Anda di halaman 1dari 9

A.

Defenisi
Corpus alienum dapat diartikan sebagai benda asing berupa benda mati atau
benda hidup. Benda asing di dalam organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh,
yang dalam keadaan normal tidak ada. Biasanya anak kecil sering memasukan manik-
manik atau potongan mainan, karet penghapus dan sebagainya ke dalam hidung.
Kadang-kadang ada lalat yang bertelur di hidung, dan telurnya menetas menjadi larva.
Keadaan ini disebut myasis hidung.

B. Klasifikasi
Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen,
biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh,
disebut benda asing endogen.1,2,3 Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair
atau gas. Benda eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan (yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain.1,2,3,4
Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti
zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen
dapat berupa sekret kental, bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran difteri,
bronkolit dan cairan amnion yang dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat
proses persalinan.1

C. Etiologi dan faktor predisposisi


Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
napas antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,
tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan tidur,
kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi). Faktor fisik yaitu kelainan dan penyakit
neurologik, proses menelan yang belum sempurna pada anak. Faktor dental, medikal
dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi molar pada anak yang berumur
< 4 tahun). Faktor kejiwaan antara lain emosi dan gangguan psikis. Ukuran dan bentuk
serta sifat benda asing, faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di
dalam mulut, persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa,
makan sambil bermain (pada anak-anak), memberikan kacang atau permen pada anak
yang gigi molarnya belum lengkap.

D. Epidemiologi
Semua kasus benda asing yang masuk ke dalam saluran napas dan saluran
cerna yang terjadi pada anak-anak, sepertiga dari benda asing yang teraspirasi
tersangkut di saluran napas. 55% dari kasus benda asing di saluran napas terjadi pada
anak berumur < 4 tahun. Pada tahun 2000 anak di bawah umur 4 tahun, insidens
kematian mendadak akibat aspirasi atau tertelan benda asing lebih tinggi. Bayi dibawah
umur 1 tahun, gawat napas karena aspirasi benda asing merupakan penyebab utama
kematian (National Safety Council).
Kacang atau biji tumbuhan lebih sering teraspirasi pada anak yang berumur
antara 2-4 tahun, karena belum mempunyai gigi molar yang lengkap dan belum dapat
mengunyah makanan dengan baik. Enam sampai delapan persen benda asing yang
teraspirasi berupa plastik yang sukar didiagnosis secara radiologik, karena bersifat non-
iritatif serta radiolusen sehingga dapat menetap di traktus trakeobronkial untuk periode
yang lama. Benda asing di laring dan trakea lebih sering terdapat pada bayi dengan
usia < 1 tahun. Benda asing di hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena
anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukan benda-benda yang ditemukan
dan dapat dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh anak
lain.
Benda asing di bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena bronkus
utama kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih besar dan membentuk sudut
lebih kecil terhadap trakea dibandingkan dengan bronkus utama kiri. Benda asing di
saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai penyakit paru, baik akut maupun
kronis dan harus dianggap sebagai diagnosis banding.

E. Patogenesis
Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung
menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis,
jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing hidup (animate
foreign bodies) menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi dari infeksi
lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk
daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di hidung dapat menimbulkan
iritasi dengan derajat yang bervariasi karena gerakannya.
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak di
bawah umur 2 tahun, dengan riwayat yang khas yaitu pada saat benda atau makanan
ada di dalam mulut, anak tertawa atau menjerit sehingga pada saat inspirasi, laring
terbuka dan makanan atau benda asing masuk ke dalam laring. Pada saat benda asing
tersebut terjepit di sfingter laring, pasien batuk berulang-ulang (paroksismal),
sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Bila benda asing telah masuk ke dalam trakea
atau bronkus kadang-kadang terjadi fase asimtomatik selama 24 jam atau lebih
kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala yang tergantung pada derajat
sumbatan bronkus.
Benda asing organik seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik,
mudah untuk menjadi lunak dan mengembang jika terkena air serta dapat
menyebabkan iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus menjadi edema dan meradang
serta dapat pula terjadi jaringan granulasi di sekitar benda asing, sehingga gejala
sumbatan bronkus makin menghebat. Akibatnya timbul gejala laringotrakeobronkitis,
toksemia, batuk dan demam yang tidak terus-menerus (irreguler).
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan dan
lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik, karena umumnya benda asing
anorganik bersifat radioopak. Benda asing yang terbuat dari metal seperti peniti dan
jarum dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan gejala batuk spasmodik.
Benda asing yang lama berada di bronkus dapat menyebabkan perubahan patologik
jaringan sehingga menimbulkan komplikasi, antara lain penyakit paru kronik supuratif,
bronkiektasis, abses paru dan jaringan granulasi yang menutupi benda asing.1,9,10
F. Diagnosis
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakan berdasarkan anamnesis
adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul choking (rasa tercekik) gejala, tanda,
pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologik sebagai
pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan
setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi.
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda asing
sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Perlu diketahui macam benda
atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing tersebut.

G. Manifestasi klinis
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian) sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring,
laring, trakea dan bronkus. Selain itu, biasanya pasien datang berobat dengan keluhan
hidung kemasukan benda serta hidung teras tersumbat, keluar sekret dan bau pada
satu sisi hidung. Kadang demam dan sampai merusak bentuk hidung.
Benda yang masuk melalui mulut dapat terhenti di orofaring, hipofaring, tonsil,
dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke laring, trakea
dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi dari tanpa gejala sampai kematian sebelum
diberi pertolongan akibat sumbatan total.
Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena
tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolith di sekitar
benda asing. Gejala yang paling sering ialah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan
cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan
bersin. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral
dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga
disangka sinusitis. Dalam hal demikian bila akan menghisap mukopus haruslah berhati-
hati supaya benda asing itu tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian dapat
masuk ke laring, trakea dan bronkus. Benda asing seperti karet busa sangat cepat
menimbulkan sekret yang berbau busuk.

H. Pemeriksaan penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologik dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang
bersifat radioopak dapat dibuat foto rontgen segera setelah kejadian, sedangkan benda
asing radiolusen (seperti kacang-kacangan) dibuatkan foto rontgen setelah 24 jam
kemudian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis
yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda atelektasis atau emfisema.
Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan
lunak leher dan pemeriksaan toraks postero-anterior dan lateral sangat penting pada
aspirasi benda asing. Pemeriksaan toraks lateral dilakukan dengan lengan di belakang
punggung, leher dalam fleksi dan kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan
napas dari mulut sampai karina. Karena benda asing di bronkus sering tersumbat di
orifisium bronkus utama atau lobus, pemeriksaan paru sangat membantu untuk
menegakkan diagnosis.
Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas
secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi serta adanya
obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan bukti radiologik pada benda asing di
saluran napas setelah 24 jam teraspirasi. Gambaran emfisema tampak sebagai
pergeseran mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat ekspirasi (mediastinal shift)
dan pelebaran interkostal.
Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer
pada pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda asing
yang lama berada di bronkus.
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan keseimbangan asam basa serta tanda infeksi traktus trakeobronkial.
I. Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi dengan cepat dan tepat perlu
diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya benda tersebut.
Secara prinsip benda asing di saluran napas diatasi dengan pengangkatan segera
secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman, dengan trauma yang minimum.
Kebanyakan pasien dengan aspirasi benda asing yang datang ke ahli THT (Telinga,
Hidung, Tenggorok) telah melalui fase akut, sehingga pengangkatan harus dipersiapkan
seoptimal mungkin baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.
Benda asing di hidung. Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung
ialah dengan memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung di bagian
atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait
diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut
terbawa ke luar. Dapat pula menggunakan cunam Nortman atau “wire loop”.
Tidaklah bijaksana mendorong benda asing dari hidung ke arah nasofaring
dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat
terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah yang menyebabkan sesak
napas, sehingga menimbulkan keadaan yang gawat. Pemberian antibiotik sistemik
selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing hidung yang telah
menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mariana H J. Benda asing di saluran napas : Soepardi A E, Iskandar N, Bashiruddinn


J, Restuti D R, Editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala &
leher. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2007. Hal.259-265.
2. Jonathan I, Sharma V K, Yucel A. Nasal foreign body. [online] [2014 Nov 30].
Available from : http://www.waent.org.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
“Corpus alienum ”

DISUSUN OLEH
Dina Yulianti
PO.71.20.1.15.127

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PORODI DIV JURUSAN KEPERAWATAN

TINGKAT III SEMESTER GANJIL

TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai