Anda di halaman 1dari 15

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2012 DAN


LAPORAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Gambaran Umum Kondisi Daerah

Kabupaten Rembang terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah


berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Secara astronomis Kabupaten
Rembang terletak pada posisi lintang berada pada 111°00' - 111°30' BT dan
6°30' - 7°00' LS. Batas-batas administratif wilayah Kabupaten Rembang adalah
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur
Sebelah Barat : Kabupaten Pati
Sebelah Selatan : Kabupaten Blora
Kabupaten Rembang memiliki luas wilayah 101.408 ha yang terbagi
menjadi 14 kecamatan, 287 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan yang memiliki
luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Sale (10.714 ha) disusul Kecamatan
Bulu (10.240 ha). Data luas wilayah kecamatan di Kabupaten Rembang dapat
dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1
Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Rembang
No Nama Kecamatan Luas Wilayah (ha)
1 Sumber 7.673
2 Bulu 10.240
3 Gunem 8.020
4 Sale 10.714
5 Sarang 9.133
6 Sedan 7.964
7 Pamotan 8.156
8 Sulang 8.454
9 Kaliori 6.150
10 Rembang 5.881
11 Pancur 4.594
12 Kragan 6.166
13 Sluke 3.759
14 Lasem 4.504
Jumlah 101.408
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka. 2012
Sebagian besar wilayah Kabupaten Rembang berupa tanah kering lahan
bukan sawah 72.313 ha dan yang lain berupa lahan sawah 29.095 ha.
Penggunaan tanah kering umumnya adalah untuk perkebunan sedangkan lahan
sawah lebih banyak dipergunakan untuk pertanian dengan jenis pengairan teknis
2.210 ha (7,58%), pengairan 1/2 teknis 3.594 ha (12,32%), pengairan sederhana
2.569 ha (8,81%) dan tadah hujan 20.722 ha (71,29%).
Secara topografis, Kabupaten Rembang memiliki karakteristik wilayah
yang bervariasi antara lain meliputi daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi
dan daerah pegunungan. Wilayah Kabupaten Rembang 8.34% terletak pada
ketinggian 1–7 meter dpl, ketinggian 7-25 m dpl sebesar 12,41% , ketinggian 25-
100 m dpl sebesar 42,82 %, ketinggian 100-500 m dpl sebesar 28,08%, dan
ketinggian diatas 500 m dpl sebesar 8,34%.
Jenis iklim yang ada di Kabupaten Rembang adalah iklim tropis dengan
suhu rata-rata sebesar 23OC, sedangkan suhu maksimum dapat mencapai 33 OC.
Di wilayah Kabupaten Rembang curah hujan rata-rata 1.179,86 mm per tahun
dimana curah hujan tertinggi terjadi bulan Desember yaitu sebanyak 197
mm/bulan dan curah hujan terendah terjadi bulan Agustus dan September yaitu
sebanyak 10 dan 17 mm/bulan.
Kabupaten Rembang memiliki sumber air permukaan berupa sungai dan
dam. Sungai yang melewati wilayah Kabupaten Rembang antara lain sungai
Randugunting, Babagan, Karanggeneng, Kening, Telas, Kalipang, Sudo dan
Sungai Patiyan. Di Kabupaten Rembang terdapat 121 dam dan 25 daerah
irigasi. dari jumlah tersebut tidak semuanya dialiri air sepanjang tahun.
Kawasan rawan bencana di Kabupaten Rembang meliputi kawasan rawan
bencana banjir, kawasan rawan bencana abrasi, kawasan rawan bencana tanah
longsor, kawasan rawan bencana kekeringan dan rawan bencana angin topan.
Persebaran lokasi rawan bencana secara umum merata di seluruh wilayah
Kabupaten Rembang.
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Rembang cenderung mengalami
peningkatan. Jumlah penduduk Kabupaten Rembang tahun 2012 sebanyak
600.277. Pada tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk
perempuan di Kabupaten Rembang sebanyak 300.549 jiwa dan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 299.728 jiwa, sehingga rasio jumlah penduduk laki-
laki terhadap jumlah penduduk perempuan sebesar 99,72 % yang
menunjukkan jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Rembang tahun 2012 lebih
kecil dibanding jumlah penduduk perempuan.

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Dengan Tahun


Berjalan
1. Evaluasi Agregatif Pembangunan Daerah Kabupaten Rembang
Target pembangunan daerah Kabupaten Rembang telah ditetapkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Rembang dengan indikator agregat makro pembangunan, yang
dapat mencerminkan tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah.
a. Indeks Pembangunan Manusia
Indikator keberhasilan pembangunan kualitas hidup manusia yang
menjadi salah satu ukuran kinerja daerah adalah Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Ukuran IPM dibentuk oleh 3 (tiga) parameter yaitu
angka usia harapan hidup, pencapaian pendidikan dengan komponen
rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, serta pengeluaran riil per
kapita. IPM Kabupaten Rembang tahun 2012 belum dapat disajikan,
namun berdasarkan IPM tahun 2011 termasuk dalam kategori baik, yaitu
sebesar 72,45 naik dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 72,07.
selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.2
Capaian Indikator Agregat IPM Kabupaten Rembang Tahun 2010-2011
No Indikator 2010 2011
1 Usia Harapan Hidup (tahun) 70,13 70,23
2 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6,85 6,89
3 Angka Melek Huruf (%) 91,17 91,36
4 Pengeluaran riil perkapita (Rp) 641,28 644,43
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,07 72,45
Sumber data : BPS Kab. Rembang

b. Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Indeks


Gini dan Indeks Williamson
b.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk
dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi
daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan
pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi
mencerminkan kegiatan ekonomi suatu daerah. Jika pada suatu
periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti
kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami peningkatan.
Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian mengalami
pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode
tersebut mengalami penurunan. Beberapa hal yang mempengaruhi
laju pertumbuhan ekonomi daerah antara lain ketersediaan tenaga
kerja, sumber daya alam, sumber daya modal dan kondisi sosial
masyarakat setempat.
Kinerja sektor Perekonomian Kabupaten Rembang selama lima
tahun terakhir mengalami stabilitas pertumbuhan pada kisaran
angka diatas 4 persen. Pada tahun 2009 Laju Pertumbuhan
Ekonomi mencapai angka 4,46% dimana pertumbuhan tertinggi
berada di sektor Bangunan (8,16%) dan terendah di sektor Industri
pengolahan (2,69%). Tren kenaikan Laju Pertumbuhan Ekonomi
terus berlanjut di tahun 2010 dimana mencapai 4,45%, melambat
menjadi 4,40% ditahun 2011 dan meningkat kembali menjadi 4,48%
di tahun 2012. Trend pertumbuhan perekonomian selama dua tahun
terakhir masih disokong oleh perkembangan sektor pertanian
terutama sub sektor tanaman pangan dengan indikasi perbaikan
produktivitas serta harga komoditas padi dan palawija, disamping
perkembangan signifikan komoditas sub sektor perkebunan dan
perikanan. Selain itu terus tumbuhnya kinerja sektor bangunan
dengan rata-rata pertumbuhan 7,59% juga turut mempengaruhi
kinerja perekonomian Kabupaten Rembang secara keseluruhan.

b.2. Laju Inflasi


Tingkat Inflasi di suatu daerah pada suatu tahun dapat dihitung salah
satunya dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan
dapat juga dilihat dari besaran perubahan permintaan komoditas.
Laju Inflasi di Kabupaten Rembang berfluktuasi dari tahun ke tahun,
dimana perubahan nilai inflasi paling banyak terjadi di kelompok
pengeluaran bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok,
tembakau, perumahan, air, listrik dan bahan bakar minyak. Namun
demikian laju Inflasi di Kabupaten Rembang tiga tahun terakhir relatif
masih terkendali dibawah angka dua digit.
Pada tahun 2010 angka inflasi berada pada kisaran 6,81%, di tahun
berikutnya mengalami penurunan menjadi 2,73% dan sedikit
meningkat kembali menjadi 4,28% di tahun 2012. Angka inflasi di
tahun 2010 paling banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dengan
fenomema anomali cuaca yang berpengaruh terhadap peningkatan
biaya produksi pertanian serta kenaikan harga komoditas yang
cenderung tidak terkendali. Pada tahun 2011 kondisi ini mulai
mengalami perbaikan dan dengan kondusifnya rantai pasokan pasar
terutama di kelompok pengeluaran bahan makanan dan sandang
menjadikan nilai inflasi dapat mengalami penurunan.

b.3. Indeks Gini dan Indeks Williamson


Keberhasilan pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah
pemerataan pembangunan. Secara logika, adanya ketimpangan
yang semakin lebar antara kelompok penduduk berpenghasilan
tinggi dan rendah berarti terjadinya ketidakmerataan pembangunan.
Dengan demikian orientasi pemerataan merupakan usaha untuk
memangkas kesenjangan kelompok penduduk berpenghasilan tinggi
dan rendah. Tolok ukur untuk menghitung tingkat pemerataan
pendapatan antara lain dengan Indeks Gini atau Gini Ratio. Adapun
kriteria kesenjangan/ketimpangan adalah G < 0,30 berarti
ketimpangan rendah, 0,30 ≤ G ≤ 0,50 berarti ketimpangan sedang
dan G > 0,50 berarti ketimpangan tinggi. Indeks Gini di Kabupaten
Rembang selama tahun 2010-2012 berkisar 0,267 yang
menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan penduduk di
Kabupaten Rembang adalah rendah, atau distribusi pendapatan
penduduk di Kabupaten Rembang semakin merata. Apabila
dikaitkan dengan angka pendapatan per kapita yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun dengan angka indeks Gini yang
semakin menurun mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan
penduduk Kabupaten Rembang semakin meningkat dan semakin
banyak penduduk yang dapat menikmatinya.
Sedangkan Indeks Williamson digunakan untuk mengukur tingkat
ketimpangan pendapatan per kapita suatu wilayah pada waktu
tertentu. Dari perhitungan yang telah dilakukan, Indeks Williamson
secara umum di Kabupaten Rembang bergerak di kisaran 0,203
(data tahun 2011), hal ini dapat diartikan bahwa tingkat ketimpangan
pembangunan antar wilayah di Kabupaten masih berada di level
yang rendah. Meskipun demikian, Pemerintah Kabupaten Rembang
selalu berupaya menurunkan Indeks Williamson agar mencapai
angka ideal melalui intervensi kebijakan spasial dan mendasarkan
pada karakteristik khusus setiap wilayah.

b.4. Nilai Tukar Petani (NTP)


Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan/rasio antara
Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang
Dibayar Petani (Ib). Hubungan Nilai Tukar Petani (NTP) dengan
tingkat kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyata terlihat
dari posisi It yang berada pada pembilang (enumerator) dari angka
NTP. Apabila harga barang/produk pertanian naik, dengan asumsi
volume produksi tidak berkurang, maka penerimaan/pendapatan
petani dari hasil panennya juga akan bertambah.
Disisi lain, untuk melihat tingkat kesejahteraan petani secara utuh
perlu juga dilihat faktor pembentuk yang lain yaitu perkembangan
jumlah pengeluaran/pembelanjaan mereka baik untuk kebutuhan
konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai
produsen dan juga konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam
mengalokasikan pendapatannya yaitu: Pertama, untuk memenuhi
kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani
beserta keluarganya. Kedua, pengeluaran untuk produksi/budidaya
pertanian yang merupakan ladang penghidupannya yang mencakup
biaya operasional produksi dan investasi atau pembentukan barang
modal. Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan
pokok petani telah terpenuhi; dengan demikian investasi dan
pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat
kesejahteraan petani.
Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Rembang tahun 2010-2012
mengalami perkembangan yang cukup baik meskipun belum
mencapai kondisi yang ideal. Tahun 2010, NTP Kabupaten
Rembang sebesar 98,00%, kemudian tahun 2011 naik menjadi
98,59 % sedang pada tahun 2012 naik menjadi menjadi 99,18%.
Kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) di Kabupaten Rembang terus
diupayakan melalui peningkatan indeks yang diterima petani
diantaranya melalui stabilisasi harga komoditas tanaman pangan,
insentif usaha tani, fasilitasi permodalan bagi petani dan penguatan
kelembagaan dan kemitraan petani dengan stakeholder pertanian.
Untuk lebih lengkapnya Laju Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Inflasi dan
Nilai Tukar Petani (NTP) dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.3
Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi dan Nilai Tukar Petani
Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
Uraian 2010 2011 2012*)
Pertumbuhan ekonomi (%) 4,45 4,40 4,48
Laju Inflasi (%) 6,81 2,73 4,28
Nilai Tukar Petani (%) 98,00 98,59 99,18
*) angka sementara
Sumber : BPS Kab. Rembang / Bappeda data diolah 2012

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Kinerja perekonomian Kabupaten Rembang mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Sektor yang memiliki nilai PDRB terbesar adalah sektor
pertanian dengan rata-rata nilai PDRB per tahun sebesar 1.069.354,17
juta rupiah (47,67 persen dari nilai PDRB). Sektor yang memiliki nilai
rata-rata PDRB terkecil adalah sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar
11.183,67 juta rupiah (0,47 persen). Pada tahun 2012 jumlah PDRB
(ADHK 2000) Kabupaten Rembang mencapai Rp 2.491.385,34 juta,
dimana jumlah tersebut tumbuh 4,48% dibandingkan tahun 2011
sebesar Rp 2.384.459,23 juta. Nilai PDRB ADHK 2000 pada tahun 2012
didominasi oleh 3 sektor primer yaitu pertanian sebesar Rp.
1.099.058,48 juta, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp
414.997,56 juta dan sektor jasa-jasa Rp 395.157,87 juta. Selengkapnya
dijelaskan tabel berikut :
Tabel 2.4
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga
Konstan (2000) Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 (Juta
Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012*)
1. Pertanian 1.041.093,96 1.067.912,90 1.099.058,48
2. Pertambangan dan 46.868,19 45.179,47 44.906,99
penggalian
3. Industri pengolahan 89.829,79 95.039,15 98.649,82
4. Listrik, gas dan air 10.258,39 11.327,89 12.584,28
bersih
5. Bangunan 199.356,98 214.875,36 228.292,64
6. Perdagangan, hotel, 383.594,88 397.761,78 414.997,56
dan restoran
7. Angkutan dan 122.336.89 129.402,24 137.068,88
komunikasi
8. Keuangan, persewaan 53.818,41 57.130,28 60.668,82
dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa 336.808,22 365.830,16 395.157,87
10 Jumlah PDRB 2.283.965,70 2.384.459,23 2.491.385,34
Laju Pertumbuhan 4,45 4,40 4,48
*) angka sementara
Sumber: BPS Kab. Rembang/ Bappeda data diolah 2012
Perekonomian yang terus tumbuh dan stabil di Kabupaten Rembang dapat
juga dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku. Dalam kurun waktu 2010
-2012 perekonomian Kabupaten Rembang rata-rata tumbuh 9,5% per tahun.
Kenaikan ini banyak dipengaruhi oleh membaiknya harga komoditas
pertanian, meningkatnya volume perdagangan dan jasa. PDRB ADHB pada
tahun 2011 mencapai Rp. 5.440.169,44 juta dan pada tahun 2012
meningkat menjadi sebesar Rp.5.995.822,46 juta. Tiga sektor perekonomian
Kabupaten Rembang yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor
pertanian sebesar Rp. 2.645.089,88 juta, perdagangan, hotel dan restoran
sebesar Rp. 1.063,995,46 juta, dan sektor jasa-jasa sebesar Rp. 915.021,77
juta. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Berlaku
Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012 (Juta Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012*)
1. Pertanian 2.261.475,99 2.434.732,96 2.645.089,88
2. Pertambangan dan penggalian 87.414,89 91.071,97 94.900,26
3. Industri pengolahan 188.896,99 206.853,03 226.805,53
4. Listrik, gas dan air bersih 20.339,94 24.423,58 27.065,37
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012*)
5. Bangunan 452.464,07 502.571,81 559.736,41
6. Perdagangan, hotel, dan 851.112,20 945.299,76 1.063.995,46
restoran
7. Angkutan dan komunikasi 278.101,31 300.131,51 325.437,53
8. Keuangan, persewaan dan 114.070,20 125.292,97 137.770,24
jasa perusahaan
9. Jasa-jasa 715.903,35 809.791,84 915.021,77
Produk Domestik Regional Bruto 4.969.778,94 5.440.169.44 5.995.822,46
Laju Pertumbuhan (%) 11,54 9,47 10,20
*) angka sementara
Sumber: BPS Kab. Rembang/ Bappeda data diolah 2012

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita ADHB Kabupaten


Rembang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar Rp.
8.399.451,25 meningkat di tahun 2011 menjadi Rp. 9.186.651,14 dan pada
tahun 2012 meningkat lagi menjadi Rp. 9.988.426,00 atau meningkat rata-
rata 8,72% per tahun.Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.6
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dan
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2012 (Rupiah)
No. Uraian 2010 2011 2012*)
1. PDRB Perkapita ADHB 8.399.451,25 9.186.651,14 9.988.426,00
(rupiah)
2. PDRB Perkapita ADHK 3.860.143,25 4.026.564,86 4.193.630,00
Tahun 2000 (rupiah)
*) angka sementara
Sumber: BPS Kab. Rembang/ Bappeda data diolah 2012

d. Penduduk Miskin dan Pengangguran


Berdasarkan data jumlah penduduk miskin yang ada sampai dengan tahun
2011 cenderung fluktuatif, dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin
di Kabupaten Rembang sebesar 138.569 jiwa atau sebesar (23,40%)
meningkat menjadi 140.377 jiwa atau sebesar 23,71 % pada tahun 2011.
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.7
Data Penduduk Miskin dan Tingkat Pengangguran Terbuka
di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2012
Uraian 2010 2011 2012*)
Jumlah Penduduk Miskin 138.569 140.377 N.a
Persentase Jumlah Penduduk Miskin % 23,41 23,71 N.a
Tingkat Pengangguran Terbuka 4,89 5,92 5,80
*) angka sementara
Sumber: BPS Prov. Jawa Tengah

Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat dinamis,


mengingat faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kemampuan belanja
masyarakat juga bergerak dinamis disamping berbagai faktor internal yang
mempengaruhi daya tahan masyarakat terhadap gejolak ekonomi yang
terjadi. Apabila dilihat dari data lima tahun terakhir, tingkat kemiskinan di
Kabupaten Rembang mempunyai kecenderungan yang tidak stabil (naik
turun). Kenaikan jumlah penduduk miskin dan Tingkat Pengangguran
Terbuka di tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya diakibatkan karena
kondisi perekonomian nasional maupun daerah yang kurang stabil.
Pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor yang terjadi pada tahun 2010 -
2012 mendorong terciptanya lapangan kerja baru. Idealnya pertumbuhan
lapangan kerja baru dapat lebih tinggi dari pertumbuhan angkatan kerja,
sehingga tingkat pengangguran akan terkurangi setiap tahunnya. Angka
pengangguran merupakan salah satu indikator penting dalam mewujudkan
kemandirian di Kabupaten Rembang. Pengangguran yang terjadi di
Kabupaten Rembang disebabkan oleh angkatan kerja yang pada umumnya
tenaga kerja non formal, kurang terdidik dan minat generasi muda bekerja
dibidang pertanian masih rendah. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian
khusus dari Pemerintah Daerah. Pada tahun 2012 Tingkat Pengangguran
Terbuka di Kabupaten Rembang diperkirakan sebesar 5,80 %.
Dalam jangka panjang, Pemerintah Kabupaten Rembang telah
memformulasi kebijakan dan berkomitmen penuh bahwa pembangunan
sumber daya manusia merupakan kunci utama bagi pengentasan persoalan
pengangguran yang perlu terus ditangani melalui perbaikan kualitas
pendidikan. Selain itu peningkatan kapasitas, kualitas, produktifitas dan daya
saing angkatan kerja perlu terus dipacu agar menghasilkan tenaga kerja
yang handal, terlatih dan siap bersaing serta mampu menciptakan lapangan
kerja baru ditengah-tengah masyarakat.

e. IPG dan IDG


Besarnya IPG Kabupaten Rembang terus mengalami kenaikan, pada tahun
2010 sebesar 64,11 meningkat menjadi 64,87 pada tahun 2011.
Peningkatan IPG terutama didukung oleh meningkatnya tingkat pendidikan
dan tingkat kesehatan perempuan serta sumbangan perempuan dalam
ekonomi rumah tangga.
Besarnya nilai IDG Kabupaten Rembang juga terus mengalami kenaikan,
pada tahun 2010 IDG Kabupaten Rembang menjadi 68,00, meningkat di
tahun 2011 menjadi 69,97. Meningkatnya nilai IDG Kabupaten Rembang
terutama didukung oleh meningkatnya jumlah tenaga kerja perempuan,
jumlah perempuan yang bekerja pada posisi puncak (manajer) dan
keterlibatan perempuan di parlemen serta sumbangan perempuan dalam
pendapatan kerja. Besarnya nilai IPG dan IDG Kabupaten Rembang
selengkapnya dapat dilihat dari data berikut ini :
Tabel 2.8
Capaian IPG dan IDG Kabupaten Rembang Tahun 2010-2011

No Indeks 2010 2011


1 Indeks Pembangunan Gender (IPG) 64,11 64,87
2 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 68,00 69,97
Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN


KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah


Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah merupakan kerangka implementatif
atas pelaksanaan RKPD Kabupaten Rembang Tahun 2013, dan juga sebagai
proyeksi pada tahun 2014 dengan latar belakang kondisi ekonomi Kabupaten
Rembang pada tahun-tahun sebelumnya serta kondisi umum perekonomian
nasional dan perekonomian Provinsi Jawa Tengah.
Guna memperoleh gambaran kerangka ekonomi daerah tersebut, maka
disusun berbagai prioritas pembangunan, pengambilan kebijakan untuk
menghadapi tantangan dan penyelesaian masalah pembangunan agar arah
pembangunan daerah tahun 2014 dapat dicapai sesuai dengan sasaran
program dan kegiatan yang ditetapkan. Pada sisi yang lain, perkiraan sumber-
sumber pendapatan dan besaran pendapatan dari sektor-sektor potensial
merupakan dasar kebijakan anggaran untuk mengalokasikan perencanaan
anggaran berbasis kinerja secara efektif dan efisien.
Arah kebijakan ekonomi daerah disusun berdasarkan kajian internal dan
eksternal serta berpedoman pada dokumen RPJMD 2010-2015. Untuk
menjamin keberlanjutan arah pembangunan, arah kebijakan ekonomi
Kabupaten Rembang Tahun 2014 harus sejalan dengan kebijakan ekonomi
nasional dan provinsi tahun 2014. Berikut arah kebijakan ekonomi daerah
tahun 2014 yang mendasarkan pada perkembangan ekonomi daerah, nasional
dan global serta tantangan yang masih akan dihadapi :
a. Mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui koordinasi dan
efektivitas kebijakan sektor riil. Pemilihan potensi komoditas unggulan
sebagai basis pengembangan wilayah merupakan bagian terpenting dalam
upaya meningkatkan daya saing daerah. Pemberdayaan ekonomi
masyarakat khususnya dari UMKM akan terus dilakukan termasuk
penguatan peran koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan ini akan dilaksanakan dengan terus melakukan peningkatan
sumberdaya manusia dalam hal manajerial maupun teknis untuk
mendorong penguatan daya saing produk, fasilitasi kemudahan dalam
akses permodalan bagi UMKM, fasilitasi promosi produk-produk industri
dan promosi pariwisata untuk mendatangkan wisatawan baik wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara;
b. Mendorong peningkatan pemerataan distribusi pendapatan melalui
percepatan pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan penciptaan
keseimbangan pembangunan di setiap wilayah. Pengembangan kawasan
khusus seperti pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan
sentra-sentra produksi andalan pada sektor-sektor potensial, percepatan
pembangunan pertanian melalui program revitalisasi pembangunan
pertanian dan pembangunan perdesaan melalui peningkatan produksi
pangan, peningkatan produktivitas pertanian dan pengembangan
diversifikasi usaha di perdesaan, pemberdayaan ekonomi rakyat dan
memperluas cakupan program pembangunan yang berbasis masyarakat,
pengembangan produk unggulan (core business daerah) yang meliputi:
agribisnis, industri manufaktur, dan pariwisata;
c. Meningkatkan investasi daerah yang mampu memperluas kesempatan
kerja dan berusaha yang pada gilirannya mampu meningkatkan
pendapatan perkapita.
Kebijakan yang ditempuh antara lain melalui perbaikan iklim investasi yang
kondusif bagi dunia usaha, baik skala usaha kecil, menengah maupun
besar. Beberapa langkah yang ditempuh dalam menciptakan iklim investasi
dan daya tarik investasi melalui penyediaan informasi potensi daerah,
penyederhanaan perijinan dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu atap,
membangun prasarana penunjang, melindungi kepastian hukum dan
penyediaan tenaga kerja di daerah, meningkatkan produktivitas dan akses
UMKM pada sumberdaya produktif serta mendorong perkembangan
sektor-sektor ekonomi yang memberikan dampak multiplier yang tinggi
terhadap pendapatan masyarakat;
d. Mendorong peningkatan kemampuan perekonomian daerah untuk
penciptaan lapangan kerja melalui peningkatkan keterampilan tenaga kerja,
penumbuhan wirausaha, peningkatan akses masyarakat miskin terhadap
pelayanan dasar, dan optimalisasi pemanfaatan dana program-program
penanggulangan kemiskinan. Selain itu, untuk menjaga ketersediaan
pangan dilakukan upaya peningkatan ketahanan pangan melalui
pemberdayaan lumbung desa untuk mewujudkan desa mandiri pangan,
dan diversifikasi pangan;
e. Percepatan pembangunan sarana dan prasarana dilakukan untuk
mendukung percepatan pembangunan ekonomi maupun peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat. Cakupan sarana dan prasarana dasar
tersebut diarahkan untuk menyediakan sarana dan prasarana dasar di
bidang kesehatan, pendidikan, sosial ekonomi masyarakat, pekerjaan
umum, perhubungan dan irigasi. Selain itu, prasarana yang dibangun juga
ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas guna memperlancar aliran
investasi dan produksi untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar
wilayah dengan tetap memperhatikan aspek berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Untuk menjamin keberlanjutan pertumbuhan
ekonomi sebagaimana yang diharapkan maka perlu dilakukan perbaikan
kualitas lingkungan melalui upaya pemantauan kualitas lingkungan dan
rehabilitasi lahan serta penerapan sanksi bagi pelanggar masalah
lingkungan.

1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2012 Dan Perkiraan Tahun 2013


Perkembangan kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari indikatorekonomi
makro serta perekonomian daerah. Perekonomian suatu daerahtidak dapat
terlepas dari pengaruh perekonomian regional, perekonomian nasionalbahkan
perekonomian global. Terdapat faktor-faktor perekonomian yang tidakdapat
dikendalikan oleh daerah seperti sektor moneter dan sektor riil yang
memberikan dampak langsung terhadap perekonomian daerah seperti harga
BBM dan harga dasar komoditas pertanian. Ditengah tekanan faktor
eksternal, kinerja perekonomian Kabupaten Rembang selama kurun waktu
tiga tahun terakhir terjaga dalam level pertumbuhan yang positif dan
mencapai rata-rata 4,41% per tahun. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Rembang mencapai 4,48 % (data sementara) dan proyeksi tahun
2013 diharapkan akan mencapai peningkatan diatas kisaran 5%. Proyeksi ini
didasarkan pada asumsi membaiknya kondisi perekonomian baik regional
maupun nasional.Perekonomian Kabupaten Rembang selama ini masih
ditopang oleh 3 sektor primer yaitu Pertanian, Perdagangan Umum dan Jasa,
dan akan terus berlanjut di tahun 2013. Meskipun pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Rembang tahun 2012 masih dibawah target yang telah ditetapkan
yaitu sebesar 5,60 %, akan tetapi dengan melihat kondisi makro ekonomi
maka di tahun 2013 perekonomian Kabupaten Rembang akan tumbuh di
kisaran 5,76%. Sementara itu, laju inflasi sampai dengan tahun 2012
cenderung masih terjaga pada kisaran 4,28 %.

Dengan melihat bahwa struktur ekonomi daerah yang masih didominasi oleh
sektor pertanian, maka segala sumberdaya yang dimiliki Pemerintah
Kabupaten akan difokuskan di sektor pertanian. Upaya-upaya ini diantaranya
dengan peningkatan produktiitas pertanian dari sisi on farm dan perlindungan
paska panen dari sisi off farm. Keseluruhan upaya tersebut diharapkan akan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus
meningkatkan NTP diatas 100%. Adapun pertumbuhan indikator makro
Kabupaten Rembang tahun 2012 dan prediksi tahun 2013 selengkapnya
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi, Laju Inflasi dan Nilai Tukar Petani (%)
Tahun 2012 dan 2013
No Indikator 2012 2013
1. Pertumbuhan ekonomi (%) 4,48 5,76
2. Inflasi (%) 4,28 5,00
3. NTP (%) 99,18 99,77
Sumber : Bappeda data diolah.

Gambaran kondisi perekonomian Kabupaten Rembang tersebut terlihat


melalui perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB
(berdasarkan harga konstan tahun 2000) pada tahun 2012 dan prediksi 2013
menunjukan perkembangan yang bersifat positif. Total PDRB (Atas dasar
harga konstan tahun 2000), tahun 2012 sebesar Rp 2.491.364,48 juta rupiah
(angka sementara) dan pada tahun 2013 diprediksikan sebesar
2.610.202,57juta rupiah.Struktur PDRB tersebut didominasi oleh tiga sektor
yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
Jasa-jasa.
Laju pertumbuhan ekonomi ditinjau dari sisi pengeluaran yang terjadi selama
tahun 2012 dan prediksi tahun 2013 cenderung lebih banyak ditopang oleh
faktor konsumsi termasuk dipacu kredit konsumsi yang banyak disalurkan
oleh lembaga keuangan. Pengeluaran pemerintah termasuk penyumbang
signifikan yang mendorong perekonomian daerah melalui pelayanan publik
dan investasi pemerintah. Selanjutnya besaran PDRB per kapita di suatu
daerah dapat menggambarkan secara relatif tingkat kesejahteraan
masyarakat di wilayah tersebut. Besarnya PDRB per kapita (ADHK tahun
2000) pada tahun 2012 sebesar 4.193.630 rupiah dan diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2013. Perkembangan PDRB dan PDRB perkapita
tahun 2012 dan prediksi 2013 selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
PDRB dan PDRB Perkapita Kabupaten Rembang
Tahun 2012 dan 2013 (ADHKTahun 2000)
No Indikator 2012 2013
1. PDRB ADHK tahun 2000 (juta 2.491.364,48 2.610.202,57
rupiah)
2. PDRB Perkapita ADHK tahun 2000 4.193.630 4.334.176
(rupiah)
Sumber : Bappeda data diolah.

2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014

Kondisi perekonomian Kabupaten Rembang pada tahun 2014 diprediksikan


masih mampu mencapai pertumbuhan positif seperti pada tahun–tahun
sebelumnya.Namun demikian kebijakan pembangunan ekonomi harus
dapat dipersiapkan secara matang guna mengantisipasi terjadinya
dinamikadi tingkat regional maupun nasional yang diperkirakan akan
berpengaruh terhadap pencapaian kinerja pembangunan ekonomi di
daerah.

Sejumlah hambatan yang diperkirakan dapat menjadi kendala


pembangunan ekonomi bersumber dari faktor internal dan eksternal.
Kendala bersumber dari faktor internal antara lain mencakup aspek
keterbatasan sumber–sumber pendapatan baru dalam rangka pembiayaan
pembangunan, penanggulangan bencana, penanggulangan berbagai
wabah penyakit, tuntutan upah ketenagakerjaan dan ancaman inflasi yang
mempengaruhi daya beli masyarakat. Sedangkan faktor eksternal antara
lain dampak terjadinya perubahan ekonomi global dengan semakin
terbukanya perdagangan bebas serta ancaman kenaikan harga minyak
dunia yang berimplikasi pada peningkatan harga BBM yang mendorong
terjadinya inflasi.Disisi lain, pasar bebas/ globalisasi yang semakin
kompetitif menuntut kesiapan semua pelaku usaha untuk memperbaiki
kualitas produk barang dan jasa agar lebih berdaya saing. Oleh sebab itu,
guna mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk–produk
lokal dipasar regional maupun global diperlukan peningkatan kualitas dan
produktifitas barang dan jasa secara bertahap dengan tetap mengacu pada
standar mutu nasional (SNI) maupun standar mutu internasional (ISO)
serta kejelasan akan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Prospek pembangunan ekonomipada Tahun 2014 dipandang cukup
potensial dengan peluang pengembangan sendi-sendi ekonomi Kabupaten
Rembang melalui pemanfaatan besarnya potensi sumber daya alam,
budidaya pertanian serta semakin terbukanyapasar industri kreatif. Peluang
inimemberikan kesempatan bagi dunia usaha di Kabupaten Rembang
utamanya industri, agroindustri dan UMKM untuk memanfaatkan
keunggulan komparatif dan kompetitifsegenap sumberdaya lokal sebagai
motor penggerak perekonomian daerah. Pertumbuhan perekonomian di
tahun 2014 diprediksikan akan banyak dipengaruhi oleh stabilnya harga
komoditas pertanian, peningkatan konsumsi masyarakat dan naiknya
realisasi investasi.
Peningkatan arus modal ke daerah baik melalui investasi langsung dari luar
(foreign direct investment) maupun investasi domestik masihsangat terbuka
dengan banyaknya minat investasi di berbagai sektor serta terciptanya iklim
usaha yang kondusif.Peningkatan daya tarik investasi telah mulai
terealisasi dengan terbangunnya beberapa industri besar seperti PLTU dan
pabrik semen yang diharapkan mampu meningkatkan penyerapan tenaga
kerja lokal. Sebagai gambarannyainvestasi PT.Semen Indonesia yang akan
mulai beroperasi pada Tahun 2014, diperkirakan akan menyerap tenaga
kerja ± 2500 orang.Tingginya minat investasi ini akan terus didorong
melalui upaya penyediaan serta pembangunan sejumlahsarana dan
prasarana strategis seperti mulai beroperasinya PUN, perbaikan
infrastruktur jalan, jembatan, listrik serta telekomunikasi.Masuknya
investasi di Kabupaten Rembang diharapkan mampu menjadi pemicu
perekonomian daerah untuk menopang stabilitas pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan pendapatan per kapitaserta dapat menciptakan efek
pengganda (multiplier effect)bagi perbaikan tingkat kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Rembang seperti dengan adanya penyerapan
tenaga kerja maupun tumbuh pesatnya sektor-sektor lain.
Adapun kerangka ekonomi makro tahun 2014 diprediksikan dengan
mempertimbangkan berbagai asumsi ekonomi yang diperkirakan akan
terjadi di Kabupaten Rembang. Dengan asumsi struktur perekonomian
Kabupaten Rembang yang masih didominasi oleh tiga sektor yaitu
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa,
maka laju pertumbuhan ketiga sektor dominan tersebut akan secara
signifikan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan PDRB secara agregat.
Melalui pendekatan produksi (regional output) serta asumsi strategi
ekonomi padat karya (labor intensive) maka Laju Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Rembang pada tahun 2014 diproyeksikan akan berada pada
angka kisaran 6,17 %. Sementara itu laju inflasi diperkirakan berada pada
kisaran 5.00%. PDRB berdasarkan harga konstan 2000 diprediksikan
mencapai Rp 2.771.252,06 juta rupiah. Selengkapnya prediksi kerangka
Ekonomi makro Kabupaten Rembang tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Rembang Tahun 2014

No Indikator Makro Ekonomi Target


1 PDRB Juta Rupiah( ADHK 2000 ) 2.771.252,06
2 PDRB / kapita ADHK 2000 4.577.530
3 Laju Pertumbuhan Ekonomi ( %) 6,17
4 Inflasi ( % ) 5.00
5 Angka Kemiskinan (%) 20,53
6 Angka Pengangguran (%) 5,0
7 IPM 74,34
8 IPG 64,97
9 IDG 70.01
10 NTP 100,37
Sumber : Bappeda (Hasil Analisis)
Dari uraian di atas dan mengacu pada kebijakan padaRencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Rembang
2010-2015, maka fokus kebijakan pembangunan daerahpada tahun 2014-
2015menitik beratkan padapeningkatan kualitas sumberdaya manusia di
segala bidang kompetensi, profesional, mandiri dan bermanfaat dengan di
dasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
pengembangan tatakelola pemerintahan yang baik, responsif terhadap
perkembangan dan perubahan dinamika kebijakan serta proaktif dalam
mengantisipasi perkembangan global, ditopang oleh teknologi komunikasi
dan informasi yang memadai.

B. Arah Kebijakan Keuangan Daerah


Kebijakan keuangan darah meliputi kebijakan peningkatan pendapatan
daerah, kebijakan belanja daerah dan kebijakan pembiayaan daerah. Dalam
rangka peningkatan kinerja pendapatan daerah, belanja daerah dan
pembiayaan daerah kebijakan yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, komponen Pendapatan Daerah terdiri dari 3 (tiga)
kelompok yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah
merupakan cerminan kemampuan dan potensi daerah, sehingga besarnya
penerimaan PAD dapat mempengaruhi kualitas otonomi daerah. Semakin
tinggi kualitas otonomi daerah, maka ketergantungan dengan pemerintah
pusat semakin berkurang. Sedangkan dana perimbangan merupakan
sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi kepada daerah utamanya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.

Kebijakan Pendapatan Daerah Kabupaten Rembang tahun 2014 diarahkan


pada:
a. Meningkatkan penerimaan PAD melalui pengendalian dan optimalisasi
usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah,
termasuk optimalisasi penarikan PBB yang sudah menjadi kewenangan
Kabupaten, serta pendayagunaan aset daerah dan kekayaan daerah
yang dipisahkan;
b. Melakukan upaya peningkatan dana perimbangan dari Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus(DAK), serta dana bagi hasil;
c. Pengembangan kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten lain dalam rangka peningkatan
pendapatan;
d. Peningkatan tertib administrasi keuangan daerah yang efektif, efisien
dan akuntabel;
e. Penyederhanaan peraturan perundang-undangan, pengembangan
manajemen pendapatan daerah dengan prinsip profesionalitas,
efisiensi, transparan dan bertanggung jawab;
f. Peningkatan kapabilitas dan profesionalisme sumber daya manusia
aparatur di bidang pengelolaan keuangan daerah;
g. Mengembangkan kebijakan pendapatan daerah yang dapat diterima
masyarakat, partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan;
Kebijakan penetapan target pendapatan daerah pada tahun 2014menggunakan
pendekatan konservatif, sehingga jumlah pendapatan daerah diasumsikan sama
dengan pendapatan daerah pada tahun 2013 dengan tetap mengusahakan
peningkatan pendapatan daerah sesuai kebijakan yang telah ditetapkan.Pendapatan
Daerah pada Tahun 2014 diproyeksikan sebagai berikur :
NO URAIAN 2014

1 PENDAPATAN DAERAH 1.116.947.364.224


1.1 Pendapatan Asli Daerah 119.736.731.000
1.1.1 Pajak Daerah 25.922.160.000
1.1.2 Retribusi Daerah 25.788.019.000
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 5.940.114.000
Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 62.086.438.000
NO Dana Perimbangan
1.2 URAIAN 2014
734.617.850.000
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan 37.573.020.000
Pajak
1.2.2 Dana Alokasi Umum 640.273.360.000
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 56.771.470.000
1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 262.592.783.224
1.3.1 Hibah 0
1.3.2 Dana Darurat 0
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari pemerintah 41.653.651.000
Provinsi dan pemerintah daerah lainnya
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 148.729.060.224
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau 72.210.072.000
Pemerintah Daerah Lainnya

Anda mungkin juga menyukai