dan penggunannya tidak

perlu membuka konektor sehingga aliran udara yang masuk

tidak terinterupsi.
2. Ukuran suction

Ukuran Suction catheterkit/selang kateter Berikut ini adalah

ukuran suction catheter kit (Kozier&Erb, 2012):

a) Dewasa : 12-18 Fr

b) Anak usia sekolah 6-12 tahun : 8-10 Fr

c) Anak usia balita : 6-8 Fr

3. Ukuran Tekanan

SuctionUkuran tekanan suctionyang direkomendasikan

Kozier (2012):

12 Usia Suction Dewasa 80-120 mmHg Anak-anak 80-

100mmHg Ukuran tekanan suction ada yang menggunakan

kilopascal (Kpa) dan menggunakan cmHg. Rumus konversi

dari satuan mmHg ke satuan Kpa adalah sebagai berikut: 1

mmHg = 0,133 Kpa, dan rumus konversi satuan mmHg ke

cmHg: 1mmHg = 0,1 cmHg.

Dalam penelitiannya, Anang (2014) mengungkapkan bahwa

tekanan suction yang paling tepat adalah antara 80-100

mmhg, tekanan tersebut aman untuk melakukan suctioning

karena penurunan saturasi oksigen yeng terjadi tidak terlalu

besar.

Anda mungkin juga menyukai