Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ALAT KONTRASEPSI DENGAN IUD

A. KONSEP DASAR IUD

IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik yang dililiti tembaga atau
Cu.(Abdul Bari Saifudin, 2003 : hal MK 73-74)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon
progesterone (Marjati, 2011)
Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversible dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan
usia reproduktif (Saefuddin,2003) AKDR atau IUD atau Sepiral adalah suatu
alat yang dimasukan ke dalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi
(Mochtar,1998)
AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung
secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga Rahim
(Prawirohardjo, 2005) AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil
yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang (BKKBN,2003)

B. MACAM – MACAM IUD


Menurut Hanafi, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi hal 205-206, macam-
macam IUD sebagai berikut :
Un medicated IUD
1. IUD generasi pertama
2. Bersifat dari bahan pocyethylen (plastik) yang mengandung dan terbuat dari
bahan yang tidak bisa diserap
3. Terbuat dari bahan polyethylen (plastik) yang mengandung barium sulfat.

4. Macamnya ada 4 macam IUD lippes loop


a. Lippes loop A :
Panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada panggul
IUD dekat
benang ekor Lippes loop B :
b. Panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm 2 benang hitam bertitik 4
c. Lippes loop C :
Panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning bertitik 3.
d. Lippes loop D :
Panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih bertitik 2.
Medicated Devices:
1. Bio-active devices
2. Second Generation Devices
a. Mengandung Logam
 AKDR-Cu Generasi pertama (First Generation Copper
Devices )
o Cu- T- 200 : Jarum –T
o Cu-7: Gravivard
o ML-Cu-250
 AKDR- Cu generasi kedua (Second Generation Copper
Devices)
o CUT-380 A : Parogara
o CUT- 380 Ag
o CUT- 220 C
o Nova-T: Novagard: mengandung Ag
o Delta-T: Modified CUT-220 C: penambahan
benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk
insersi postpartum
o ML CU-375
b. Mengandung hormon: progesteron atau levonogestrel
 Progesterst : A12a-T dengan daya kerja 1 tahun
 LNG-20 : mengandung levonogestrel
C. MEKANISME KERJA IUD
Menurut Mochtar, 2008 dalam buku Sinopsis Obstetri : hal 109-111, mekanisme
kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD
yang telah dianjurkan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh
sel-sel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau
tidak dapat bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi
progesteron) yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium
yang berakibat menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang
menghalangi gerak sperma.
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel
sperma ke kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan
konsepsi.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS IUD


Menurut Hanafi Hartanto, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi hal 200-212,
Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu
berapa lama IUD tetap tinggal di utera tanpa :
1. Ekspulsi spontan
2. Terjadinya kehamilan
3. Pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
Efektifitas dari macam-macam IUD tergantung pada IUD nya :
Jenis, ukuran, besar dan luasnya permukaan IUD, untuk IUD medisionalis
bergntung pada luasnya permukaan bahan bioaktif yang dikandung dan lama
pemakaian.
Akseptor :
Umur, paritas, ketaatan dan keteraturan kontrol dan frekuensi senggama, personal
hygiene. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan
paritas, diketahui :
1. makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi danpengangkatan
atau pengeluaran IUD.
2. makin muda usia terutama pada multigravida, maka tinggi angka ekspulsi
dan pengangkutan atau pengeluaran IUD.
Maka efektifitas IUD tergantung pada variabel administratif pasien dan medis,
termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari
pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan
kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.

E. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN IUD


Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2006: MK-75 - MK-76:
Keuntungannya :
1. Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan tidak perlu
diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Kerugiannya :
1. Resiko penyakit radang panggul meningkat.
2. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selam beberapa bulan pertama
pada berbagai pemakai IUD.
3. Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
4. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu
hubungan sseksual pada sebagian pemakai.
5. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.

F. INDIKASI PEMASANGAN IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB,
Pemasangan IUD untuk bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak kurang dari 15 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan
kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal (mengidap
penyakit jantung, hipertensi, hati).
7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.

G. KONTRA INDIKASI PEMASANGAN IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB, kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :
1. Diketahui dan curiga hamil.
2. Infeksi panggul (pelvis)
3. Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
4. Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
5. Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip
endometrium)
6. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
7. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.

H. WAKTU PEMASANGAN IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB, waktu pemasangan IUD yaitu :
1. Sedang Haid
Pada waktu ini pemasangan akan mudah karena kanalis servikalis agak
melebar dan
kemumgkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang dan
perdarahan tidak
begitu banyak
2. Pasca Persalinan
Pemasangan dini yaitu pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah
sakit.
Pemasangan langsung yaitu pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
Pemasangan tidak langsung yaitu pemasangan setelah lebih dari 3 bulan
pasca persalinan atau keguguran.
3. Pasca Keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasang sewaktu ibu pulang dari rumah
sakit.
4. Masalah Interval
Yaitu antara dua haid bila dipasang setelah masa ovulasi, harus
dipastikan wanita tidak hamil atau mereka telah memakai cara-cara lain
mencegah (kondom, sistem kalender, dan sebagainya).
5. Sewaktu Seksio Sesaria
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah
beku dari kavum uteri, kemudian IUD dipasangkan pada bagian fundus.
I. HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI OLEH AKSEPTOR KB IUD
Menurut BKKBN tahun 2008 dalam buku Kapita Selekta Peningkatan
Pelayanan Kontrasepsi hal 23-24:
Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post insersi dan
setiap selesai haid.
Caranya :
a. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi
jongkok
b. Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang senggama
sampai menjangkau rahim.
c. Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan
jangan ditarik.
Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas seperti biasa dan boleh
melakukan hubungan suami istri setelah 3 hari pemasangan. Efek samping yang
terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak atau lama, rasa sakit atau kram.
Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD.
a. Terlambat haid, perdarahan abnormal.
b. Nyeri abdomen, disparenmia.
c. Vaginal discargo abnormal.
d. Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah panjang, ujung
IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak teraba.
Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual) beritahu
dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.
Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil embali setelah IUD dilepas dan gunakan
kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah hubungan ektopik.IUD
tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual lainnya dan
bagian perut tidak boleh dipijat.Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim
kemungkinan disebabkan oleh benang yang terlalu panjang atau pendek, segera
kontrol.Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat
meskipun daya kerjanya belum habis.
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN IUD

1. PENGKAJIAN
Tanggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
pada klien.
Jam :
No. RM : Untuk dapat membedakan antara pasien dengan pasien
yang lain dalam
suatu ruangan.

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil,
dan
menghindari terjadinya kekeliruan. (Christina, 2000
:41)
Umur : ditanyakan untuk mengetahui umur ibu, dimana
kehamilan
normal terjadi pada saat ibu berusia lebih dari 16
tahun dan
kurang dari 35 tahun.
Agama : ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien / klien. Dengan
diketahuinya agama pasien, akan memudahkan
bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
kebidanan. (Depkes
RI, 2002:14)
Suku : untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal dan
menentukan
cara pendekatan serta pemberian asuhan.
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar
dalam
memberikan asuhan.
Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonomi
klien dan apakah pekerjaan ibu / suami dapat
mempengaruhi
kesehatan klien / tidak.
Penghasilan : untuk mengetahui status ekonomi penderita dan
mengetahui pola
kebiasaan ynag dapat mempengaruhi kesehatan
klien.
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai
apakah
lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta
mempermudah
untuk melakukan kunjungan ulang.
2. Alasan Datang
Apa alasan ibu sehingga datang untuk memeriksakan diri.
3. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui keluhan ibu yang dirasakan saat pengkajian.
Keluhan yang
disampaikan ibu pada kunjungan ulang sangat penting untuk mengontrol
kehamilan ibu.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu sebelumnya
apakah ibu
pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun
penyakit keturunan seperti: jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga
pernahkah ibu menderita kanker ataupun tumor, serta untuk mengetahui
apakah ibu pernah dirawat di rumah sakit atau tidak.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit menular
seperti TBC,
hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti: jantung, darah tinggi,
ginjal, kencing
manis, juga apakah ibu sedang menderita kanker ataupun tumor.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama:
a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit
menular seperti TBC, hepatitis.
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, asma.
c. Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan kemungkinan
hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. Oleh
karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan anak
kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun pada ibu.(Manuaba,
2000:265)
7. Riwayat Haid
Ditanyakan mengenai :
a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada
usia pubertas yaitu sekitar12-16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal /
dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju sampai 3
hari atau mundur sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada
manusia adalah 25-32 hari.
c. Lamanya Haid. Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada wanita biasanya lama
haid ini tetap.
d. Keluhan yang dirasakan.
e. Keputihan. Warnanya, bau, gatal / tidak.
8. Riwayat Perkawinan
Ditanyakan tentang :
Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah
a. Jika lama menikah ≥ 4 tahun tetapi belum hamil bisa menyebabkan
masalah pada kehamilannya (pre eklamsia), persalinan tidak lancar.
b. Lama menikah ≤ 2 tahun, sudah punya lebih dari 1anak, bahayanya
perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi
prematur, BBLR.
c. Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko waktu melahirkan.
d. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi, plasenta
previa, pre-eklamsia, KPD, persalinan tidak lancar / macet, perdarahan
setelah bayi lahir, BBLR.
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang terdahulu
apakah pernah ada komplikasi atau penyulit sehingga dapat memperkirakan
adanya kelainan atau keabnormalan yang dapat mempengaruhi kehamilan
selanjutnya.
10. Riwayat Keluarga Berencana
a. Riwayat penggunaan KB sebelumnya
b. Penggunaan KB, pemeriksaan rutin KB, lama pemakaian.
c. Keluhan-keluhan yang lazim pada pasca pemasangan KB dan cara
mengatasi
11. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Nutrisi
Nutrisi yang diperlukan ibu kamil: kalori, protein, kalsium, zat besi, vitamin
A, vitamin D, vitamin C, vitamin B, dan air. Bahan makanan yang banyak
mengandung lemak dan hidrat arang seperti manisan dan gorengan perlu
dikurangi untuk menghindari kelebihan berat badan yang berlebihan.
b. Eliminasi
Pada bulan pertama kehamilan ibu biasanya mengeluh sering kencing, hal ini
dipengaruhi oleh uterus yang semakin membesar secara fisiologis dan pada
akhir kehamilan biasanya ibu juga mengeluh sering kencing karena kandung
kemih tertekan oleh kepala janin. Perubahan hormonal mempengaruhi aktifitas
usus halus dan usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi. Sembelit dapat
terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya gerakan ibu
hamil, tekanan kepala janin terhadap usus besar dan rektum.
c. Istirahat
Waktu istirahat harus lebih lama ± 10-11 jam. Untuk wanita hamil, juga
dianjurkan untuk tidur siang (Christina, 2000:168).
Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan dengan baik karena istirahat dan
tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk
kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2000:140).
d. Aktivitas
Wanita yang sedang hamil boleh bekerja tapi sifatnya tidak melelahkan dan
tidak mengganggu kehamilan. Misalnya: pekerjaan rumah tangga yang ringan,
masak, menyapu, tetapi jangan menimba, mengangkat air, dll. Pekerjaan dinas
misal guru, pegawai kantor boleh diteruskan. Pekerjaan yang sifatnya dapat
mengganggu kehamilan lebih baik dihindarkan misalnya pekerjaan di pabrik
rokok, percetakan, yang mengeluarkan zat yang dapat mengganggu janin
dalam kandungannya (Christina, 2000:163).
e. Personal Higiene
1) Rambut harus sering dicuci.
2) Gigi betul-betul harus mendapat perawatan untuk mencegah caries.
3) Buah dada adalah organ yang erat hubungannya dengan kehamilan dan
nifas, sebagai persiapan untuk produksi makanan bayi oleh karena itu bila
kurang kebersihannya bisa menyebabkan infeksi.
4) Kebersihan vulva. Vulva harus selalu dalam keadaan bersih. Setelah
BAK/BAB harus selalu dikeringkan, cara cebok yang dari depan ke
belakang.
5) Kebersihan kuku tidak boleh dilupakan karena dibawah kuku bisa
tersembunyi kuman penyakit.
6) Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x sehari. Mandi tidak hanya
membersihkan kulit tetapi menyegarkan badan, karena pembuluh darah
terangsang dan badan terasa nyaman.
7) Kebersihan pakaian. Wanita hamil ganti pakaian yang bersih, kalau dapat
pagi dan sore, lebih-lebih pakaian dalam seperti BH dan celana dalam.
(Christina, 2000:159-160)
12. Riwayat Psikososial dan Budaya
Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu terhadap kehamilannya serta
bagaiamana tanggapan suami dan keluarga tentang kehamialn. Budaya
ditanyakan untuk mengetahui kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu dan
keluarga berhubungan dengan kepercayaan pada takhayul, kebiasaan berobat
dan semua yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu.
13. Pola Spiritual
Untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik/cukup/lemah.
Kesadaran : Composmentis/apatis/samnolen.
Tinggi badan : Normal > 145 cm, ibu hamil dengan tinggi
badan kurang dari
145 cm kemungkinan panggul sempit
Berat badan sebelum hamil : Mengetahui perubahan berat badan sebelum
hamil dan saat
hamil adakah penambahan berat badan atau
penurunan berat
badan. Berat badan sekarang : Selama kehamilan TM II dan III pertambahan
berat badan ±
0,5kg perminggu. Hingga akhir kehamilan
pertambahan BB
yang normal sekitar 9-13,5 kg
Lingkar lengan atas : Normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan
indikator kuat
untuk status gizi ibu yang kurang baik / buruk,
sehingga
beresiko untuk melahirkan BBLR
Tekanan darah : 110/70 - 130/90 mmHg
Pernapasan : 16-24 x/menit
Nadi : 60-80 x/menit
Temperatur : 36,1- 37,6oC

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Rambut : Untuk mengetahui bersih, berwarna hitam, tidak
mudah rontok.
Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang
gizi/ kelainan
tertentu.
Kepala : Untuk mengetahui kebersihan, adakah benjolan
yang abnormal.
Wajah : Untuk mengetahui apakah ibu pucat, terdapat
cloasma
gravidarium, tidak oedema.
Mata : Untuk mengetahui sklera tidak kuning,
konjungtiva tidak pucat.
Konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera berwarna putih, bila
kuning
menandakan terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada
conjungtivitis.
Telinga : Untuk mengetahui simetris, tidak ada secret, tidak
ada
serumen, pendengaran baik.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada
perdarahan yang
keluar dari telinga, tidak ada sekret.
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering, tidak pecah-pecah,
tidak ada
stomatitis, lidah bersih, tidak ada gigi berlubang,
tidak ada
caries gigi.Dalam kehamilan sering timbul
stomatitis dan
gingitivis yang mengandung pembuluh darah dan
mudah
berdarah, maka perlu perawatan mulut agar terlihat
bersih
(Sarwono, 2007:405)
Adanya caries gigi yang menandakan ibu
kekurangan kalsium.
Saat hamil sering terjadi caries yang berkaitan
dengan emesis,
hiperemesis gravidarium. Adanya kerusakan gigi
dapat menjadi
sumber infeksi. (Manuaba, 2000:140)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran
vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
- Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe mungkin disebabkan oleh berbagai
penyakit, misalnya peradangan akut / kronis di kepala, orofaring, kulit
kepala / daerah leher, selain itu kemungkinan terjadi TBC, sifilis.
- Bila terdapat pembendungan vena jugularis, menandakan adanya kelainan
cardiovaskuler, kemungkinan besar ibu mengidap penyakit jantung.
Dada : Simetris, pernafasan spontan, payudara tegang, ada
hiperpigmentasi pada areola mamae, putting susu
umumnya
menonjol.
Abdomen : Kandung kemih kosong, tidak ada luka bekas
operasi, perut sudah
mengecil
Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan, tidak ada varices, tidak
oedema,
tidak terdapat fluor albus, tidak terdapat
condilomata
Anus : Bersih, tidak ada haemoroid.
Ekstermitas :
- Atas : Simetris, pergerakan bebas, tidak terdapat oedema,
tidak pucat
pada kuku jari.
- Bawah : Simetris, pergerakan bebas, tidak ada oedema,
tidak terdapat
varices.
Integumen : Bersih, lembab, turgor kulit baik.

b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan yang abnormal.
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak
teraba
pembesaran vena jugularis, tidak teraba
pembesaran kelenjar
limfe.
Payudara : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri
tekan, ASI keluar
Abdomen : tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas :
- Atas : Tidak teraba retensi air.
- Bawah : Tidak teraba retensi air.
Integumen : Turgor kulit baik.
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi, tidak terdengar wheezing.
Abdomen :
- Terdengar bising usus, normal 15-35 x/menit.

d. Perkusi
- Reflek patella positif.
- Normalnya tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon ditekuk.
- Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini mungkin merupakan tanda
eklamsia.
- Bila reflek patella negatif, kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1.

3. Pemeriksaan Khusus
RONTGEN : Untuk menentukan ada ketidaknormalan

4. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : Jika terjadi perdarahan yang banyak dan keadaan
umum
pasien lemah serta pucat, kemungkinan pasien
mengalami
anemia.
Urin : dicurigai ada protein urin
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan serta kurangnya


informasi yang diperoleh
2) Gangguan kebutuhan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan
keadaan psikologis ibu disertai dengan penurunan uterus
3) Resiko infeksi berhubungan dengan pengeluaran keputihan yang
berlebihan disertai darah

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan serta kurangnya
informasi yang diperoleh
Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil :
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab ansietas
- Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pendidikan klien 1. Mengetahui tingkat pendidikan
klien dapat memudahkan
penjelasan tentang cemas yang
dirasakan
2. Berikan penjelasan tentang 2. Mengurangi ansietas yang
bahwa cemas yang berkepanjangan dirasakan
tidak baik untuk kesegarab
3. Lakukan diskusi tentang alat 3.membantu dalam memahami alat
kontrasepsi yang digunakan dan kontrasepsi yang digunakan
efek sampingnya
4. Jelaskan rencana perawatan dan 4. Memabntu untuk mengetahui hal
pengobatan – hal yang perlu dilakukan saat
mengalami cemas yang berlebihan
2) Gangguan kebutuhan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan
AKB IUD, terjadi kontaksi pada IUD
Tujuan : gangguan rasa aman nyaman (nyeri) teratasi
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau teratasi
- Klien mampu mendemostrasikan cara mengatasi nyeri
- Klien mampu mengidentifikasi penyebab nyeri

Intervensi Rasional
1. Kaji atau ukur tanda – tanda vital 1. Untk mengetahui keadaan umum
2. Kaji tingkat nyeri 2. Untuk mengetahui kekutan nyeri
3. Ajarkan dan anjurkan teknik 3. Terknik nafas dalam dan distraksi
nafas dalam dan distraksi dapat mengurangi nyeri
4. Anjurkan istirahat dengan posis 4. Menghindari reaksi nyeri yang
yang nyaman berlebihan
5. Hindari aktivitas yang 5. Dapat membantu mengontrol
memperberat nyeri nyeri
6. Kolaborasi pemberian obat 6. Mengurangi reaksi terhadap nyeri
dengan doter

3) Resiko infeksi berhubungan dengan resiko AKB IUD, terjadi kekurangan


Ph atau pH tak bagus
Tujuan : resiko infeksi teratasi
Kriteria hasil :
- Klien tahu cara mengidentifikasi resiko terjadi infeksi
- Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi resiko infeksi

Intervensi Rasional
1. Kaji dan ukur tanda – tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
klien umum
2. Melihat/memerikasa bagian 2. Untuk mengetahui frekuensi dari
genetali, melihat pengeluaran pengeluaran keputihan ataupun
keputihan ataupun darah darah
3. Anjurkan untuk mengganti 3. Mencegah terjadinya infeksi
pakaian dalam, setiap kali terasa
lembab
4. Anjurkan untuk istirahat yang 4. Dengan isitirahat yang cukup ibu
cukup bias rileks dan menghindari
keputihan
5. Kolaborasi pemberian obat 5. Mencegah terjadinya infeksi
antibiotic dengan dokter
6. ajarkan cara membersihkan alat 6. mengihindari terjadnya resiko
kelamin dengan benar infeksi

IV. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan.

V. EVALUASI
1) Ansietas teratasi
2) Gangguan rasa aman nyaman (nyeri) teratasi
3) Resiko infeksi teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Dita Made (2013), Asuhan Keperawatan ibu dengan IUD


http://www.net/info/asuhan-keperawatan-dengan-pemasangan-alat-
kontrasepsi-iud.html. [Internet], Diakses 16/9/2014

Nurjannah Liska (2013), KB IUD pada ibu


http://liskanurjanah.blogspot.com/2012/10/askep-kb-iud.html.
[Internet], Diakses 16/9/2014

Syiah Aisyah (2012), Konsep IUD pada ibu


http://www.filebagus.com/2013/06/asuhan-keperawatan-askep-
akseptor-kb.html. [Internet], Diakses 16/9/2014

Anda mungkin juga menyukai