Anda di halaman 1dari 15

Tugas Bisnis Pariwisata

Penawaran Dalam Bisnis Pariwisata

Oleh :

Kelompok 4

Rizky Retno Sari 1215151022

Wahyu Langgeng Prastyo 1215251183

Ni Made Ratih Kusuma Dewi 1315151004

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Program Non Reguler

Denpasar

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penawaran Dalam Bisnis
Pariwisata”.

Makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas Bisnis Pariwisata dan diharapkan
dapat membantu mahasiswa untuk memahami materi pengertian bisnis pariwisata.

Makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. I Wayan Suana, SE., MM. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Bisnis Pariwisata.

2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dalam penyempurnaannya. Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan di Indonesia.

Denpasar, 12 Maret 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 5
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian daerah tujuan wisata ................................................................ 6
2.2 Interaksi sistem kepariwisataan ................................................................. 7
2.3 Sisi penawaran destinasi................................................................... ......... 9
2.3 Unsur-unsur penawaran dalam bisnis pariwisata ...................................... 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian cukup besar, baik dari
masyarakat maupun pihak pemerintah pada periode delapan sampai sembilan
puluhan. Sebelum tahun tujuh puluhan sudah banyak daerah di Indonesia yang
sesungguhnya bisa diolah melalui sektor pariwisata, akan tetapi perhatian semua
pihak masih lebih tertuju pada kekayaan sumber alam yang melimpah, sehingga
sektor pariwisata belum secara serius untuk diperhatikan. Sektor pariwisata baru
mulai di kerjakan dengan serius sejak awal tahun delapan puluhan, walaupun
sesungguhnya sektor patiwisata telah bergejala dan mulai menghasilkan devisa bagi
dunia internasional termasuk internasional sejak tahun 1950.
Peradaban manusia saat ini telah masuk kepada kondisi pasca-modern. Keadaan
ini ditandai dengan dominasi teknologi yang semakin canggih, fiksi ilmiah,
sensitivitas lingkungan. Kondisi tersebut merupakan realita kehidupan manusia saat
ini. Kepariwisataan sebagai sebuah aktivitas manusia berada dalam pengaruh pasca-
modern tersebut. Oleh karena itu perubahan lingkungan yang sedang berlangsung
yang juga merupakan bagian dari proses perubahan kebudayaan, harus dijadikan
pertimbangan pokok dalam perencanaan dan pengembangan produk pariwisata pada
tingkat makro maupun mikro.
Dalam pembangunan kepariwisataan di era global dan dalam memasuki
pemberlakuan otonomi daerah, terdapat banyak isu dan permasalahan kepariwisataan
di Indonesia yang harus ditelaah secara lebih mendalam. Berbagai tuntutan global
yang membentuk kepariwisataan saat ini dan masa depan, seperti kelestarian
lingkungan, revolusi microelectronics dan teknologi serta berbagai paradigma baru
dalam pembangunan merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan dalam
pembangunan kepariwisataan. Dengan perkembangan pariwisata diharapkan akan
berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, hal ini perlu didukung

4
dengan tersedianya fasilitas umum pendukung industry pariwisata, disamping dengan
terus memperbaiki outlook dari daya Tarik wisata ditawarkan. Berdasarkan uraian
latar belakang permasalahan di atas, Maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai
“Penawaran Dalam Bisnis Pariwisata”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara lain:
1. Apakah pengertian dari daerah tujuan wisata?
2. Bagaimanakah interaksi sistem kepariwisataan?
3. Bagaimanakah sisi penawaran destinasi?
4. Bagaimanakah unsur-unsur penawaran dalam bisnis pariwisata?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui karya tulis ini antara lain
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian daerah tujuan wisata.
2. Untuk mengetahui interaksi dalam kepariwisataan.
3. Untuk mengetahui sisi penawaran destinasi.
4. Untuk mengetahui unsur-unsur penawaran dalam bisnis pariwisata.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa mampu memahami materi tentang pernawaran dalam bisnis
pariwisata.

2. Memberikan sumbangan keilmuan kepada mahasiswa tentang bisnis


pariwisata.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Daerah Tujuan Wisata


Menurut Hadinoto (1996 : 15) daerah tujuan wisata adalah suatu kawasan
spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana tempat tersebut dapat
ditinggali selama waktu tertentu. Menurut Flament (1975) dalam pariwisata
Indonesia, menuju destinasi pariwisata berdaya saing, menyebutkan bahwa “Any
place capable of satisfying the tourists’ needs (for relaxation) must be classed as
a destination”. Sedangkan pengertian umum dari daerah tujuan wisata adalah
sebuah tempat dan atau kawasan yang dapat memenuhi permintaan dan
keinginan wisatawan untuk tinggal/berkunjung. Jadi, bisa disimpulkan bahwa
daerah tujuan wisata merupakan tempat dimana segala kegiatan pariwisata bisa
dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk wisatawan.
Dalam mendukung keberadaan daerah tujuan wisata perlu ada unsur pokok yang
harus mendapat perhatian agar wisatawa dapat tenang, aman dan nyaman di
dalam berkunjung. Unsur pokok tersebut adalah :
- Objek dan daya tarik wisata yaitu tempat yang dijadikan sebagai daerah tujuan
wisata.
- Sarana dan Prasarana serta infrastruktur wisata adalah infrastruktur yang
mendukung pariwisata sehingga wisatawan akan nyaman untuk menikmati
wisata sehingga memiliki keinginan untuk kembali lagi.
- Masyarakat dan lingkungan yaitu keadaan sosial budaya dari masyarakat dan
lingkungan sekitar. Untuk menarik wisatawan dibutuhkan masyarakat yang
ramah serta lngkungan yang kondusif sehingga wisatawan nyaman untuk
berkunjung.
Agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik harus mempunyai syarat-
syarat yang ada, seperti dibawah ini:

6
- ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see) daerah tujuan wisata harus
memilik hal yang menarik untuk dilihat sehingga dapat menikmati wisata
yang dilakukan dan tercapainya tujuan wisata yang diinginkan.
- ada sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do), daerah wisata harus
memilki hal yang dapat dikerjakan oleh wisatawan. Misalkan wisatawan ingin
menikmati wisata olahraga air, maka wisatawan akan mencari tempat yang
menyediakan fasilitas tersebut sehingga wisatawan mencapai hal yang dia
ingin kerjakan.
- ada sesuatu yang ingin diketahui / dipelajari (something to know) wisata tidak
hanya untuk mendapatkan hiburan, namun juga ingin mempelajari suatu hal
seperti kebudayaan maupun sesuatu yang unik di lingkungannya.
- ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy) sebagai bukti seseorang telah
melakukan wisata adalah dengan membeli sesuatu sebagai kenang-kenangan
maupun sebagai oleh-oleh dari tempat mereka berkunjung.
Pembangunan suatu daerah tujuan wisata bersumber pada potensi daya tarik yang
memiliki kelayakan, dimana kelayakan tersebut seperti dibawah ini:
- Kelayakan finansial
- Kelayakan sosial ekonomi regional
- Kelayakan teknis
- Kelayakan lingkungan.

2.2 Interaksi Sistem Kepariwisataan

Menurut Mill dan Morison (1985:xix) pariwisata terkait erat dengan aktivitas
perpindahan tempat yang merupakan sebuah sistem dimana bagian-bagian yang ada
tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain seperti jaring laba-laba
(spider’s web). Mill dan Morison mengembangkan sistem pariwisata model jaring
laba-laba, dimana ada 4 subsistem yang terkandung di dalamnya yaitu:

1. Pasar (market)
2. Perjalanan (travel)

7
3. Pemasaran (marketing)
4. Tujuan wisata (destination)

Sisi lain dari pasar wisata utama dunia yang juga merupakan pangsa wisata utama
Indonesia merupakan komunitas dunia telah masuk pada tatanan kebudayaan post
modern. Sebagaimana juga dikemukakan oleh Kaynak ‘...the new travellers are more
diverse in their interests, more discriminating, demanding, and value
conscious’. Apabila kondisi ini diterjemahkan ke dalam perilaku pasar wisata akan
menuntut perubahan-perubahan pendekatan dalam program-program pemasaran
pariwisata maupun komunikasi pasar internasional.
Persepsi wisatawan terhadap lingkungan daerah tujuan wisata merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sub sistem informasi, promosi dan petunjuk. Sub-sistem
ini berkaitan dengan pembentukan image dan persepsi wisatawan, promosi dan
penjualan, tersedinya pramuwisata dan penunjuk jalan yang jelas, serta informasi dan
publikasi.
Berbagai penjabaran diatas menggambarkan fakta bahwa dalam industri
kepariwisataan modern saat ini, terdapat suatu urgensi akan kajian keilmuan
kepariwisataan. Pengelolaan serta pembangunan kepariwisataan tidak lagi dapat
dilakukan hanya berdasarkan pada pertimbangan–pertimbangan empiris dan
rasional, serta melalui pengambilan keputusan sepihak dengan pertimbangan
kepentingan masing–masing institusi, tetapi harus dilaksanakan melalui
pengelolaan sistemik, dengan pendekatan metodologis yang didasari pada kajian
keilmuan yang memiliki platform baku namun terus berkembang sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia dan ilmu pengetahuan.
Ditinjau dari perspektif kepariwisataan sebagai salah satu sektor pembangunan,
karakter keterkaitan antar sektor sangat tinggi, sehubungan dengan kompleksitas
wilayah yang diaturnya. Keterkaitan antar sektor tersebut mencakup aspek makro
yaitu antara lain perencanaan, implementasi dan pengawasan kebijakan, hingga aspek
mikro yakni perencanaan produk, atribut produk, pasar, kebijakan dan
regulasi. Tatanan tersebut juga melibatkan dan menempatkan stakeholders
kepariwisataan yang mencakup masyarakat, pemerintah, pihak swasta dan wisatawan

8
dalam posisi dan porsi yang berbeda–beda, yang tanpa pengelolaan yang tepat akan
menimbulkan konflik dan overlap dalam pelaksanaannya.

2.3 Sisi Penawaran Destinasi


Mengkaji permasalahan penawaran dalam pasar pariwisata, ditandai oleh tiga
ciri khas utama. Pertama, merupakan penawaran jasa-jasa, dengan demikian apa
yang ditawarkan itu tidak mungkin ditimbun dalam waktu lama dan harus
ditawarkan dimana produk itu berada.Oleh karena itu mustahil untuk
mengangkutnya, dan inilah yang membuat perbedaan dengan produk-produk
lainnya yang ditawarkan, dalam arti bahwa konsumen harus mendatangi apa yang
dirtawarkan itu untuk diteliti. Kedua produk yang ditawarkan dalam industri
pariwisata ini sifatnya kaku (rigid) dalam arti bahwa dalam usaha pengadaan
untuk pariwisata, sulit sekali untuk mengubah sasaran penggunaan untuk di luar
pariwisata. Ketiga, berlakunya hukum substitusi. Karena pariwisata belum
menjadi kebutuhan pokok manusia, maka penawaran pariwisata harus bersaing
ketat dengan penawaran barang-barang dan jasa yang lain.
Penawaran pariwisata baik yang menyangkut unsur-unsur alamiah (natural)
ataupun unsur-unsur buatan manusia (artificial) dengan memperhatikan tiga ciri
khas yang dimilikinya membutuhkan suatu sistem penanganan yang realistis. Arti
realistis disini adalah bagaimana unsur-unsur penawaran dalam pariwisata
tersebut mampu merespon kondisi persaingan dan kecenderungan dalam
lingkungan pasar pariwisata.
Di sisi yang lain, permintaan pariwisata sebagai mutual dari penawaran
menunjukkan fenomena yang seringkali berbeda dengan kondisi yang terjadi pada
pasar dalam pengertian umum tersebut. Banyak faktor yang turut mempengaruhi
wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata. Terlepas dari unsur-unsur pokok
gejala pariwisata yang menyangkut manusia, yang mempunyai waktu luang,
kelebihan pendapatan dan kemauan untuk melakukan perjalanan ternyata ada
unsur-unsur lain yang beberapa diantaranya bersifat rasional dan beberapa yang
lain tidak masuk akal (irasional). Dalam hal ini Gromy (2005) mencoba untuk

9
menganalisis beberapa faktor rasional sebagai suatu dorongan yang disadari bagi
wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata tersebut antara lain: aset-aset
wisata, pengorganisasian industri pariwisata, fasilitas, sikap masyarakat tempat
tujuan, kondisi demografi, situasi politik dan keadaan geografis. Sedangkan
faktor-faktor irasional terdiri atas lingkungan perjalanan dan ikatan keluarga,
tingkah laku, prestise, mode, perasaan keagamaan, hubungan masyarakat dan
promosi pariwisata.
Dari hal ini dapat diihat bahwa permintaan pariwisata tidak menggambarkan
sekelompok homogen orang-orang yang sedang berusaha bepergian setelah
terdorong oleh motivasi tertentu. Ada sekelompok keinginan, kebutuhan, rasa
kesukaan dan ketidak sukaan yang kadang berbaur dan bertentangan dalam diri
seseorang. Perbedaan struktur permintaan dalam pariwisata ini tidak mengikuti
pola sistematis yang didasarkan pada kebangsaan, kesukuan, tempat tinggal,
jabatan, susunan keluarga /tingkat sosial yang tidak bergantung kepada tingkat
umur atau jenis kelamin. Semua unsur yang beragam ini cenderung digunakan
sebagai batas /patokan agar tetap memberi arti segmentasi masyarakat yang
merupakan permintaan pasar potensial.
Permintaan pariwisata ditandai dengan beberapa ciri khas;antara lain adalah
kekenyalan (elasticity) dan kepekaan (sensitivity). Elastisitas disini berarti
seberapa jauh tingkat kelenturan permintaan tersebut terhadap perubahan struktur
harga /perubahan berbagai macam kondisi ekonomi di pasar. Titik awal
munculnya permintaan pariwisata dengan keadaan ekonomi sedemikian rupa
sehingga memungkinkan orang memiliki kelebihan pendapatan dan lamanya hari-
hari libur yang tetap dibayar. Karena pengeluaran wisatawan merupakan
penyisihan sebagian anggaran pribadi dan keluarga yang bersaing dengan barang
keperluan lain (mobil, televisi dan sebagainya), maka dapat dipahami mengapa
permintaan pariwisata dapat menunjukkan elastisitas langsung dengan jumlah
pendapatan di lain pihak.
Permintaan pariwisata juga sangat peka (sensitive) terhadap kondisi sosial,
politik dan perubahan mode perjalanan. Daerah tujuan wisata yang mengalami

10
ketidak tenangan (instability) kondisi politik atau keguncangan sosial tidak akan
menarik wisatawan meskipun harga fasilitas pariwisata yang ditawarkan sangat
murah.
Dari fenomena penawaran dan permintaan pasar yang telah diungkapkan, bisa
disimpulkan bahwa pariwisata mengandung berbagai permasalahan yang multi-
komplek. Seperti yang dikatakan oleh John King (2006) , bahwa untuk masa yang
akan datang negara-negara destinasi akan berhadapan dengan wisatawan yang
matang,tidak massal (individual perceptions) , dan mencari sumber-sumber
pengayaan hidup secara spiritual, tidak lagi sekedar kesenangan yang bersifat
material dan jasmaniah. Pada tingkat manajemen tantangannya adalah perubahan
orientasi dari menjual produk yang ada (sell what is produce) kepada penjualan
produk sesuai permintaan pasar, dari pemasaran massif kepada pemasaran untuk
konsumen individual, dari penggunaan mass-branding menuju keragaman
branding, dari persaingan harga menuju persaingan kualitas. Pada sisi tehnologi
ada tuntutan baru akan tehnologi informasi yang terpadu, lebih bersahabat, difusi
tehnologi yang cepat, sistemik dan bergerak menuju globall net working.
Keseluruhan tantangan ini akhirnya berpengaruh pada penciptaan produk--produk
wisata yang mempunyai daya tarik menurut perspektif konsumen.
Beberapa tantangan dalam industri pariwisata tersebut, tampaknya memang
perlu segera direspon oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah
pariwisata. Apalagi bagi pemerintah daerah yang sedang giat-giatnya menggali
potensi daerahnya dalam masa-masa otonomi daerah ini. Bentuk respon tersebut
antara lain dalam hal kemampuan untuk selalu melakukan upaya inovasi,
kesiapan lingkungan pendukung maupun tersinerginya penanganan pariwisata
tersebut oleh berbagai pihak yang terkait. Secara teknis upaya inovasi ini dapat
diterjemahkan sebagai upaya menciptakan objek wisata yang mampu memberikan
“pengalaman yang berbeda” bagi wisatawan yang mengunjunginya. Disisi yang
lain kesiapan lingkungan pendukung, baik tenaga kerja , masyarakat sekitar lokasi
maupun sarana dan prasarana juga sangat dibutuhkan.

11
2.4 Unsur-Unsur Penawaran Dalam Bisnis Pariwisata
Yang menjadi unsur-unsur penawaran pariwisata :
- Sejumlah barang maupun jasa yang ditawarkan kepada wisatawan dengan
harga tertentu.
- Meliputi semua daerah tujuan wisata yang ditawarkan kepada para wisatawan,
baik wisatawan potensial maupun riil.
- Berupa daya tarik alam, hasil ciptaan manusia,barang dan jasa yang dapat
mendorong orang-orang untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Daerah tujuan wisata merupakan tempat dimana segala kegiatan pariwisata bisa
dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk wisatawan.
Terdapat unsur pokok yang harus diperhatikan agar wisatawa dapat tenang, aman
dan nyaman di dalam berkunjung. Unsur pokok tersebut adalah :
- Objek dan daya tarik wisata.
- Sarana dan Prasarana serta infrastruktur wisata.
- Masyarakat dan lingkungan
Pembangunan suatu daerah tujuan wisata bersumber pada potensi daya tarik yang
memiliki kelayakan kelayakan finansial, sosial ekonomi regional, teknis, dan
lingkungan.
2. PermMenurut Mill dan Morison (1985:xix) pariwisata terkait erat dengan
aktivitas perpindahan tempat yang merupakan sebuah sistem dimana bagian-
bagian yang ada tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain
seperti jaring laba-laba (spider’s web). Persepsi wisatawan terhadap lingkungan
daerah tujuan wisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sub sistem
informasi, promosi dan petunjuk. Sub-sistem ini berkaitan dengan pembentukan
image dan persepsi wisatawan, promosi dan penjualan, tersedinya pramuwisata
dan penunjuk jalan yang jelas, serta informasi dan publikasi.
3. Permasalahan penawaran dalam pasar pariwisata, ditandai oleh tiga ciri khas
utama yaitu penawaran jasa-jasa, produk yang ditawarkan dalam industri
pariwisata ini sifatnya kaku (rigid), dan berlakunya hukum substitusi.
Penawaran pariwisata baik yang menyangkut unsur-unsur alamiah (natural)
ataupun unsur-unsur buatan manusia (artificial) dengan memperhatikan tiga ciri
khas yang dimilikinya membutuhkan suatu sistem penanganan yang realistis.
Permintaan pariwisata sangat peka (sensitive) terhadap kondisi sosial, politik dan
perubahan mode perjalanan. Daerah tujuan wisata yang mengalami ketidak

13
tenangan (instability) kondisi politik atau keguncangan sosial tidak akan menarik
wisatawan meskipun harga fasilitas pariwisata yang ditawarkan sangat murah.
4. Yang menjadi unsur-unsur penawaran pariwisata adalah barang & jasa, daerah
tujuan wisata, dan daya tarik alam.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://boniepku.blogspot.co.id/2014/10/daerah-tujuan-wisata.html (Diakses, sabtu 12


Maret 2016)
http://dreamgentong86.blogspot.co.id/2012/05/penawaran-pariwisata-yang-tepat.html
(Diakses, sabtu 12 Maret 2016)
http://pesona4rejanglebong.blogspot.com/2012/03/pariwisata-dalam-wacana-
otonomi-daerah.html (Diakses, sabtu 12 Maret 2016)
https://annisamuawanah.wordpress.com/2013/01/31/definisi-komponen-dan-sistem-
pariwisata/ (diakses, minggu 13 Maret 2016)

15

Anda mungkin juga menyukai