Anda di halaman 1dari 20

Makalah

PREDIKSI UMUR DINDING TAMBANG DENGAN


PEMODELAN KESETIMBANGAN BATAS MOHR COULOMB
PADA MICROSOFT ACCESS

Diajukan untuk memenuhi


tugas matakuliah mekanika tanah

Disusun Oleh
Rizqah Qurrata A’yun 1504108010068

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan galian berharga dari
lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu 50 tahun, banyak
peningkatan yang besar, terutama dalam penambangan bawah tanah dan semakin
meningkatnya pengusaha tambang terhadap bahaya dan dampak terhadap
lingkungan serta perhatian terhadap masyarakat sekitar tambang. Dengan adanya
perkembangan teknologi maka peningkatan kebutuhan akan bahan galian yang
selama ini terjadi dapat dipenuhi dengan cara mekanisasi bahan galian, terutama
mekanika tanah sehingga lebih banyak bahan galian yang dapat diambil dan
diolah secara ekonomis.
Mekanika tanah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat fisik dari
tanah dan kelakuan massa tanah tersebut bila menerima bermacam-macam gaya.
Sehingga salah satu faktor utama untuk terciptanya optimalisasi pengusahaan
pertambangan umum adalah di buatnya perencanaan dan dilaksanakannya teknik-
teknik pertambangan yang baik dan benar. Seluruh aspek atau komponen dalam
kegiatan pertambangan perlu dikaji , direncanakan dan dilakukan dengan baik,
karena masing-masing aspek tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu
sama lain agar terjadinya keselamatan pertambangan. Pemodelan menggunakan
kestimbangan batas “Mohr Coulomb” sehingga hasil analisa seseuai dengan
analisa stabilitas lereng menggunakan perengkat lunak dengan konsep yang sama.
Hasil akhir yang diharapkan dengan sebuah model parameter geoteknik adalah
dapat memberikan informasi yang kreatif dan informatif tentang kejadian
longsoran tanpa menghilangkan substansi teknikal sehingga dari setiap kejadian
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memutuskan suatu kondisi yang relatif
sama dimasa mendatang.

1
1.2 Permasalahan
Lokasi penelitian dilakukan pada konsesi penambangan batubara PKB2B
PT Borneo Indobara dimana kejadian longsoran yang selama ini terjadi dijadikan
dasar back analysis dan arahan untuk perbaikan kedepannya. Pengumpulan data
dilakukan dengan membuka kembali kejadian yang pernah terjadi dan
mengumpulkan semua data-data yang berhubungan dan form yang sudah dibuat
sebagai pedoman pengumpulan data bagi kejadian longsoran kedepannya nanti.
Pengumpulan data dilakukan pada tambang lama yang di tinggalkan dan juga
tambang yang saat ini masih aktif. Secara kondisi geologi lokasi telitian
merupakan salah satu bagian kegiatan penambangan yang merupakan bagian dari
cekungan Barito yang berada pada formasi Warukin.
Secara geologi daerah kajian merupakan kesamaan kondisi geologi dengan
struktur cenderung tidak berkembang sehingga dengan mempunyai rockmass
yang relatif sama. Mateial didominasi oleh pasiran, lempung dan batubara yang
mempunyai sifat plastis dengan kekerasan dibawah 1 Mpa. Perubahan kadar air
berlangsung sangat cepat dan memberikan dampak significant terhadap sifat
mekanik batuan. Dari beberapa kejadian selama ini kurang maksimal dilakukan
back analysis sehingga kejadian satu dengan yang lainnya tidak secara optimum
dilakukan untuk perbaikan dimasa mendatang. Selain itu mengkorelasikan satu
kejadian dengan kejadian lainnya tidak pernah dilakukan sehingga kejadian ini
tidak memberi arti terhadap perbaikan ke depannya. Berdasarkan kondisi tersebut
maka dipandang perlu mengumpulkan semua informasi yang berhubungan
kejadian longsoran sehingga konsistensi data dapat dilakukan. Dengan konsistensi
data maka faktor-faktor yang mendukung stabilitas lereng dapat di identifikasi,
maka proses back analysis dapat dilakukan sehingga akhirnya proses perbaikan
akan maksimal.
Konsistensi data juga mempengaruhi proses variasi data yang ada
sehingga back analysis tidak dilakukan sepihak berdasarkan satu data namun
sudah diproses dalam ruang lingkup yang luas. Artinya semakin banyak data akan
semakin banyak informasi dikumpulkan sehingga banyak diperoleh beberapa
pedoman. Yang perlu dilakukan pada saat variasi data berkembang pesat adalah

2
proses penyederhaan dan pengasumsian berdasarkan kaidah-kaidah engineering.
Kontrol geologi yang cenderung homogen dan rockmass yang relatif sama sebagai
faktor dari proses penyederhaan ini. Pembuatan form juga sangat membantu
dalam penajaman setiap investigasi sehingga sebuah kegiatan dilapangan terarah
dan fokus pada satu target data sehingga hal-hal yang memungkinkan untuk
terlewat dapat diminimalisir. Form tersebut dapat dibawa kelapangan sehingga
ketika sampai di kantor tinggal menyalinkan kedalam database.
Form tersebut juga sebagai wahana pembelajaran bagi bagi setiap individu
yang khususnya engineer baru yang memulai terjun dalam dunia geomechanic
sehingga pengumpulan data akan memperoleh hasil yang maksimal baik
dilakukan oleh engineer baru maupun enginner lama. Pembuatan database
dilakukan dengan program sederhana yang mudah diakses dan mudah
dipalikasikan pada setiap komputer serhingga diharapkan akan user friendly. Data
hanya berupa huruf dan angka dan sudah dibantu pembatasan oleh software
sehingga pada sat menginput, kesalahan-kesalahan kecil dapat dieliminasi. Proses
akhir adalah pembuatan model dimana model ini sebagai dasar dalam setiap
analisa untuk perbaikan desain dimasa mendatang. Pembuatan model
menggunakan konsep kestimbangan batas berkonsep Mohr Coulomb dimana nilai
cohesi dan sudut geser dalam menjadi faktor penting dalam pemodelan ini.
Sehingga semakin hari model akan semakin bertambah dan semakin komplek
sehingga kualitas hasil analisa dapat di pertanggungjawabkan.

3
1.3 Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah pembelajaran terhadap kejadian
yang sudah terjadi untuk sebuah perbaikan dimasa mendatang khususnya tentang
kestabilan dinding tambang dimana hasil akhirnya bisa mengoptimalkan
pengambilan sumber daya yang ada secara maksimal. Data akan memberikan
informasi secara maksimal jika ada keterkaitan antara data satu dengan yang
lainnya sehingga perlu dibuat sebuah konsistensi pengambilan data dan masuk
dalam sebuah database untuk pemodelan. Tujuan akhir dari penulisan makalah ini
adalah mencari hubungan antara sudut lereng terhadap umur dinding tambang
sehingga resiko akan kestabilan lereng dapat dikendalikan untuk mengoptimalkan
pengambilan sumberdaya yang ada.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


Lereng merupakan suatu permukaan tanah atau batuan yang miring dan
memiliki suatu sudut tertentu terhadap bidang horisontal.Lereng pada umumnya
dapat terbentuk secara alamiah maupun secara buatan. Kemantapan suatu lereng
tergantung terhadap besarnya gaya penahan dan gaya penggerak yang terdapak
pada bidang gelincir tersebut. Gaya penahan merupakan gaya yang menahan
terjadinya suatu longsoran sedangkan gaya penggerak merupakan gaya yang
menyebabkan terjadinya suatu longsoran. Kemantapan suatu lereng dapat
dinyatakan dengan suatu nilai faktor keamanan (FK) yang merupakan
perbandingan antara gaya penahan dengan gaya penggerak. Apabila besarnya
gaya penggerak lebih besar daripada besar gaya penahan maka lereng akan
mengalami longsoran, dan sebaliknya bila besarnya gaya penahan lebih besar
daripada gaya penggeraknya maka lereng tersebut akan stabil atau tidak
mengalami longsoran.
Kelongsoran suatu lereng dapat terjadi pada umumnya sering disebabkan
apabila bertambahnya tegangan geser atau berkurangnya kuat geser material
penyusun lereng tersebut. Perlu diketahui juga faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu longsoran pada lereng sebelum melakukan analisis
kestabilan lereng pada suatu daerah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis kemantapan suatu lereng adalah sebagai berikut:
a. Penyebaran Batuan
Aspek yang perlu diketahui untuk mempelajari penyebaran batuan adalah
macam batuan atau tanah yang terdapat di daerah penyelidikan, penyebaran
dan hubungan antar batuan. Sifat-sifat fisik dan mekanik suatu batuan berbeda
dengan batuan yang lain sehingga kekuatan menahan beban berbeda pula.

5
b. Relief Permukaan Bumi
Faktor ini mempengaruhi laju erosi, pengendapan dan menentukan arah aliran
air permukaan tanah. Untuk daerah curam, kecepatan aliran air permukaan
tinggi dan menyebabkan pengikisan lebih intensif dibandingkan pada daerah
landai. Erosi yang intensif menyebabkan, banyak dijumpai singkapan batuan
dan proses pelapukan menjadi lebih cepat. Batuan lapuk mempunyai kekuatan
yang rendah sehingga kemantapan lereng menjadi berkurang.

c. Sifat Fisik Dan Sifat Mekanik Material


Sifat fisik dan sifat mekanik tanah atau batuan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kestabilan dari lereng karena berhubungan dengan besar
kecilnya nilai kuat geser.Kelongsoran yang terjadi pada lereng merupakan
peristiwa keruntuhan geser.Sehingga analisis kestabilan lereng tanah atau
batuan perlu mengetahui sifat fisik dan mekanik tanah atau batuan karena
berpengaruh terhadap kuat geser.
Adapun sifat fisik dan sifat mekanik tanah dan batuan yang diperlukan dalam
melakukan analisis kestabilan
lereng adalah sebagai berikut:
1. Sifat Fisik :
a) Bobot Isi( γ ).
Bobot isi merupakan perbandingan antara berat material dengan volume material
yang dinyatakan dalam satuan berat per volume. Semakin besar bobot isi batuan,
maka gaya penggerak yang akan menyebabkan kelongsoran juga semakin besar.
Adanya berat dirinya sendiri yang semakin besar, menyebabkan kemantapan
lereng berkurang.
b) Porositas
Porositas merupakan perbandingan antara volume pori dengan volume butiran
seluruhnya. Batuan yang mempunyai porositas tinggi akan lebih banyak menyerap
air dan akan mengisi pori-pori batuan. Adanya air dalam batuan akan
menyebabkan tekanan air pori sebesar u atau gaya angkat air sebesar U, dimana U
= u.A, dengan A adalah luas dasar batuan.

6
c) Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan merupakan perbandingan antara volume air pori dengan dengan
volume isi pori seluruhnya. Semakin jenuh suatu batuan, maka semakin banyak
air yang dikandungnya, keberadaan air dalam batuan ini akan menimbulkan gaya
angkat air dan gaya dorong air yang dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran.
2. Sifat Mekanik :
a) Sudut geser dalam ( φ )
Sudut geser dalam merupakan sudut yang terbentuk dari hubungan tegangan
normal dan tegangan geser didalam material batuan. Sudut geser dalam adalah
sudut rekahan yang terbentuk jika suatu batuan dikenakan tegangan yang melebihi
tegangan gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material, maka
material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan luar yang dikenakan. Untuk
mengetahui besar sudut geser dalam harus dilakukan pengujian Triaxialdan uji
geser langsung, satuannya dinyatakan dalam derajat (º).
b) Kohesi ( c )
Kohesi adalah kekuatan tarik menarik antara butiran batuan yang dinyatakan
dalam satuan berat per satuan luas.Bila kekuatan geser semakin besar, maka
semakin besar pula harga kohesi dari material batuan. Batuan dengan kohesi yang
besar dapat dibuat lereng dengan kemiringan yang besar pada nilai keamanan
yang sama. Harga kohesi didapat dari hasil analisis di laboratorium yaitu dengan
uji kuat geser langsung. Harga kohesi merupakan titik perpotongan sumbu kuat
geser dengan selubung kekuatan material (diameter Lingkaran Mohr) atau titik
perpotongan sumbu kuat geser dengan garis kekuatan geser Coulomb yang lebih
dikenal dengan keruntuhan Mohr-Coulomb.
c) Geometri Lereng
Geometri lereng mencakup tinggi lereng (H) dan sudut kemiringan
lereng.Perubahan tinggi akan mengakibatkan perubahan kestabilan dari lereng
yang bersangkutan karena berat material lereng yang harus ditahan oleh kuat geser
batuan atau tanah semakin besar. Sudut kemiringan lereng yang besar akan
memberikan volume material yang besar, sehingga beban material pada lereng
juga akan semakin besar. Lereng yang terlalu tinggi akan menyebabkan menjadi

7
tidak mantap dan cenderung mudah longsor dibandingkan lereng yang tidak
terlalu tinggi bila susunan batuannya sama. Demikian juga sudut kemiringan
lereng, lereng akanmenjadi kurang mantap jika kemiringannya besar. Oleh karena
itu apabila terjadi penambahan tinggi lereng maka harus diikuti dengan
pengurangan kemiringan lereng, demikian juga apabila terjadi penambahan sudut
kemiringan lereng harus disertai dengan pengurangan tinggi lereng. Semakin
besar tinggi lereng dan juga sudut kemiringan lereng akan mengakibatkan
berkurangnya kemantapan lereng tersebut sehingga mudah mengalami
kelongsoran.
d) Kondisi Geologi
Kondisi geologi yang dapat mempengaruhi kemantapan lereng meliputi:
- Struktur material penyusun lereng.
- Orientasi mineral dan stratigrafi.
- Bidang-bidang diskontinuitas seperti sesar, kekar, dan lipatan.
Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah adanya bidang-
bidang diskontinu atau bidang-bidang lemah seperti sesar dan kekar.Hal yang
terpenting dalam bidang diskontinu adalah adanya pengaruh tekanan air yang
berada pada rekahan tarik. Selain adanya rembesan air bidang diskontinu tersebut,
rekahan tarik juga akan terisi oleh material pengisi yang dapat memisahkan dua
sisi batuan, batuan tersebut akan mempunyai kuat geser yang kecil untuk menahan
potensi longsoran.Kondisi bidang lemah dan penyebarannya perlu diketahui untuk
menentukan arah dan jenis longsoran yang terjadi pada massa batuan tersebut, bila
jenis longsoran diketahui maka lebih mudah untuk menentukan geometri dan
orientasi lereng yang mantap dengan melakukan analisis kestabilan lereng.
e) Kondisi air tanah.
Air tanah merupakan salah satu faktor yang penting dalam kemantapan lereng. Air
tanah dapat mempengaruhi kemantapan lereng dengan cara:
- Mengurangi kekuatan batuan atau tanah.
- Mengubah unsur mineral dalam batuan melalui reaksi kimia dan pelarutan.
- Mengubah densitas batuan atau tanah.
- Menyebabkan terjadinya erosi.

8
Kehadiran air tanah dalam tubuh lereng biasanya menjadi masalah bagi
kestabilan lereng. Kondisi ini tidak lepas dari pengaruh luar, yaitu iklim (diwakili
oleh curah hujan) yang dapat meningatkan kadar air tanah, derajat kejenuhan, atau
muka air tanah. Kehadiran air tanah akan menurunkan sifat fisik dan sifat
mekanik tanah. Kenaikan muka air tanah meningkatkan tekanan air pori, yang
berarti memperkecil ketahanan geser dari massa lereng, terutama pada material
tanah (soil). Kenaikan muka air tanah juga memperbesar debit air tanah dan
meningkatkan erosi di bawah permukaan. Akibatnya lebih banyak fraksi halus
dari massa tanah yang dihanyutkan, lebih jauh ketahanan massa tanah akan
menurun.
f) Gaya Luar
Gaya luar sedikit banyak dapat mempengaruhi kemantapan suatu lereng.Gaya ini
berupa getaran-getaran yang berasal dari sumber yang berada di dekat lereng
tersebut.Getaran ini misalnya ditimbulkan oleh peledakan, lalu lintas kendaraan,
gempa bumi dan lain-lain.
2.2 Metode Penulisan
Metode penulisan dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap
faktor-faktor penting yang berhubungan dengan stabilitas lereng. Secara detail
pekerjaan analisa dapat dilakukan dengan ;
- Mengumpulkan data baik data lapangan mauun data sekunder.
- Membentuk sebuah database dan pemrograman
- Melakukan input data lapangan ke dalam database.
- Melakukan proses pembuatan model
- Analisa model sebagai output akhir.
Mengumpulkan data lapangan dapat dilakukan dengan dengan menggunakan
studi pustaka terhadap konsep dasar stabilitas lereng dan juga hasil temuan
lapangan. Data-data yang dikumpulkan meliputi lokasi kejadian, kedudukan
secara geologi, kondisi geologi, situasi dan juga pengambilan foto. Semua hal
tersebut sebagai dasar dalam pembuatan database. Pembuatan database dilakukan
pada sebuah microsoft access karena dengan pertimbangan data yang diinput
berupa teks dan angka sehingga mempunyai kapasitas data yang mencukupi.

9
Untuk peta dan foto dihubungkan dengan database dalam sebuah server sehingga
tidak berat ketika melakukan pembacaan data dan data yang disimpan tidak
bertambah besar secara siginifikan ketika ada penambahan kejadian sehingga
umur data base dapat berlangsung lama.
Microsoft access juga program umum yang mudah diperoleh sehingga
siapapun dengan mudah dapat menggunakan program ini. Database juga
dihubungkan dengan mircosoft excel dan microsoft word sehingga akan friendly.
Prose pembuatan model menggunakan konsep kestimbangan batas dimana
komponen resisting force berupa nilai cohesi dan sudut geser dalam. Nilai-nilai
dapat diperoleh dengan pengujian geomechanic terhadap sample-sample yang ada
sehingga hasil pengujian ini mencerminkan kondisi aktual dilapangan. Sifat dasar
properties batuan ini dijadikan dasar dalam membandingkan dengan driving force
yang berupa geometri lereng. Sehingga pembentukan model merupakan
kombinasi antara teoritical terhadap hasil uji geomechanic sehingga akan
menghasilkan hasil analisa yang terkalibrasi.
Pemodelan ini hanya membantu dalam mempreksi nilai stabilitas lereng
namun untuk detail setiap bagian harus dilakukan analisa stabilitas lereng yang
lebih mendatail dengan menggunakan program yang ada. Tabel dibuat sedemikian
rupa sehingga mudah dikenali dan mudah diaplikasikan untuk setiap data
sehingga penambahan data dapat sederhana dan mudah. Untuk mendapatkan form
baru tinggal menekan tombol dan secara otomatis form akan muncul form yang
ada. Adapun tampilan database yang sudah dibuat adalah seperti gambar 1.

10
Gambar 1. tampilan database berbasis Microsoft access
Langkah berikutnya adalah membuat form yang digunakan sebagai
pedoman saat pengambilan data di lapangan pada saat longsoran terjadi (gambar
2). Pembuatan form dilakukan pada microsoft access dengan menambahkan
beberapa perintah sehingga data yang di input benar dan secara programan dapat
langsung dihubungkan dengan database. Jika suatu form harusnya diisi sebuah
angka dan maka form tersebut tidak dapat diisi oleh huruf dan begitu sebaliknya.
Hal ini dapat membantu banyak dalam pekerjaan pengelompokan data sehingga
akan lebih mudah pada saat analisa. Data yang acak akan membuat analisa tidak
dapat dilakukan secara menyeluruh sehingga mempengaruhi perolehan data secara
statistik.
Dari data-data tersebut dikelompokan kedalam sebuah menu sehingga
dengan menambahkan beberapa perintah maka akan dapat memunculkan sebuah
data. Dari beberapa hal yang dipandang perlu pada pengelompokan data maka
terbuat sebuah form dalam microsoft acces sehingga dapat digunakan sebagai
dasar pembuatan model. Informasi yang dimasukan berupa text dan angka serta
foto dan peta dalam bentuk link yang terhubung dengan server. Adapun beberapa
form yang ada dalam database ini adalah ;
1. ID : menunjukan jumlah kejadian yang sudah terjadi dan sudah di input
informasi yang berhubungan dengan kejadian longsoran. ID akan muncul

11
secara berurutan sehingga ID terakhir menunjukan jumlah data dan dan ketika
menginput langsung masuk ke form berikutnya. Harus diisi angka.
2. Failure name : Menyebutkan nama lokasi yang dapat dihubungkan dengan
lokasi, blok atau strip mine.
3. Date : menyebutkan tanggal kejadian
4. Time : menyebutkan jam kejadian
5. Investigator : menyebutkan nama-nama yang melakukan investigasi atau
observasi atau hal lainnya yang berhubungan dengan orang yang melakukan
proses pengumpulan data.
6. Digging started : merupakan informasi kapan penggalian lereng dilakukan
sehingga dapat di peroleh umur dinding dari awal penggalian sampai kejadian
longsor terjadi
7. Failure Type : menjelaskan pola longsoran yang terjadi apakah plane,
wedge, circular atau toppling.
8. Rock Type : menjelaskan informasi material yang mengalami longsoran.
Deskripsi material selengkap-lengkapnya sehingga dapat mewakili kondisi
yang ada dilapangan.
9. Life of wall : menjelaskan umur dinding yang dhitung dari saat penggalian
sampai kejadian terjadi.
10. Slidecenter mE/mN “ menjelaskan esating/ northing dari posisi longsoran
dimana hal ini menunjukan lokasi kejadian failure.
11. Estimasi Tonnage : Merupakan jumlah material yang mengalami longsoran
atau berpotensi untuk longsor. Perhitungan dapat menggunakan estimasi
ataupun berdasarkan pengukuran survey.
12. LW/RH Wedge orientation : merupakan bidang-bidang struktur yang
membatas bidang longsoran. Pola ini dipakai untuk longsoran wedge
sehingga harus memenuhi kaidahnya berupa sayap kiri dan sayap kanan.
13. Plane orientatation : merupakan bidang struktur yang dominan atau bidang
bedding yang menunjukkan perlapisan batuan.
14. Wall dip direction : menunjukkan arah pergerakan masa atau longsoran.
15. Slope angle : menjelaskan besaran sudut bidang longsoran.

12
16. Higest/Lowest Bench : menunjukkan elevasi teratas dan terbawah dari
longsoran yang terjadi.
17. Max Height : merupakan ketinggian bidang yang mengalami longsoran
18. Cohesi-Friction angle : menjelaskan hasil pengujian material properties
yang menunjukkan sifat dasar material.
19. Contributing Factor : menjelaskan faktor-faktor diluar geometri ataupun
material properties yang mendorong terjadinya longsoran. Misal peledakan,
erosi dan faktor lainnya.
20. Impact Stability : menjelaskan dampak diakibatkan oleh ketidakstabilan
lereng misalnya jalan terputus, jalan terblok, saluran terputus dan lainnya.
21. Recommendation : menjelasakan langkah-langkah yang dilakukan segera
untuk mengangani longsoran sehingga dampak berikutnya dapat dikelola.
22. Structural : menjelaskan kejadian kondisi struktur geologi yang ada. Hal ini
berkaitan erat dengan orientasi struktur terhadap lereng dan rockmass yang
ada.
23. Pada kolom document merupakan kolom link other document support
disimpan. Other document support dapat merupa peta, foto sketsa dan data-
data lainnya.
24. Tombol-tombol yang ada merupakan tombol navigasi untuk langkah
selanjutnya sehingga dapat digunakan sebagai arahan untuk langkah
berikutnya ketika proses input sudah berakhir.
Berdasarkan pedoman dengan form diatas maka konsistensi setiap kejadian
longsoran akan diperoleh data yang sama walapun angkanya berbeda dari setiap
kejadian. Dengan konsistensi data tersebut maka proses pembuatan model ataupun
perhitungan matematis – statistik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Data-data
tersebut semua harus diisi sehingga ketika proses penggabungan dengan data
lainnya diperoleh konsistensi data sehingga perhitungan statistik dan
pembentukan model dapat dilakukan. Setelah data diperoleh maka langkah
selanjutnya adalah pembuatan model disesuaikan dengan kebutuhan analisa.
Konsep pemodelan disesuaikan dengan konsep dasar Mohr Cuolomb yang mudah
dipahami sehingga proses analisa dapat dilakukan secara cepat dan menghasilkan
data akurat.

13
Gambar 2. Pembuatan form pada Microsoft acess sebagai acuan pengambilan data
berkonsep komponen stabilitas lereng
2.3 Hasil dan Pembahasan
Hasil akhir dari penulisan makalah ini adalah sebuah konsistensi dalam
pengambilan data dari setiap kejadian longsoran yang pernah terjadi sehingga dari
setiap kejadian tersebut dapat dianalisa setiap komponen yang ada. Komponen-
komponen tersebut berupa semua informasi yang dapat dikumpulkan dari
kejadian longsoran secara menyeluruh baik dari sudut pandang geologi yang
terdiri dari material dan struktur geologi maupun faktor eksternal lainnya. Dari
pembuatan form data base tersebut maka konsistensi dapat dijaga sehingga
komponen stabilitas lereng dapat dilakukan kajian.

Dua komponen utama slope stability adalah sifat geologi dan geometri
lereng. Sifat geologi berupa karakteristik sifat mekanik material yang berupa nilai
cohesi dan sudut geser dalam dan sedangkan faktor struktur geologi merupakan
bidang-bidang ketidakmenerusan. Faktor kondisi struktural geologi tidak
berkembang di daerah telitian dimana kontrol struktur geologi hampir tidak
dijumpai di daerah telitian sehingga dalam pembahasan stabilitas lereng hanya
berdasarkan pada kondisi sifat mekanik material berupa nilai kohesi dan sudut
geser dalam.

Faktor geometri lereng adalah faktor komponen utama lainnya yang


mendukung kestabilan lereng sehingga menjadi catatan tersendiri dalam
pengambilan data. Dalam kegiatan penambangan, geometri lereng dapat diatur

14
sedimikian rupa sehingga kegiatan penggalian dapat dilakukan dengan aman
dengan mempertahankan sifat mekanik material. Secara konsep kesetimbangan
batas diperoleh nilai geometri optimum untuk setiap karakterisktik material
sehingga dengan mengetahui nilai sifat mekaniknya kita dapat melakukan
perhitungan nilai optimum geometri lereng.

Dari pengumpulan data lapangan yang dimasukan dalam sebuah database


berbasis microsoft access maka ujung akhir dari proses ini adalah identifikasi
faktor-faktor pendukung stabilitas lereng. Nilai kestabilang lereng merupakan
perbandingan antara gaya pendorong dan gaya penahan dimana gaya penahan
berupa sifat mekanik material dan gaya pendorong berupa geometri lereng
sehingga komponen yang akan dibandingkan dalam pengolahan hasil
pengumpulan data berupa korelasi antara sifat mekanik dan geometri lereng.
Pembuatan korelasi ini akan lebih maksimal jika dapat diaplikasikan dalam
kepentingan lain yang berguna bagi aplikasi proses desain. Adapun korelasi ini
adalah umur dinding tambang.

Dari penjelasan diatas maka final dari pengumpulan data, input dalam data
base dan pemodelan dapat dilakukan dengan membuat korelasi antara sifat
mekanik dalam hal ini nilai sudut geser dalam, besar dari sudut lereng dan umur
lereng. Umur lereng mencerminkan kondisi sifat mekanik dan geometri lereng
sehingga dapat digunakan untuk memprediksi umur dinding tamban. Dari semua
data yang sudah dikumpulkan dan dimasukan dalam sebuah database berbasis
microsot access maka hasil akhir akhirnya berupa model yang dapat dilihatseperti
gambar 3.

Dari gambar 3 tersebut dapat diperoleh korelasi anatara umur dinding


tambang dalam X axis dengan satuan bulan dan besar kelerengan dalam Y axis
dalam satuan derajat. Kedua informasi ini dapat diperoleh berdasarkan kejadian
longsoran yang pernah terjadi sehingga data ini merupakan data nyata dilapangan
yang artinya bukan berasal dari desain. Keuntungan dari desain hal ini adalah
menyikapi perubahan antara desain dan actual dilapangan sehingga data yang
dikumpulkan adalah valid. Plotting awal adalah melakukan memasukan data
besaran sudut geser dalam yang mencerminkan nilai mekanik dari material
dimana dalam chart terdapat pada titik warna merah. Besar sudut geser dalam
dalam relatif sama untuk setiap kondisi material yang berbeda dimana hal ini
mencerminkan kondisi geologi yang sama. Konsep penyederhanaan kondisi
geologi ini penting dilakukan karena sifat geologi yang heterogen sehingga
dengan kesamaan nilai sudut geser dalam ini maka akan banyak membantu dalam
proses pemodelan.

15
Berikutnya informasi yang muncul adalah besaran sudut lereng, dimana
besaran sudut lereng sangat bervariasi tergantung dengan aktual dilapangan
sehingga secara logika dengan asumsi nilai sifat mekanik tetap maka setiap
kenaikan besar sudut lereng pasti akan diresponse dengan penurunan umur
dinding tambang. Nilai sudut dinding tambang dapat dilihat dalam gambar titik
dengan warna biru pada model dibawah. Dari titik tersebut dapat di tarik sebuah
garis berat yang dapat mencerminkan konsisi aktual dan untuk memprediksi
kondisi lainnya.

Garis berat ini sangat berguna untuk interpretasi besaran umur dinding pada
besaran sudut lereng yang berbeda. Garis berat yang dimaksud berupa garis
merah. Garis berat ini sebagai penghubung korelasi antara besaran sudut lereng
dan umur dining tambang. Hal ini penting dilakukan jika menyesuaikan dengan
kondisi sequence penambangan. Jika kegiatan penambangan dapat dilakukan
dengan cepat maka optimalisasi slope dapat dilakukan namun jika secara
sequence penambangan pekerjaan penambangan memerlukan waktu yang lama
maka optimalisasi slop tidak boleh dilakukan. Kalau optimalisasi dilakukan maka
perlu effort dari luar untuk stabilisasi.

Secara umum dari garis berat ini maka dapat diperoleh informasi jika umur
dinding tambang dibutuhkan waktu yang lama maka pembentukan lereng harus
lebih kecil dibandingkan dengan umur dinding tambang yang pendek. Dari
gambar 3 diperoleh umur dinding 30 bulan pada saat 30 derejat kemiringan lereng
sehingga jika ada pertanyaan berapa umur dinding tambang ketika kemiringan
lereng sekitar 50derajat maka dengan model tersebut dapat dijawab dengan 5
bulan. Kondisi lainnya dapat dilakukan dengan melakukan hal serupa sehingga
hal-hal seperti ini dapat memprediksi sebuah umur dinding tambang.

Garis ungu adalah mencerminkan nilai sudut geser dalam dimana


berdasarkan konsep Mohr Coulomb ini nilai ini merupakan garis repose yang
mempunyai FoS = 1 sehingga untuk pit desain secara kasar untuk memperoleh
kestabilan secara waktu panjang harus dibuat sudut kelerengan dibawah garis
sudut geser dalam. Garis ungu dipotong oleh garis merah yang artinya sisi sebelah
kiri menunjukan nilai kestabilan lereng dimana potensi ketidakstabilan kecil
terjadi. Potensi ketidakstabilan di sisi kanan garis merah mungkin terjadi karena
degradasi sifat mekanik material. Degradasi ini dapat terjadi akibat perubahan
sifat mekanik material sehingga menurunkan nilai cohesi dan sudut geser dalam.
Pembuatan sudut kelerengan tambang diatas garis merah tidak direkomendasikan
karena potensi ketidakstabilan lereng yang besar sehingga umur dindig tambang
tidak dapat diprediksi dan nilai ini jauh diatas sudut geser dalam yang
mencerminkan kondisi aktual material. Model yang dibangun sangat membantu

16
banyak dalam perencanaan sudut kelerengan dan desain sequence penambangan
sehingga optimalisasi kegitana penambangan dapat dilakukan.

Gambar 3. Hasil pemrosesan database sehingga muncul model sebagai parameter


geomekanik.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengumpulan data dari setiap kejadian longsoran sangat penting dilakukan
sehingga perbaikan seuatu hal yang menjadi faktor penyebab ketidakstabilan
lereng dapat dipelajari. Dengan mempelajari ini maka perbaikan dimasa
mendatang dapat dipelajari. Untuk menggali sebuah data dari setiap kejadian
diperlukan sebuah arahan dan pedoman yang sistematis dan jelas sehingga mudah
dipahami dan diaplikasikan.
Pembuatan database dan form menjadi salah satu tolak ukur terhadap
ketajaman dalam pengumpulan data lapangan dan konsistensi data sehingga data
dari setiap kejadian dapat dibandingkan satu dengan lainnya. Dengan melakukan
korelasi ini maka proses kejadian dapat digunakan untuk pembentukan model
analisa stabilitas lereng. Pembentukan model menggunakan konsep
kesetimbangan batas yang membandingkan antara driving force dan resisting
force. Konsep ini adalah adalah membandingkan antara geometri lereng dan nilai
sifat mekanik material. Dengan pemodelan yang dibuat maka dapat mem bantu
dalam pedoman pembuatan desain dinding tambang ataupun pengaturan sequence
penambangan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Erik Eberhardt, 2003 “Rock Slope Stability Analysis – Utilization of
Advanced Numerical Techniques” ,
Geological Engineering UBC – Vancauver, Canada.
Hoek E, Carlos Carranza-Torres, Brent Corkum, 2002, Hoek-Brown Failure
Criterion, Vancouver, Canada.
Hoek E & JW Bray, 1981. Rock Slope Engineering, Third Edition Institution of
Mining and Metallurgy.

19

Anda mungkin juga menyukai