Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TINDAKAN KEPERAWATAN

HARGA DIRI RENDAH

Nama Mahasiswa : Lilik Handika

Hari / Tanggal : Selasa, 10 Juli 2018

NIM : N420184326

Judul Jurnal : Penerapan terapi Ketrampilan sosial pada klien isolasi sosial dan
harga diri rendah dengan pendekatan model hubungan interpersonal
peplau di RS Marzuki Mahdi Bogor

1. Identitas Klien
Nama : Sdr. L
Alamat : Ds. Panohan 3/1 Kec. Gunem
Suku Bangsa : Jawa
Jenis Kelamin : Laki-laki
NO. RM : 164338
Tgl Pengkajian : 10 Juli 2018

2. Pengkajian
a. Kelengkapan Data Fokus
a) Faktor predisposisi
Data Fokus :
 Pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
(kematian orang terdekat)
 Pernah mengalami trauma verbal
b) Psikososial
Konsep diri
a) Citra tubuh
Data Fokus : menolak menyentuh / melihat bagian tubuh
tertentu, tidak mau mendiskusikan keterbatasan / cacat tubuh.

1
b) Identitas diri
Data Fokus : perasaan mengambang tetang diri,
c) Peran
Data Fokus : tidak mampu menjalankan peran atau tugasnya.

d) Ideal diri
Data Fokus : mengkritik dan mengejek diri sendiri
e) Harga diri:
Data Fokus : sikap pesimis dan negatif terhadap diri,
pandangan hidup pesimis
c) Hubungan sosial
Data Fokus : menarik diri dari hubungan sosial, menjauh dari
umpan balik positif.
d) Spiritual
Data Fokus : menurunnya keyakinan dan keinginan untuk
mengikuti kegiatan keagamaan.
e) Status mental :
a) Penampilan
Data Fokus : mau mengurus diri dan penampilannya.
b) Pembicaraan
Data Fokus : ekspresi wajah malu dan menunduk, bicara
pelan
c) Aktivitas motorik (psikomotorik)
Data Fokus : tidak ada penurunan produktifitas
d) Afek dan emosi
Data Fokus : mudah tersinggung, putus asa dan sedih.
e) Interaksi selama wawancara
Data Fokus : tidak memperhatikan orang lain, tidak ada
kontak mata..
f) Persepsi sensori
Data Fokus : tidak ada gangguan.
g) Proses fikir
Data Fokus : isi fikir klien adalah sirkuntasial (pembicaraan
yang berbeli-belit sehingga lama sampai tujuan) dan blocking

2
(pembicaraan yang berhenti tiba-tiba tanpa adanya gangguan
dan kemudian dilanjutkan lagi pada pembicaraan semula)
h) Tingkat kesadaran
Data Fokus : composmentis
i) Memori ( daya ingat )
Data Fokus : daya ingat baik
j) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Data Fokus : sulit berkonsentrasi
k) Kemampuan penilaian atau mengambil keputusan
Data Fokus : ketidakmampuan menentukan tujuan dan
tindakan.

l) Daya Tilik Diri


Data Fokus : menyalahkan diri sendiri

b. Pengelompokan data :
- Pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan ( kematian ayahnya
)
- Pernah mengalami trauma verbal
- Menolak menyentuh anggota tubuh tertentu / tidak mau mendiskusikan
keterbatasan atau cacat tubuh
- Perasaan mengambang tentang diri
- Tidak mampu menjalankan peran dan tugasnya
- Mengejek dan mengkritik diri sendiri
- Sikap pesimis dan negatif pada diri sendiri, pandangan hidup pesimis
- Menarik diri dari hubungan sosial
- Menurunnya keinginan dan keyakinan menjalankan kegiatan keagamaan
- Ekspresi wajah malu dan menunduk, bicara pelan
- Mudah tersinggung , putus asa, dan sedih
- Tidak ada kontak mata selama wawancara
- Penurunan konsentrasi berhitung
- Isi fikir klien sirkuntasial
- Tidak mampu menentukan tujuan dan tindakan
- Menyalahkan diri sendiri

3
c. Analisa data
1 DS :
 Klien mengatakan pernah mengalami pengalaman tidak
menyenangkan ( kematian ayahnya )
 Klien pernah mengalami trauma verbal
 Klien mengatakan perasaan mengambang tentang diri
 Klien mengatakan tidak mampu menjalankan peran dan tugasnya
 Klien mengatakan pesimis
2 DO :
 Klien menolak menyentuh anggota tubuh tertentu
 Klien mengejek dan mengkritik diri sendiri
 Menarik diri dari hubungan sosial
 Menurunnya keyakinan dalam menjalankan kegiatan keagamaan
 Ekspresi wajah malu dan menunduk, bicara pelan
 Mudah tersinggung, putus asa, dan sedih
 Tidak ada kontak mata selama wawancara
 Penurunan konsentrasi berhitung
 Tidak mampu menentukan tujuan dan tindakan
 Menyalahkan diri sendiri

Harga diri rendah (HDR) adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Fajariyah, 2012). Harga diri rendah juga
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan
kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani
menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah
(Keliat dan Akemat, 2010).
Tindakan keperawatan yang dibutuhkan pada klien dengan harga diri rendah adalah terapi
kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga (Kaplan & Saddock,
2010). Terapi kognitif yaitu psikoterapi individu yang pelaksanaannya dengan melatih klien
untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien
mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih
produktif. Melalui terapi kognitif individu diajarkan/ dilatih untuk mengontrol distorsi

4
pikiran/gagasan/ide dengan benar-benar mempertimbangkan faktor dalam berkembangnya
dan menetapnya gangguan mood.
Tindakan keperawatan spesialis untuk keluarga dengan klien yang mengalami harga diri
rendah adalah dengan melakukan psikoedukasi keluarga. Keluarga perlu diberdayakan
untuk membantu mengatasi masalah anggota keluarganya dengan dibekali pengetahuan
cara merawat melalui tindakan keperawatan pada keluarga.
Proses keperawatan dimulai dari pengkajian, penetapan diagnosa penyusunan rencana
intervensi, pelaksanaan dan implementasi (Stuart, 2009). Keperawatan menurut Peplau
adalah terapeutik yaitu satu seni menyembuhkan, menolong individu yang sakit atau
membutuhkan pelayanan kesehatan melalui satu proses interpersonal karena melibatkan
interaksi antara dua atau lebih individu dengan tujuan yang sama (Alligood & Tomey, 2010).
Teori ini sangat tepat diaplikasikan pada klien yang mengalami harga diri rendah karena
menjelaskan proses hubungan antara perawat dan klien dimulai dari tahap
orientasi, identifikasi, eksploitasi dan resolusi. Peningkatan hubungan perawat dan klien
dapat dilakukan melalui kerjasama sebagai sebuah tim untuk meningkatkan kesadaran diri,
tingkat kematangan, dan pengetahuan selama proses perawatan melalui pendekatan stres
adaptasi Stuart dan pendekatan interpersonal Peplau.
3. Tindakan yang dipelajari sesuai pengkajian
Hal yang menjadi dasar dalam pengkajian dikelompokkan menjadi 3 :
1) Karakteristik klien
a. Usia : sebagian besar berada dalam usia 25 – 65 tahun, yaitu pada masa
dewasa
b. Jenis kelamin : seluruhnya berjenis kelamin laki-laki
c. Pendidikan : berlatar belakang pendidikan menengah ( SMP-SMA )
d. Status pekerjaan : sebagian besar memiliki pekerjaan
e. Status perkawinan : sebagian besar sudah menikah
2) Faktor Predisposisi
a. Aspek biologis
Adanya riwayat genetik merupakan faktor terjadinya gangguan jiwa
b. Aspek psikologis
Adanya riwayat kegagalan/kehilangan akan mempengaruhi individu
dalam mengatasi stressornya

5
c. Aspek sosial budaya
Aspek sosial budaya sebagian besar adalah pendidikan menengah dan
sosial ekonomi rendah
3) Faktor Presipitasi
Putus dalam berobat menjadi faktor utama
4. Analisis disertai dengan kajian ilmiah dan sesuai data pada klien
Pelatihan ini dapat dilakukan dengan cara bermain peran, menirukan model yang
diperankan video, menirukan model yang diperankan teman sebaya, dan setting in-
vivo (Bulkeley dan Cramer, 1990). Beberapa teknik yang digunakan dalam pelatihan
ketrampilan sosial adalah:
(1) Modelling, yang dilakukan dengan cara memperlihatkan contoh tentang
ketrampilan berperilaku yang spesifik, yang diharapkan dapat dipelajari oleh pela-tih.
Model ini dapat langsung disajikan oleh terapis, pemeran atau aktor/aktris, model
melalui video, ataupun gabungan dari model yang sesungguhnya dan model video.
(2)Bermain Peran, dilakukan dengan cara mendengarkan petunjuk yang disajikan
model atau melalui video. Setelah itu biasanya dilanjutkan dengan diskusi me-ngenai
aktivitas yang dimodelkan. Setelah diskusi selesai, latihan bermain peran dapat
dilakukan.
(3) Umpan Balik terhadap Kinerja yang Tepat, yang

dilakukan dengan cara memberi pengukuh terhadap peserta yang menunjukkan

kinerja yang tepat, apabila peserta berhasil melakukan peran yang dilatihkan secara

in-vivo, maupun apabila peserta mengemukakan target perilaku yang ingin

dilakukan.

Pelaksanaan pelatihan ketrampilan sosial dapat secara individual maupun kelompok.


Untuk pelaksanaan pelatihan dalam kelompok tentu saja ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi. Besarnya kelompok hendaknya tidak lebih dari 12 orang (Kelly,
1982; Michelson, dkk. 1985). Kelompok yang terlalu besar akan membawa akibat
negatif, karena masing-masing anggota kelompok akan memiliki kesempatan berlatih
yang sedikit. Homogenitas kelompok perlu juga dipertimbangkan. Peserta-peserta
yang relatif homogen lebih baik daripada yang heterogen. Artinya perbedaan
kelemahan dan kelebihan peserta tidak terlalu besar. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kebosanan yang mungkin terjadi bagi anggota kelompok yang
kemampuannya lebih tinggi, dan menjaga timbulnya rasa rendah diri bagi peserta
6
yang kemampuannya lebih rendah. Pelaksanaan pelatihan ketrampilan sosial ini,
dapat dilakukan dalam format terapi, artinya dilaksanakan dalam beberapa kali
pertemuan, atau dalam format workshop, yaitu dilakukan dalam waktu satu atau dua
hari penuh. Penentuan format ini sangat berkaitan dengan peserta pelatihan. Untuk
peserta yang benar-benar mengalami masalah kesulitan bergaul atau problem klinis
lainnya, sebaiknya menggunakan format terapi. Pertemuan 2 jam perhari dan
dilakukan selama 10-12 kali pertemuan merupakan pilihan yang tepat. Sebaliknya
untuk peserta yang hanya ingin meningkatkan ketrampilan atau ingin menambah
pengalaman, format workshop 1-2 hari cukup bermanfaat.

7
Daftar pustaka

Fauzan, Lutfi. 2007. Assertive Training: Pengembangan Probadi Asertif dan


Transaksi Sosial. Depdiknas: UPT BK UM
Kelly, J.A., 1982, Social-Skills Training, A Practical Guide for Interventions. New
York: Springer Publishing Co. Meichenbaum, D., 1979, Cognitive-Behavioral
Mod~flcation. New York: Plenum Press.
Ramadhani, Neila. Pelatihan keterampilan sosial untuk terapi kesulitan
bergaul
Miltenberger, 2004, Assertive skills. Stratum: Stratum Press.

Anda mungkin juga menyukai