Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan Ke : 5 (lima)

Hari & Tanggal : Selasa, 10 Oktober 2017


Pemateri : M. Zul Azhri R. S.KM., M.Kes
Judul Materi : UU Kesehatan Kerja
A. PENGERTIAN KESEHATAN KERJA

Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat


melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalampekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan; dan penempatanserta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas
merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya.

Kesehatan kerja menurut Suma’mur didefinisikan sebagai spesialisasi


dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya, agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun
sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Notoatmodjo menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah merupakan


aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik,
kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah
masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri pokoknya
adalah preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan).
Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja pedomannya ialah: “penyakit dan kecelakaan
akibat kerja dapat dicegah”. Dari aspek ekonomi, penyelenggaraan kesehatan kerja
bagi suatu perusahaan adalah sangat menguntungkan karena tujuan akhir dari
kesehatan kerja ialah meningkatkan produktifitas seoptimal mungkin.

Secara eksplisit rumusan atau batasannya adalah bahwa hakikat kesehatan

kerja mencakup dua hal, yakni:

1. Pertama : sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-


tingginya.
2. Kedua: sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan
kepada meningkatnya efisiensi dan produktifitas. Apabila kedua prinsip
tersebut dijabarkan ke dalam bentuk opersional, maka tujuan utama
kesehatan kerja adalah:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
c. Perawatan mempertinggi efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya-bahaya pencemaran
yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
f. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
B. UU Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja Menurut UU Ketenagakerjaan

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) juga


mengatur ikhwal kesehatan kerja dalam satu paragraf dengan keselamatan kerja.
Pengaturan dalam Pasal 86 dan 87 UU Ketenagakerjaan sangat sumir. Dalam pasal
tersebut antara lain ditentukan sebagai berikut:

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas


keselamatan dan kesehatan kerja;
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundang­undangan;
3. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Disharmoni dengan UU SJSN

Disharmoni peraturan terjadi antara Pasal 166 ayat (1) UU Kesehatan dengan Pasal
22 ayat (1) dan (2), serta Pasal 27 ayat (1) UU No. 40 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN). Pasal 166 ayat (1) UU Kesehatan menentukan bahwa upaya
kesehatan hanya meliputi pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan.
Sedangkan Pasal 22 ayat (1) UU SJSN menentukan pelayanan kesehatan mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan
medis habis pakai yang diperlukan. Selain itu, Pasal 166 ayat (1) UU Kesehatan
yang menentukan bahwa majikan atau pengusahan wajib menanggung seluruh
biaya pemeliharaan kesehatan pekerja tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat
(2) UU SJSN yang menentukan, “Untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan
penyalahgunaan pelayanan, peserta dikenakan urun biaya” dan dengan Pasal 27
ayat (1) UU SJSN yang menentukan bahwa iuran jaminan kesehatan untuk peserta
penerima upah secara bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja.

C. UNDANG-UNDANG K3

Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat


kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan


berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai
dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23
tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya
kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang
optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
D. PEMBINAAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA ( K3 )

Pembinaan K3, dapat dilakukan antara lain dengan:

1. Penyuluhan, dapat berupa :


a. ceramah-ceramah K3
b. pemasangan poster-poster K3
c. pemutaran film/slide K3
2. Safety Talk (Toolbox Meeting)
Dilakukan setiap awal gilir kerja/shif
1. Safety Training
a. Pelatihan penggunaan peralatan keselamatan Kerja
b. Pelatihan pemadam kebakaran
c. Pelatihan pengendalian keadaan darurat
d. Pelatihan P3K
2. Safety Inspection
a. Inspeksi rutin
b. Inspeksi berkala
c. Inspeksi K3 bersama, dll
3. Safety Investigasi
Investigasi terhadap kejadian berbahaya/hampir kecelakaan
4. Safety Meeting
Suatu pertemuan yang membahas hal-hal yg berkaitan dgn
permasalahan K3
5. Safety audit
6. Pemantauan Lingkungan Kondisi Kerja
7. Penyedian Alat-Alat Perlengkapan K3
a. Alat Pelindung Diri
b. Alat Perlengkapan K3
10. Organisasi K3
11. Program K3 Tahunan
Berguna sebagai evaluasi pelaksanaan K3 yang telah
diterapkan (dapat sebagai monitoring).
E. PENGAWASAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 ayat 8 pengawasan K3
meliputi :

1. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan


kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
2. Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya,
3. secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan
oleh Direktur. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan
dengan peraturan perundangan.
DAFTAR PUSTAKA

Alex S Nitisemito. 2008. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber


Daya Manusia), Edisi Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia

H. Manulang, Sendjun, 2001, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di


Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum Ketenaga Kerjaan Indonesia, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada
Mangkunegara. 2012. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandng:
Defika Aditama
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta PT.
Rineka Cipta
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandarmaji
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai
tenaga kerja

Anda mungkin juga menyukai