KEPERAWATAN JIWA
Dosen pengampu :
Ns. Dwinara Febrianti, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep Jiwa
Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh :
Fenny firnita utami 1032201016
RBD
2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
Subjektif
Objektif
1. Sulit berkonsentrasi
Objektif
Rencana Keperawatan
Klien dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
C. 1. Pohon Masalah
RBD
HDR K
2.Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
- resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi
- isolasi sosial
- gangguan kosep diri : harga diri rendah
1. isolasi sosial
2.gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi
D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk
kolom
Isolasi Sosial
Perencanaan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Tujuan umum:
Klien dapat
berinteraksi
dengan orang
lain
TUK I: Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan
Klien dapat Klien dapat percaya dengan saling
membina mengungkapkan menggunakan prinsip percaya
hubungan saling perasaan dan komunikasi terapeutik. merupakan
percaya. keberadaannya a. Sapa klien dengan langkah
secara verbal. ramah, baik verbal awal untuk
maupun non verbal. menentuka
- Klien mau b. Perkenalkan diri n
menjawab salam. dengan sopan. keberhasila
- Klien mau c. Tanya nama lengkap n rencana
berjabat tangan. klien dan nama selanjutnya.
- Klien mau panggilan yang
menjawab disukai klien.
pertanyaan. d. Jelaskan tujuan
- Ada kontak mata. pertemuan.
- Klien mau duduk e. jujur dan menepati
berdampingan janji.
dengan perawat. f. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
g. Beri perhatian pada
klien.
TUK 2: Kriteria evaluasi: Klien a. Kaji pengetahuan klien Dengan
Klien dapat dapat menyebutkan tentang perilaku mengetahui
menyebutkan penyebab menarik diri menarik diri dan tanda-tanda
penyebab yang berasal dari: tanda-tandanya. dan gejala
menarik diri. a. Diri sendiri b. Beri kesempatan klien menarik diri
b. Orang lain untuk mengungkapkan akan
c. Lingkungan perasaan penyebab menentuka
menarik diri atau tidak n langkah
mau bergaul. intervensi
c. Diskusikan bersama selanjutnya.
klien tentang perilaku
menarik diri, tanda
dan gejala.
1.2 d. Berikan pujian
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaanya.
TUK 3: Kriteria evaluasi: 3.1 Kaji pengetahuan klien Reinforcem
Klien dapat • Klien dapat tentang keuntungan en dapat
menyebutkan menyebutkan dan manfaat bergaul meningkatk
keuntungan keuntungan dengan orang lain. an harga diri.
berhubungan berhubungan 3.2 Beri kesempatan klien
dengan orang dengan orang lain, untuk mengungkapkan
lain dan misal banyak perasaannya tentang
kerugian tidak teman, tidak keuntungan
berhubungan sendiri, bisa berhubungan dengan
dengan orang diskusi, dll. orang lain.
lain.
• Klien dapat 3.3 Diskusikan bersama
menyebutkan klien tentang manfaat
kerugian tidak berhubungan dengan
berhubungan orang lain.
dengan orang lain 3.4 Kaji pengetahuan klien
misal: sendiri tidak tentang kerugian bila
punya teman, sepi, tidak berhubungan
dll dengan orag lain.
3.5 Beri kesmpatan kepada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dngan
orang lain.
3.6 Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.7 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain.
TUK 4: Kriteria evaluasi: 4.1 Kaji kemampuan klien Mengetahui
Klien dapat Klien dapat membina hubungan sejauh mana
melaksananka mendemonstrasikan dengan orang lain. pengetahua
n hubungan hubungan sosial 4.2 Dorong dan bantu n klien
sosial secara secara bertahap: klien untuk tentang
bertahap. a) Klien-perawat berhubungan dengan berhubunga
b) Klien-perawat- orang lain melalui: n dengan
perawat lain ▪ Klien-perawat orang lain.
c) Klien-perawat- ▪ Klien-perawat-
perawat lain-klien perawat lain
lain ▪ Klien-perawat-
d) Klien-kelompok perawat lain-klien
kecil Klien- lain
keluarga/ • Klien-kelompok
kelompok/masyar kecil Klien-
akat keluarga/
kelompok/masyar
akat
4.3 Beri reinforcement
terhadap keberhasilan
yang yang telah dicapai
dirumah nanti.
4.4 Bantu klien untuk
menevaluasi manfaat
berhubungan dengan
orang lain.
4.5 Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama
klien dalam mengisi
waktu.
4.6 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
Terapi Aktivitas
Kelompok sosialisasi.
4.7 Beri reinforcement
atas kegiatan klien
dalam kegiatan
ruangan.
TUK 5: Kriteria evaluasi: Klien 5.1 Dorong klien untuk Agar klien
Klien dapat dapat mengungkapkan lebih
mengungkapk mengungkapkan perasaanya bila percaya diri
an perasaanya perasaan setelah berhubungan dengan berhubunga
setelah berhubungan dengan orang lain. n dengan
berhubungan orang lain untuk: 5.2 Diskusikan dengan orang lain.
dengan orang · Diri sendiri klien manfaat Mengetahui
lain. · Orang lain berhubungan dengan sejauh mana
orang lain. pengetahua
5.3 Beri reinforcement n klien
positif atas tentang
kemampuan klien kerugian bila
mengungkapkan tidak
perasaan manfaat berhubunga
berhubungan dengan n dengan
orang lain. orang lain.
TUK 6: Kriteria evaluasi: 1.1 BHSP dengan keluarga. Agar klien
Klien dapat Keluarga dapat: · Salam, perkenalan lebih
memberdayak a) Menjelaskan diri. percaya diri
an sistem perasaannya. · Sampaikan tujuan. dan tahu
pendukung b) Menjelaskan cara · Membuat kontrak. akibat tidak
atau keluarga merawat klien · Exsplorasi perasaan berhubunga
atau keluarga menarik diri. keluarga.
mampu c) Mendemonstrasi 1.2 Diskusikan dengan n dengan
mengembangk kan cara anggota keluarga orang lain.
an kemampuan perawatan klien tentang: Mengetahui
klien untuk menarik diri. a. Perilaku menarik sejauh
berhubungan d) Berpartisipasi diri. mana
dengan orang dalam perawatan b. Penyebab perilaku pengetahua
lain. klien menarik diri. menarik diri. n klien
c. Cara keluarga tentang
menghadapi klien membina
yang sedang hubungan
menarik diri. dengan
1.3 Dorong anggota orang lain.
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien berkomunikasi
dengan orang lain.
1.4 Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin dan bergantian
mengunjungi klien
minimal 1x seminggu
1.5 Beri reinforcement
atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga.
E. Referensi (Minimal 3)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental.
Malang: Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
• Pengertian : Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada
• Penyebab : - Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat
dengan gejala psikosis
- Demam, terutama pada anak atau lansia
- Gangguan tidur, seperti narkolepsi
Faktor Predisposisi :
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi.
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas, serta
dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel
kortikal dan limbik
Faktor Presipitasi :
1. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi
2. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik
diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi
3. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan.
4. Perilaku Perilaku
yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan dengan
perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
RBD
HDR K
2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
Subjektif mayor : mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk kolom
Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran
Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
TUK 1: Klien mampu 1. Bina hubungan Hubungan saling
Klien dapat membina hubungan saling percaya percaya
membina saling percaya dengan merupakan
hubungan saling dengan perawat, menggunakan langkah awal
percaya dengan dengan kriteria prinsip menentukan
perawat. hasil: komunikasi keberhasilan
- Membalas terapeutik: rencana
sapaan perawat a. Sapa klien selanjutnya.
- Ekspresi wajah dengan Untuk mengurangi
bersahabat dan ramah baik kontak klien
senang verbal dengan
- Ada kontak maupun non halusinasinya
mata verbal dengan mengenal
- Mau berjabat b. Perkenalkan halusinasi akan
tangan diri dengan membantu
- Mau sopan mengurangi dan
menyebutkan c. Tanyakan menghilangkan
nama nama halusinasi.
- Klien mau lengkap
duduk klien dan
berdampingan nama
dengan panggilan
perawat kesukaan
- Klien mau klien
mengutarakan d. Jelaskan
masalah yang maksud dan
dihadapi tujuan
interaksi
e. Berikan
perhatian
pada klien,
perhatikan
kebutuhan
dasarnya
2. Beri kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya
3. Dengarkan
ungkapan klien
dengan empati
TUK 2: Klien mampu 1. Adakan kontak Mengetahui
Klien dapat mengenali sering dan apakah halusinasi
mengenali halusinasinya singkat secara datang dan
halusinasinya. dengan kriteria hasil: bertahap menentukan
- Klien dapat 2. Tanyakan apa tindakan yang
menyebutkan yang didengar tepat atas
waktu, dari halusinasinya.
halusinasinya
timbulnya 3. Tanyakan kapan Mengenalkan
halusinasi halusinasinya pada klien
- Klien dapat datang terhadap
mengidentifikasi 4. Tanyakan isi halusinasinya dan
kapan frekuensi halusinasinya mengidentifikasi
situasi saat 5. Bantu klien faktor pencetus
terjadi halusinasi mengenalkan halusinasinya.
- Klien dapat halusinasinya
mengungkapkan - Jika Menentukan
perasaannya. menemukan tindakan yang
klien sedang sesuai bagi klien
berhalusinasi, untuk
tanyakan mengontrol
apakah ada halusinasinya
suara yang
didengar
- Jika klien
menjawab
ada,
laanjutkan
apa yang
dikatakan
- Katakan
bahwa
perawat
percaya klien
mendengar
suara itu,
namun
perawat
sendiri tidak
- Katakan
bahwa klien
lain juga ada
yang seperti
klien
- Katakan
bahwa
perawat akan
membantu
klien
6. Diskusikan
dengan klien :
- Situasi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
- Waktu,
frekuensi
terjadinya
halusinasi
7. Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika
terjadi halusinasi
(marah, takut,
sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
TUK 3: - Klien dapat 1. Identifikasi
Klien dapat mengidentifikasi bersama klien
mengontrol tindakan yang tindakan yang
halusinasinya. dilakukan untuk biasa dilakukan
mengendalikan bila terjadi
halusinasinya halusinasi
- Klien dapat 2. Diskusikan
menunjukkan manfaat dan cara
cara baru untuk yang digunakan
mengontrol klien, jika
halusinasi. bermanfaat beri
pujian
3. Diskusikan cara
baik memutus
atau mengontrol
halusinasi
- Katakan ‘saya
tidak mau
dengar kamu
(pada saat
halusinasi
terjadi)
- Temui orang
lain (perawat
atau teman
atau anggota
keluarga)
untuk
bercakap-
cakap atau
mengatakan
halusinasi yang
didengar
- Membuat
jadwal
kegiatan
sehari-hari
- Meminta
keluarga atau
teman atau
perawat untuk
menyapa klien
jika tampak
berbicara
sendiri,
melamun atau
kegiatan yang
tidak
terkontrol
4. Bantu klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasi secara
bertahap
5. Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang dilatih.
evaluasi hasilnya
dan beri pujian
jika berhasil.
6. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas
kelompok. jenis
orientasi realita
atau stimulasi
persepsi
TUK 4: - Klien dapat 1. Anjurkan klien Membantu klien
Klien dapat memilih cara untuk memberi menentukan cara
dukungan dari mengatasi tahu keluarga mengontrol
keluarga untuk halusinasi jika mengalami halusinasi.
halusinasi. Periode
mengontrol - Klien 2. Diskusikan berlangsungnya
halusinasinya melaksanakan dengan keluarga halusinasinya:
cara yang telah (pada saat 1. memberi
dipilih untuk keluarga support
memutus berkunjung atau kepada klien
halusinasinya kunjungan 2. menambah
- Klien dapat rumah) pengetahuan
mengikuti terapi a. Gejala klien untuk
aktivitas halusinasi melakukan
kelompok. yang dialami tindakan
klien pencegahan
b. Cara yang halusinasi
dapat
dilakuakan Membantu klien
klien dan untuk
keluarga beradaptasi
untuk dengan cara
memutus alternatife yang
halusinasi ada. Memberi
c. Cara motivasi agar
merawat cara diulang.
anggota
keluarga
yang
mengalami
halusinasi di
rumah: beri
kegiatan,
jangan
biarkan
sendiri,
makan
bersama,
bepergian
bersama.
d. Beri
informasi
wakto follow
up atau
kapan perlu
mendapat
bantuan
halusinasi
tidak
terkontrol
dan resiko
menciderai
orang lain.
3. Diskusikan
dengan keluarga
dan klien tentang
jenis, dosis,
frekuensi dan
manfaat obat
4. Pastikan klien
minum obat
sesuai dengan
program dokter
TUK 5: - Keluarga dapat 1. Anjurkan klien Partisipasi klien
Klien dapat membina bicara dengan dalam kegiatan
menggunakan hubungan saling dokter tentang tersebut
obat dengan percaya dengan manfaat dan efek membantu klien
benar untuk perawat samping obat beraktivitas
mengendalikan - Keluarga dapat 2. Diskusikan sehingga
halusinasinya menyebutkan akibat berhenti halusinasi tidak
pengertian, obat tanpa muncul.
tanda, tindakan konsultasi Meningkatkan
untuk 3. Bantu klien pengetahuan
mengalihkan menggunakan keluarga tentang
halusinasi obat dengan obat Membantu
- Klien dan prinsip 5 benar mempercepat
keluarga dapat penyembuhan
menyebutkan dan memastikan
manfaat, dosis obat sudah
dan efek diminum oleh
samping obat. klien.
Klien minum Meningkatkan
obat secara pengetahuan
teratur tentang manfaat
- Klien dapat dan efek samping
informasi obat. Mengetahui
tentang manfaat reaksi setelah
dan efek minum obat.
samping obat Ketepatan prinsip
- Klien dapat 5 benar minum
memahami obat membantu
akibat berhenti penyembuhan
minum obat dan menghindari
tanpa konsultasi kesalahan minum
- Klien dapat obat serta
menyebutkan membantu
prinsip 5 benar tercapainya
penggunaan standar.
obat.
E. Referensi (Minimal 3)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental. Malang:
Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
• Faktor presipitasi
a) Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari
kelompok.
b) Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab
waham pada seseorang.
Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah
sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenangkan
• Tanda dan gejala
Gejala dan Tanda Mayor
Objektif
Subjektif
Objektif
1. Curiga berlebiahan.
2. Waspada berlebihan.
3. Bicara berlebihan.
4. Sikap menentang atau permusuhan.
5. Wajah tegang.
6. Pola tidur berubah.
7. Tidak mampu mengambil keputusan.
8. Flight of idea.
9. Produktuktifitas kerja menurun.
10. Tidak mampu merawat diri.
11. Menarik diri.
• Akibat :
resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Resiko minciderai
merupakan sutau Tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau
membahayakan diri, orang lain atau lingkungan
C. Pohon Masalah
_
RBD
HDR K
4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
Objektif
Subjektif
Objektif
E. Referensi (Minimal 3)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental. Malang:
Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
• Faktor predisposisi :
1. Faktor biologis
Beberapa hal yang dapat mmpengaruhi seseorang melakukan perilaku
kekerasan
yaitu sebagai berikut:
1) Pengaruh neurofisiologi, beragam komponen sistem neurulogis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
2) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmiter (epineprin,
noreineprin, dopamin, asetil kolin dan serotonin sangat berperan dalam
menfasilitasi dan menghambat impuls negatif).
3) Pengaruh genetik dalam gen manusia terdapat doman (potensi) agresif
yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan gangguan
sistem serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalits epilepsi
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai tujuan mengalami
hambatan
akan timbul serangan agresif yang memotivasi perilau kekerasan.
2) Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak
menyenangkan.
3) Rasa frustasi
4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengkibatkan tidak berkembangnya ego dan
dapat membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan yang dapat meningkatkan citra diri serta memberi
arti dalam kehidupan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupak perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibanding anak-
anak tanpa faktor predisposisi biologik.
3. Faktor sosial kultural
1) Social environment theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan
marah. Budaya tertutup dan membalas terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan di terima.
2) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi.
• Faktor presipitasi
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga
• Akibat :
- Kemungkinan mencederai diri/orang lain
- Kerusakan linkungan
C. Pohon Masalah
RBD
HDR K
2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
subjektif
1. Mengancam
2. Mengumpat dengan kata-kata kasar
3. Suara keras
4. Bicara ketus
Objektif
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Halusinasi
2. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental. Malang:
Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Kasus (Masalah Utama) : DEFISIT PERAWATAN DIRI
B. Proses Terjadinya Masalah (Pengertian, penyebab, faktor predisposisi &presipitasi,
karakteristik/tanda dan gejala, akibat)
• Pengertian : deficit diri adalah ketidak mampuan atau menyelesaikan aktivitas
keperawatan diri deficit merawat diri adalah ketidak mampuan dalam melakukan
kebersihan diri, berpakain, makan dan minum dan eliminasi.
• Penyebab : dari deficit keperawatan diri adalah kelemahan, penurunan motivasi,
kemunduran kemampuan dan gangguan psikologis.
• Faktor predisposisi :
1) Biologis
dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik
dan mental yang disebabkan klien tidak mampu melakukan kperawatan
diri dan dikarenakan adanya factor herediter dimana terdapat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis
adanya factor perkembangan yang memegang peranan yang tidak kalah
penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi
terganggu. Klien yang mengalami deficit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan klien tidak peduli
terhadao dir dan lingkungannya termasuk perawatan diri.
3) Social
kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam merawat diri.
• Factor presipitasi :
1.) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2.) Praktik Sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3.) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk
menyediakannya
4.) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada aklien penderita DM, ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
C. Pohon Masalah
RBD
Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
HDR K
2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
Subjektif
Objektif
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. (tidak tersedia)
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis reumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu
E. Referensi (Minimal 3)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental.
Malang: Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
• Faktor predisposisi :
1) Diagnosis Psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa.Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan efektif, penyalagunaan zat, dan
skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga tipe keperibadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi
3) Lingkungan psikososial
Pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan dan bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapiutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab maslah, respon seorang dalam
menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotonim, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat
dilihat melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph
(EEG).
• Faktor presipitasi
a) Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali
orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh
diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik
faktor sosial maupun budaya. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh
diri.
b) Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme
koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk
denial, rasionalization, regression dan megical thinking. Mekanisme
pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang
tanpa memberikan koping alternatif
• Akibat :
- Peilaku impulsif
- Masalah dalam kehidupan sosial
- Gangguan mental lain
• Tanda dan gejala
▪ Gangguan perilaku (mis. euforia mendadak setelah depresi, perilaku
mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah banyak,
membuat surat warisan)
▪ Demografi (mis. lansia, status perceraian, janda/duda, ekonomi
rendah, pengangguran)
▪ Gangguan fisik (mis. nyeri kronis, penyakit terminal)
▪ Masalah sosial (mis. berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang penting, isolasi sosial)
▪ Gangguan psikologis (mis. penganiayaan masa kanak kanak, riwayat
bunuh diri sebelumnya, remaja homoseksual, gangguan psikiatrik,
penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat)
C. Pohon Masalah
RBD
HDR K
5. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
- Halusinasi
- Isolasi sosial
- Resiko perilaku kekerasan
- Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
- Resiko bunuh diri
2. Diagnosa keperawatan (sesuai prioritas)
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
5. Resiko bunuh diri
D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk
kolom
RENCANA KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
Perencanaan
Intervensi
Tujuan Kriteria Hasil
Klien tidak melakukan 1.1 Beri salam/panggil
bunuh diri nama
TUK 1 a. sebutkan nama
Klien dapat membina perawat
hubungan saling percaya 1. Klien mau membalas b. Jelaskan maksud
salam hubungan
2. Klien mau menjabat interaksi
tangan c. Jelaskan akan
3. Klien menyebutkan kontrak yang
nama akan dibuat
4. Klien mau tersenyum d. Beri rasa aman
dan sikap empati
e. Lakukan kontak
singkat tapi
sering
TUK 2 a. Modifikasi lingkungan
Klien dapat melindungi klien
diri perilaku bunuh diri a. Jauhkan klien dari
benda-benda
yang dapat
Klien terlindung dari digunakan untuk
perilaku bunuh diri bunuh diri
b. Tempatkan klien
diruangan yang
nyaman dan
mudah terlihat
oleh perawat
b. Awasi klien secara
ketat setiap saat
c. Mengajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
TUK 3: 3.1 Bantu klien
Klien dapat meningkatkan mengeksplorasikan
harga diri perasaan
a. Biarkan klien
mengungkapkan
perasaannya
b. Ajak klien untuk
berbincang –
bincang mengenai
1. Klien dapat
perasaannya
meningkatkan harga
namun jangan
dirinya
memaksa
2. Klien dapat
mengidentifikasi
3.2 Identifikasi aspek
aspek positif yang
positif yang dimiliki
dimiliki
klien
3. Klien dapat membuat
3.3 Bantu
rencana masa depan
mengidentifikasi
yang realistis
sumber-sumber
harapan (misal:
hubungan antar
sesama, keyakinan,
hal-hal untuk
diselesaikan).
3.4 Bantu klien
merencanakan masa
depan yang realistis
TUK 4 4.1 Klien dapat
4.1 Diskusikan kegiatan
Klien dapat menyebutkan contoh
fisik yang biasa
mendemonstrasikan cara pencegahan bunuh
dilakukan klien.
fisik untuk mencegah diri secara fisik: a.
4.2 Beri pujian atas
bunuh diri Tarik nafas dalam.
kegiatan fisik klien
4.2 Klien dapat
yang biasa dilakukan.
mendemonstrasikan
4.3 Diskusikan satu cara
cara fisik untuk
fisik yang paling mudah
mencegah perilaku
dilakukan Untuk
bunuh diri.
mencegah perilaku
4.3 Klien mempunyai
bunuh diri yaitu: tarik
jadwal untuk melatih
nafas dalam
cara pencegahan fisik
yang telah dipelajari 4.4 Diskusikan cara
sebelumnya. melakukan nafas
4.4 Klien mengevaluasi dalam dengan klien.
kemampuan dalam 4.5 Beri contoh klien
melakukan cara fisik tentang cara menarik
sesuai jadwal nafas dalam.
4.6 Minta klien mengikuti
contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali.
4.7 Beri pujian positif atas
kemampuan klien
mendemonstrasikan
cara nafas menarik
dalam.
4.8 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
bercakap-cakap.
4.9 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat bunuh diri itu
muncul