Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

Dosen pengampu :
Ns. Dwinara Febrianti, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep Jiwa
Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Fenny firnita utami 1032201016

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Kasus (Masalah Utama) : Harga diri rendah

B. Proses Terjadinya Masalah (Pengertian, penyebab, faktor predisposisi &presipitasi,


karakteristik/tanda dan gejala, akibat)
• Pengertian: harga diri rendah adalah keadaan dimana seseorang merasa tidak
berharga, merasa tidak berguna dan rendah diri dalam waktu yang cukup lama
dan berkepanjangan akibat dari perspektif negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri yang dimiliki
• Penyebab : - pengalaman trauma di masa lalu
- Selalu tidak berhasil Ketika melakukan sesuatu
- Jarang dihargai orang lain
- Tidak mampu menyelesaikan masalah yang sifatnya berduka
- Memiliki masalah pada emosional
- Tidak mampu menyesuaikan budaya
• Faktor prediposisi :
- Biologi : faktor herediter (keturunan) faktor ini berfokus kepada
Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan, dan
juga memiliki Riwayat penyakit kronis atau trauma kepala yang
merupakan salah satu penyebab gangguan jiwa
- Psikologis : maalah psikologis yang akan menyebabkan harga di
rendah adalah pengalaman yang tidak menyenagkan, adanya
komponen penolakan dari lingkungan sekitar dan oleh karena itu
orang-orang terdekat nya, masih berupa harapan yang kurang
memuaskan, kurang sesuai atau tidak masuk akal. Kurang nya rasa
tanggung jawab yang disebabkan oleh kegagalan yang berulang dn
memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap oang lain
merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan kejiwaan. Selain
itu pasien dengan harga diri rendah memilki penilaian selalu negatif
terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang
tergantung, idela diri yang tidak realistis
- Sosial budaya : harga diri rendah dapat timbul karena pengaruh
sosial budaya yang disebabkan oleh penilaian negatif yang selalu
datang dari lingkungan terhadap klien, Pendidikan dan ekonomi
rendah serta ada penolakan lingkungan pada saat klien masih usia
dini
• Faktor presifitasi :
- Sejarah cedera seperti pelanggaran seks dan pertemuan mental yang
tidak menarik, melihat kejadian yang mengancam jiwa, menjadi
pelaku, korban atau saksi dari perilaku kasar
- Tekanan bagian : tekanan bagian sering disebabkan oleh :
a. Gerakan bagian formatif : menstandarkan perubahan yang
berkaitan dengan perkembangan seperti perpindahan dari masa
anak-anak ke masa remaja
b. Gerakan bagian situasional : terjadi dengan perluasan atau
kemalangan koneksi melalui kelahiran atau kematian
c. Perpindahan bagian sehat sakit : adalah akibat perpindahan dari
sehat ke sakit Gerakan ini akan diaktifkan antara lain karena
kemalangan bagian tubuh, perubahan perkiraan tubuh bentuk,
penampilan atau pekerjaan atau perubahan fisik yang terkait
dengan perkembangan yang kemajuan khas, metode terapeutik
dan keperawatan
• Tanda dan gejala :
Data subjektif : - sesuatu negatif diri sendiri atau orang lain
- Perasaan tidak mampu
- Pandangan hidup yang pesimis
- Penolakan terhadap kemampuan diri
- Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi
Data objektif : - penurunan produktivitas
- Tidak berani menatap lawan bicara
- Lebih banyak menunduk kepala disaat berinteraksi
- Bicara lambat dengan nada suara lemah
- Bimbang, perilaku yang non asertif
- Mengespresikan tidak berdaya dan tidak berguna
• Akibat

- Perubahan pada citra tubuh


- Perubahan peran sosial
- Ketidakadekuatan pemahaman
- Perilaku tidak konsisten dengan nilai
- Kegagalan hidup berulang
- Riwayat kehilangan
- Riwayat penolakan
C. 1. Pohon Masalah

RBD

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan

Halusinasi/waham kerusakan komunikasi verbal

Defisit keperawatan diri Isolasi sosial effect

HDR K core problem

Koping individu tidak efektif causa

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak tertolong)


2. Merasa malu/bersalah
3. Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
4. Melebih-lebihkan penilaian positif tentang diri sendiri

Objektif

1. Berbicara pelan dan lirih


2. Menolak berinteraksi dengan orang lain
3. Berjalan menunduk
4. Postur tubuh menunduk

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif

1. Sulit berkonsentrasi

Objektif

1. Kontak mata kurang


2. Lesu dan tidak bergairah
3. Pasif
4. Tidak mampu membuat keputusan

3. Diagnosa keperawatan (sesuai prioritas)


Studi kasus ini membahas diagnosa keperawatan jiwa harga diri rendah situasional

D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk


kolom

Rencana Keperawatan
Klien dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Perencanaan Intervensi Rasional


Tujuan Kriteria evaluasi
Tujuan Umum: Klien
mampu meningkatkan
harga diri
Tujuan Khusus 1: Klien Kriteria Evaluasi: 1.1 Bina Hubungan Hubungan
dapat membina 1. Klien dapat saling percaya saling percaya
hubungan saling percaya mengungkapkan a. Sapa klien akan
perasaannya dengan ramah, menimbulkan
2. Ekspresi wajah baik verbal kepercayaan
bersahabat. maupun klien pada
3. Ada kontak mata nonverbal. perawat
4. Menunjukkan b. Perkenalkan diri sehingga akan
rasa senang. dengan sopan memudahkan
5. Mau c. Tanya nama dalam
berjabat pelaksanaan
lengkap klien
tangan tindakan
dan nama
selanjutnya
6. Mau menjawab panggilan yang
salam disukai klien
7. Klien mau duduk d. Jelaskan tujuan
berdampingan pertemuan, jujur
Klien mau dan menepati
mengutarakan janji.
masalah yang e. Tunjukkan sikap
dihadapi empati dan
menerima klien
apa adanya.
f. Beri perhatian
pada klien
1.2 Beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
penyakit yang
dideritanya
1.3 Sediakan waktu
untuk
mendengarkan
klien Katakan
pada klien
bahwa ia adalah
seorang yang
berharga dan
bertanggung
jawab serta
mampu
menolong dirinya
sendiri
Tujuan Khusus 2 Klien Kriteria evaluasi: 2. Diskusikan Pujian akan
dapat mengidentifikasi 1. Klien mampu kemampuan dan meningkatkan
kemampuan dan aspek mempertahankan aspek positif harga diri klien
positif yang dimiliki aspek yang positif yang dimiliki
klien dan beri
pujian/
reinforcement
atas
kemampuan
mengungkapkan
perasaan
3. Saat bertemu
klien, hindarkan
memberi
penilain negatif.
Utamakan
memberi pujian
yang realistis.
Tujuan Khusus 4: Klien Kriteria evaluasi 4.1 Rencanakan Pelaksanaan
dapat menetapkan dan 1. Klien mampu bersama klien kegiatan secara
merencanakan beraktivitas sesuai aktivitas yang mandiri modal
kegiatan sesuai dengan kemampuan. dapat dilakukan awal untuk
kemampuan yang dimiliki 2. Klien mengikuti setiap hari sesuia meningkatkan
terapi aktivitas kemampuan: harga diri
kelompok. kegiatan mandiri,
kegiatan dengan
bantuan minimal,
kegiatan dengan
bantuan total.
4.2 Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
kondisi klien
Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang
boleh klien
lakukan (sering
klien takut
melaksanakanya)
Tujuan khusus 5 Klien Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan Dengan ktivitas
dapat melakukan kegiatan 1. Klien mampu klien untuk klien akan
sesuai kondisi sakit dan beraktivitas sesuai mencoba mengetahui
kemampuannya kemampuan kegiatan yang kemampuannya
direncanakan
5.2 Beri pujian atas
keberhasilan
klien
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
dirumah.
Tujuan khusus 6 Klien Kriteria evaluasi: 6.3 Beri pendidikan Perhatian
dapat memanfaatkan 1. Klien mampu kesehatan pada keluarga dan
system pendukung yang melakukan keluarga tentang pengertian
ada apa yang cara merawat keluarga akan
diajarkan klien harga diri dapat
2. Klien mau rendah membantu
memberikan 6.4 Bantu keluarga mrningkatkan
dukungan memberi harga diri klien
dukungan
selama klien di
rawat
6.5 Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.
E. Referensi (Minimal 3) :
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental.
Malang: Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama) : ISOLASI SOSIAL


B. Proses Terjadinya Masalah (Pengertian, penyebab, faktor predisposisi &presipitasi,
karakteristik/tanda dan gejala, akibat)
• Pengertian : kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang
lain sebagai suatu keadaan negatif atau mengancam
• Penyebab : sulit berhubungan dengan orang lain/berinteraksidengan orang lain tidak
mampu berhubungan/berinteraksi dengan memuaskan perasaan malu, perasaan tidak
berharga, pengalaman yang di kucilkan dan ditolak olehorang lain
• Faktor predisposisi : Faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor predisposisi terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor biologis, faktor psikologis, dan
faktor sosial budaya.
1) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau
perubahan pada sel kortikal dan lindik. Abnormalitas otak yang menyebabkan respons
neurologis yang maladaptif yang bar mulai dipahami. Hal ini termasuk hal-hal berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas dan
dalam perkem bangan skizofrenia. Hal yang paling berhubungan dengan perilaku
psikotik adalah adanya lesi pada area frontal, temporal, dan limbik.
b) Beberapa senyawa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia.
Hasil penelitian menunjukkan hal-hal berikut ini: kadar dopamine neurotransmitter
yang berlebihan, ketidak seimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain,
masalah-masalah yang terjadi pada sistem respons dopamine. Dalam sebuah penelitian
yang dilakukan terhadap kembar identik, misalnya, ditemukan bahwa kembar identik
yang dibesarkan secara terpisah memiliki angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia
daripada pasangan saudara kandung yang tidak identik.
2) Fator psikologis
Tori psikodinamika yang mempelajari terjadinya respons neurobiologi yang maladaptif
belum didukung oleh penelitian. Teori psikologi terdahulu menyalahkan keluarga
sebagai penyebab gangguan ini, sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional). Waham ini juga dapat
disebabkan oleh perbedaan perlakuan dari keluarga. Misalnya saja, sosok ibu adalah
tipe pencemas, sedangkan sosok ayah adalah tipe yang kurang atau tidak peduli.

3) Faktor sosial budaya


Secara teknis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun
yang tidak terlihat. Kebudayaan turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian seseorang, misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam
kebudayaan tersebut. Unsur-unsur dari factor social budaya dapat mencakup kestabilan
keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan (perkotaan lawan
pedesaan), masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan
• Faktor presipitasi
1) Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.
2) Stressor Psikologi
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
dekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan
kecemasan tingkat tinggi.
• Akibat :
- kegagalan
- Ketidak percayaan dengan orang lain

C. 1. Pohon Masalah

RBD

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan

Halusinasi/waham kerusakan komunikasi verbal

Defisit keperawatan diri isolasi sosial

HDR K

2.Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
- resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi
- isolasi sosial
- gangguan kosep diri : harga diri rendah

3. Diagnosa keperawatan (sesuai prioritas)

1. isolasi sosial
2.gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi
D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk
kolom
Isolasi Sosial

Perencanaan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Tujuan umum:
Klien dapat
berinteraksi
dengan orang
lain
TUK I: Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan
Klien dapat Klien dapat percaya dengan saling
membina mengungkapkan menggunakan prinsip percaya
hubungan saling perasaan dan komunikasi terapeutik. merupakan
percaya. keberadaannya a. Sapa klien dengan langkah
secara verbal. ramah, baik verbal awal untuk
maupun non verbal. menentuka
- Klien mau b. Perkenalkan diri n
menjawab salam. dengan sopan. keberhasila
- Klien mau c. Tanya nama lengkap n rencana
berjabat tangan. klien dan nama selanjutnya.
- Klien mau panggilan yang
menjawab disukai klien.
pertanyaan. d. Jelaskan tujuan
- Ada kontak mata. pertemuan.
- Klien mau duduk e. jujur dan menepati
berdampingan janji.
dengan perawat. f. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
g. Beri perhatian pada
klien.
TUK 2: Kriteria evaluasi: Klien a. Kaji pengetahuan klien Dengan
Klien dapat dapat menyebutkan tentang perilaku mengetahui
menyebutkan penyebab menarik diri menarik diri dan tanda-tanda
penyebab yang berasal dari: tanda-tandanya. dan gejala
menarik diri. a. Diri sendiri b. Beri kesempatan klien menarik diri
b. Orang lain untuk mengungkapkan akan
c. Lingkungan perasaan penyebab menentuka
menarik diri atau tidak n langkah
mau bergaul. intervensi
c. Diskusikan bersama selanjutnya.
klien tentang perilaku
menarik diri, tanda
dan gejala.
1.2 d. Berikan pujian
terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaanya.
TUK 3: Kriteria evaluasi: 3.1 Kaji pengetahuan klien Reinforcem
Klien dapat • Klien dapat tentang keuntungan en dapat
menyebutkan menyebutkan dan manfaat bergaul meningkatk
keuntungan keuntungan dengan orang lain. an harga diri.
berhubungan berhubungan 3.2 Beri kesempatan klien
dengan orang dengan orang lain, untuk mengungkapkan
lain dan misal banyak perasaannya tentang
kerugian tidak teman, tidak keuntungan
berhubungan sendiri, bisa berhubungan dengan
dengan orang diskusi, dll. orang lain.
lain.
• Klien dapat 3.3 Diskusikan bersama
menyebutkan klien tentang manfaat
kerugian tidak berhubungan dengan
berhubungan orang lain.
dengan orang lain 3.4 Kaji pengetahuan klien
misal: sendiri tidak tentang kerugian bila
punya teman, sepi, tidak berhubungan
dll dengan orag lain.
3.5 Beri kesmpatan kepada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dngan
orang lain.
3.6 Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.7 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain.
TUK 4: Kriteria evaluasi: 4.1 Kaji kemampuan klien Mengetahui
Klien dapat Klien dapat membina hubungan sejauh mana
melaksananka mendemonstrasikan dengan orang lain. pengetahua
n hubungan hubungan sosial 4.2 Dorong dan bantu n klien
sosial secara secara bertahap: klien untuk tentang
bertahap. a) Klien-perawat berhubungan dengan berhubunga
b) Klien-perawat- orang lain melalui: n dengan
perawat lain ▪ Klien-perawat orang lain.
c) Klien-perawat- ▪ Klien-perawat-
perawat lain-klien perawat lain
lain ▪ Klien-perawat-
d) Klien-kelompok perawat lain-klien
kecil Klien- lain
keluarga/ • Klien-kelompok
kelompok/masyar kecil Klien-
akat keluarga/
kelompok/masyar
akat
4.3 Beri reinforcement
terhadap keberhasilan
yang yang telah dicapai
dirumah nanti.
4.4 Bantu klien untuk
menevaluasi manfaat
berhubungan dengan
orang lain.
4.5 Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama
klien dalam mengisi
waktu.
4.6 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
Terapi Aktivitas
Kelompok sosialisasi.
4.7 Beri reinforcement
atas kegiatan klien
dalam kegiatan
ruangan.
TUK 5: Kriteria evaluasi: Klien 5.1 Dorong klien untuk Agar klien
Klien dapat dapat mengungkapkan lebih
mengungkapk mengungkapkan perasaanya bila percaya diri
an perasaanya perasaan setelah berhubungan dengan berhubunga
setelah berhubungan dengan orang lain. n dengan
berhubungan orang lain untuk: 5.2 Diskusikan dengan orang lain.
dengan orang · Diri sendiri klien manfaat Mengetahui
lain. · Orang lain berhubungan dengan sejauh mana
orang lain. pengetahua
5.3 Beri reinforcement n klien
positif atas tentang
kemampuan klien kerugian bila
mengungkapkan tidak
perasaan manfaat berhubunga
berhubungan dengan n dengan
orang lain. orang lain.
TUK 6: Kriteria evaluasi: 1.1 BHSP dengan keluarga. Agar klien
Klien dapat Keluarga dapat: · Salam, perkenalan lebih
memberdayak a) Menjelaskan diri. percaya diri
an sistem perasaannya. · Sampaikan tujuan. dan tahu
pendukung b) Menjelaskan cara · Membuat kontrak. akibat tidak
atau keluarga merawat klien · Exsplorasi perasaan berhubunga
atau keluarga menarik diri. keluarga.
mampu c) Mendemonstrasi 1.2 Diskusikan dengan n dengan
mengembangk kan cara anggota keluarga orang lain.
an kemampuan perawatan klien tentang: Mengetahui
klien untuk menarik diri. a. Perilaku menarik sejauh
berhubungan d) Berpartisipasi diri. mana
dengan orang dalam perawatan b. Penyebab perilaku pengetahua
lain. klien menarik diri. menarik diri. n klien
c. Cara keluarga tentang
menghadapi klien membina
yang sedang hubungan
menarik diri. dengan
1.3 Dorong anggota orang lain.
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien berkomunikasi
dengan orang lain.
1.4 Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin dan bergantian
mengunjungi klien
minimal 1x seminggu
1.5 Beri reinforcement
atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga.

E. Referensi (Minimal 3)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental.
Malang: Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama) : HALUSINASI

B. Proses Terjadinya Masalah (Pengertian, penyebab, faktor predisposisi &presipitasi,


karakteristik/tanda dan gejala, akibat)

• Pengertian : Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada
• Penyebab : - Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat
dengan gejala psikosis
- Demam, terutama pada anak atau lansia
- Gangguan tidur, seperti narkolepsi
Faktor Predisposisi :
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi.
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas, serta
dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel
kortikal dan limbik

Faktor Presipitasi :
1. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi
2. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik
diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi
3. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan.
4. Perilaku Perilaku
yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan dengan
perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.

• Tanda dan gejala :


b. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif
a) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
b) Merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman,
pengecapan
2) Objektif
a) Distorsi sensori
b) Respons tidak sesuai
c) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba,
ataupun mencium sesuatu
c. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
a) Menyatakan kesaal
2) Objektif
a) Menyendiri
b) Melamun
c) Konsentrasi buruk
d) Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
e) Curiga
f) Melihat ke satu arah
• Akibat : halusinasi sangat bervariasi, mulai dari gangguan mental hingga
penyakit fisik. Selain itu, halusinasi juga bisa terjadi akibat efek samping obat-
obatan yang digunakan untuk mengatasi depresi, epilepsi, dan penyakit
Parkinson.
C. Pohon Masalah

RBD

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan

Halusinasi/waham kerusakan komunikasi verbal

Defisit keperawatan diri Isolasi sosial

HDR K

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
Subjektif mayor : mendengar suara bisikan atau melihat bayangan

Objektif : - distori sensori respons tidak sesuai besikap seolah melihat


- Mendengar
-mengecap
- meraba atau mencium sesuatu

3. Diagnosa keperawatan (sesuai prioritas)


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi halisinasi
3. Isolasi sosial

D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk kolom
Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran

Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
TUK 1: Klien mampu 1. Bina hubungan Hubungan saling
Klien dapat membina hubungan saling percaya percaya
membina saling percaya dengan merupakan
hubungan saling dengan perawat, menggunakan langkah awal
percaya dengan dengan kriteria prinsip menentukan
perawat. hasil: komunikasi keberhasilan
- Membalas terapeutik: rencana
sapaan perawat a. Sapa klien selanjutnya.
- Ekspresi wajah dengan Untuk mengurangi
bersahabat dan ramah baik kontak klien
senang verbal dengan
- Ada kontak maupun non halusinasinya
mata verbal dengan mengenal
- Mau berjabat b. Perkenalkan halusinasi akan
tangan diri dengan membantu
- Mau sopan mengurangi dan
menyebutkan c. Tanyakan menghilangkan
nama nama halusinasi.
- Klien mau lengkap
duduk klien dan
berdampingan nama
dengan panggilan
perawat kesukaan
- Klien mau klien
mengutarakan d. Jelaskan
masalah yang maksud dan
dihadapi tujuan
interaksi
e. Berikan
perhatian
pada klien,
perhatikan
kebutuhan
dasarnya
2. Beri kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya
3. Dengarkan
ungkapan klien
dengan empati
TUK 2: Klien mampu 1. Adakan kontak Mengetahui
Klien dapat mengenali sering dan apakah halusinasi
mengenali halusinasinya singkat secara datang dan
halusinasinya. dengan kriteria hasil: bertahap menentukan
- Klien dapat 2. Tanyakan apa tindakan yang
menyebutkan yang didengar tepat atas
waktu, dari halusinasinya.
halusinasinya
timbulnya 3. Tanyakan kapan Mengenalkan
halusinasi halusinasinya pada klien
- Klien dapat datang terhadap
mengidentifikasi 4. Tanyakan isi halusinasinya dan
kapan frekuensi halusinasinya mengidentifikasi
situasi saat 5. Bantu klien faktor pencetus
terjadi halusinasi mengenalkan halusinasinya.
- Klien dapat halusinasinya
mengungkapkan - Jika Menentukan
perasaannya. menemukan tindakan yang
klien sedang sesuai bagi klien
berhalusinasi, untuk
tanyakan mengontrol
apakah ada halusinasinya
suara yang
didengar
- Jika klien
menjawab
ada,
laanjutkan
apa yang
dikatakan
- Katakan
bahwa
perawat
percaya klien
mendengar
suara itu,
namun
perawat
sendiri tidak
- Katakan
bahwa klien
lain juga ada
yang seperti
klien
- Katakan
bahwa
perawat akan
membantu
klien
6. Diskusikan
dengan klien :
- Situasi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
- Waktu,
frekuensi
terjadinya
halusinasi
7. Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika
terjadi halusinasi
(marah, takut,
sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
TUK 3: - Klien dapat 1. Identifikasi
Klien dapat mengidentifikasi bersama klien
mengontrol tindakan yang tindakan yang
halusinasinya. dilakukan untuk biasa dilakukan
mengendalikan bila terjadi
halusinasinya halusinasi
- Klien dapat 2. Diskusikan
menunjukkan manfaat dan cara
cara baru untuk yang digunakan
mengontrol klien, jika
halusinasi. bermanfaat beri
pujian
3. Diskusikan cara
baik memutus
atau mengontrol
halusinasi
- Katakan ‘saya
tidak mau
dengar kamu
(pada saat
halusinasi
terjadi)
- Temui orang
lain (perawat
atau teman
atau anggota
keluarga)
untuk
bercakap-
cakap atau
mengatakan
halusinasi yang
didengar
- Membuat
jadwal
kegiatan
sehari-hari
- Meminta
keluarga atau
teman atau
perawat untuk
menyapa klien
jika tampak
berbicara
sendiri,
melamun atau
kegiatan yang
tidak
terkontrol
4. Bantu klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasi secara
bertahap
5. Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang dilatih.
evaluasi hasilnya
dan beri pujian
jika berhasil.
6. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas
kelompok. jenis
orientasi realita
atau stimulasi
persepsi
TUK 4: - Klien dapat 1. Anjurkan klien Membantu klien
Klien dapat memilih cara untuk memberi menentukan cara
dukungan dari mengatasi tahu keluarga mengontrol
keluarga untuk halusinasi jika mengalami halusinasi.
halusinasi. Periode
mengontrol - Klien 2. Diskusikan berlangsungnya
halusinasinya melaksanakan dengan keluarga halusinasinya:
cara yang telah (pada saat 1. memberi
dipilih untuk keluarga support
memutus berkunjung atau kepada klien
halusinasinya kunjungan 2. menambah
- Klien dapat rumah) pengetahuan
mengikuti terapi a. Gejala klien untuk
aktivitas halusinasi melakukan
kelompok. yang dialami tindakan
klien pencegahan
b. Cara yang halusinasi
dapat
dilakuakan Membantu klien
klien dan untuk
keluarga beradaptasi
untuk dengan cara
memutus alternatife yang
halusinasi ada. Memberi
c. Cara motivasi agar
merawat cara diulang.
anggota
keluarga
yang
mengalami
halusinasi di
rumah: beri
kegiatan,
jangan
biarkan
sendiri,
makan
bersama,
bepergian
bersama.
d. Beri
informasi
wakto follow
up atau
kapan perlu
mendapat
bantuan
halusinasi
tidak
terkontrol
dan resiko
menciderai
orang lain.
3. Diskusikan
dengan keluarga
dan klien tentang
jenis, dosis,
frekuensi dan
manfaat obat
4. Pastikan klien
minum obat
sesuai dengan
program dokter
TUK 5: - Keluarga dapat 1. Anjurkan klien Partisipasi klien
Klien dapat membina bicara dengan dalam kegiatan
menggunakan hubungan saling dokter tentang tersebut
obat dengan percaya dengan manfaat dan efek membantu klien
benar untuk perawat samping obat beraktivitas
mengendalikan - Keluarga dapat 2. Diskusikan sehingga
halusinasinya menyebutkan akibat berhenti halusinasi tidak
pengertian, obat tanpa muncul.
tanda, tindakan konsultasi Meningkatkan
untuk 3. Bantu klien pengetahuan
mengalihkan menggunakan keluarga tentang
halusinasi obat dengan obat Membantu
- Klien dan prinsip 5 benar mempercepat
keluarga dapat penyembuhan
menyebutkan dan memastikan
manfaat, dosis obat sudah
dan efek diminum oleh
samping obat. klien.
Klien minum Meningkatkan
obat secara pengetahuan
teratur tentang manfaat
- Klien dapat dan efek samping
informasi obat. Mengetahui
tentang manfaat reaksi setelah
dan efek minum obat.
samping obat Ketepatan prinsip
- Klien dapat 5 benar minum
memahami obat membantu
akibat berhenti penyembuhan
minum obat dan menghindari
tanpa konsultasi kesalahan minum
- Klien dapat obat serta
menyebutkan membantu
prinsip 5 benar tercapainya
penggunaan standar.
obat.

E. Referensi (Minimal 3)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental. Malang:
Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama) : WAHAM

B. Proses Terjadinya Masalah (Pengertian, penyebab, faktor predisposisi &presipitasi,


karakteristik/tanda dan gejala, akibat)
• Pengertian : waham adalah keyakinan pribadi yang salah berdasarkan kesimpulan
yang salah tentang realitas eksternal yang dipertahankan secara kuat
• Penyebab :
- Faktor biologis: Kelainan genetik/keturunan, kelainan neurologis (mis.
gangguan sistem limbik,gangguan ganglia basalis,tumor otak).
- Faktor psikodimanik (mis. isolasi sosial,hipersensitif).
- Maladaptasi.
- Stres berlebihan.
• Faktor predisposisi :
1. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau
perubahan pada sel kortikal dan lindik. Abnormalitas otak yang menyebabkan respon
neurologis yang maladaptif yang bar mulai dipahami. Hal ini termasuk hal-hal berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas
dan dalam perkem bangan skizofrenia. Hal yang paling berhubungan dengan perilaku
psikotik adalah adanya lesi pada area frontal, temporal, dan limbik.
b) Beberapa senyawa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian
menunjukkan hal-hal berikut ini: kadar dopamine neurotransmitter yang berlebihan,
ketidak seimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain, masalah-masalah
yang terjadi pada sistem respons
dopamine. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap kembar identik,
misalnya, ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah memiliki
angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia daripada pasangan saudara kandung yang
tidak identik.
2. Fator psikologis
Tori psikodinamika yang mempelajari terjadinya respons neurobiologi yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Teori psikologi terdahulu menyalahkan
keluarga sebagai penyebab gangguan ini, sehingga menimbulkan kurangnya rasa
percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional). Waham ini juga dapat
disebabkan oleh perbedaan perlakuan dari
keluarga. Misalnya saja, sosok ibu adalah tipe pencemas, sedangkan sosok ayah adalah
tipe yang kurang atau tidak peduli.
3. Faktor sosial budaya
Secara teknis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Kebudayaan turut mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian
seseorang, misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan
tersebut. Unsur-unsur dari factor social budaya dapat mencakup kestabilan keluarga,
pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan),
masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan,
dan kesejahteraan

• Faktor presipitasi
a) Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari
kelompok.
b) Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab
waham pada seseorang.
Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah
sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenangkan
• Tanda dan gejala
Gejala dan Tanda Mayor

1. Mengungkapkan isi waham.

Objektif

1. Menunjukan perilaku sesai isi waham.


2. Isi pikir tidak sesuai reealitas.
3. Isi pemebicaraan sulit dimengerti

Gejala dan tanda Minor

Subjektif

1. Merasa sulit berkonsentrasi.


2. Merasa khawatir.

Objektif

1. Curiga berlebiahan.
2. Waspada berlebihan.
3. Bicara berlebihan.
4. Sikap menentang atau permusuhan.
5. Wajah tegang.
6. Pola tidur berubah.
7. Tidak mampu mengambil keputusan.
8. Flight of idea.
9. Produktuktifitas kerja menurun.
10. Tidak mampu merawat diri.
11. Menarik diri.

• Akibat :
resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Resiko minciderai
merupakan sutau Tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau
membahayakan diri, orang lain atau lingkungan

C. Pohon Masalah
_
RBD

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan

kerusakan komunikasi verbal


Halusinasi / waham

Defisit keperawatan diri Isolasi sosial

HDR K

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)

Gejala dan Tanda Mayor

2. Mengungkapkan isi waham.

Objektif

4. Menunjukan perilaku sesai isi waham.


5. Isi pikir tidak sesuai reealitas.
6. Isi pemebicaraan sulit dimengerti

Gejala dan tanda Minor

Subjektif

3. Merasa sulit berkonsentrasi.


4. Merasa khawatir.

Objektif

12. Curiga berlebiahan.


13. Waspada berlebihan.
14. Bicara berlebihan.
15. Sikap menentang atau permusuhan.
16. Wajah tegang.
17. Pola tidur berubah.
18. Tidak mampu mengambil keputusan.
19. Flight of idea.
20. Produktuktifitas kerja menurun.
21. Tidak mampu merawat diri.
22. Menarik diri.

3. Diagnosa keperawatan (sesuai prioritas)


1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk


kolom

Perencanaan Intervensi Rasional


Tujuan Kriteria Evaluasi
Tujuan umum: Klien
dapat
berkomunikasi
dengan baik dan
terarah.
TUK 1 : Klien dapat 1. Ekspresi wajah 1.1 Bina hubungan Hubungan saling
membina hubungan bersahabat saling percaya percaya menjadi
saling percaya 2. Ada kontak mata dengan dasar interaksi
3. Mau berjabat menggunakan selanjutnya sehingga
tangan prinsip dapat terbina
4. Mau menjawab komunikasi hubungan saling
salam terapeutik. percaya dan klien
5. Klien mau duduk lebih terbuka merasa
a. Sapa klien
aman dan mau
berdampingan dengan ramah
berinteraksi
Klien mau baik verbal
mengutarakan maupun non
rasanya verbal
b. Perkenalkan
diri dengan
sopan
c. Tanyakan nama
lengkap dan
nama panggilan
yang disukai
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati janji
f. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
1.2 Jangan
membantah dan
mendukung waham
klien
a. Katakan
perawat
menerima
keadaan
keyakinan klien.
“saya menerima
keyakinan anda
“.
b. Katakan
perawat tidak
mendukung.
“sukar bagi saya
untuk dapat
mempercayain
ya”.
1.3 Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
terlindung.
a. “ anda berada
di tempat yang
aman dan
terlindung”
Gunakan
keterbukaan dan
kejujuran, jangan
tinggalkan
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Beri pujian pada Meningkatka n
Klien dapat 1. Klien mampu penampilan dan orientasi klien pada
mengidentifikasik mempertahankan kemampuan klien realita dan
an kemampuan aktivitas sehari- yang realistis. meningkatka n rasa
yang dimiliki hari 2.2 Diskusikan dengan percaya klien pada
Klien dapat klien kemampuan perawat
mengontrol yang dimiliki pada
wahamnya waktu lalu dan saat
ini yang realistis.
(hari-hari terlibat
diskusi dengan
waham).
2.3 Tanyakan apa yang
bisa dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari- hari
dan perawatan diri)
kemudian anjurkan
untuk melakukan
saat ini.
2.4 Jika klien selalu
bicara tentang
wahamnya
dengarkan
sampaikebutuhan
waham tidak ada.
(perawat perlu
memperhatikan
bahwa klien
penting).
TUK 3 : Kriteria Evaluasi 3.1 Observasi Reinforceme nt
Klien dapat 1. Kebutuhan klien kebutuhan klien adalah penting
mengidentifikasi terpenuhi sehari-hari untuk
kebutuhan yang 2. Klien dapat 3.2 Diskusikan meningkatka n
tidak terpenuhi melakukan kebutuhan klien kesabaran diri
aktivitas secara yang tidak klien.
terarah terpenuhi selama Mengetahui
Klien tidak di rumah maupun penyebab curiga dan
menggunakan/ di rumah sakit. intervensi
membicarakan 3.3 Hubungkan selanjutnya.
wahamnya kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dengan timbulnya
waham
3.4 Tingkatkan aktivitas
yang dapat
memenuhi
kebutuhan klien
dan memerlukan
waktu dan tenaga.
3.5 Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai waktu
untuk menggukan
TUK 4: Kriteria Evaluasi: 4.1 Berbicara dengan Dengan
Klien dapat 1. Klien mampu klien dalam meningkatka n
berhubungan berbicara secara konteks realitas aktivitas tidak
dengan realitas. 2. realitas Klien (realitas akan mempunyai
mengikuti terapi diri,realitas orang waktu untuk
aktivitas lain, waktu dan mengikuti
kelompok tempat) wahamnya.
4.2 Sertakan klien dalam
terapi aktivitas
kelompok
: orientasi realitas
4.3 Berikan pujian pada
tiap kegiatan positif
yang
dilakukan klien.
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan dengan Perhatian
Klien dapat 1. Klien klien dan keluarga keluarga dan
menggunakan obat menyebutkan tentang obat, dosis, pengertian
dengan benar manfaat, dosis frekuensi, efek dan keluarga akan
dan efek samping akibat penghentian dapat membantu
obat 6.2 Diskusikan klien dalam
2. Klien dapat perasaan klien mengendalik an
mendemonstrasik setelah makan wahamnya
an penggunaan obat Obat dapat
obat dengan 6.3 Berikan obat mengontrol waham
benar dengan prinsip yang dialami klien
3. Klien memahami 5 benar dan
akibat observasi
berhentinya obat setelah makan
tanpa konsultasi obat
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat

E. Referensi (Minimal 3)

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental. Malang:
Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama) : RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

B. Proses Terjadinya Masalah (Pengertian, penyebab, faktor predisposisi &presipitasi,


karakteristik/tanda dan gejala, akibat)
• Pengertian : Resiko perilaku kekerasan adalah rentan melakukan perilaku yang dapat
membahayakan orang lain secara fisik dan emosional. Perilaku kekerasan dapat
berupa verbal, fisik, dan lingkungan
• Penyebab :
- Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
- Stimulus lingkungan
- Konflik interpersonal
- Perubahan status mental
- Putus obat
- Penyalahgunaan zat/alkohol

• Faktor predisposisi :
1. Faktor biologis
Beberapa hal yang dapat mmpengaruhi seseorang melakukan perilaku
kekerasan
yaitu sebagai berikut:
1) Pengaruh neurofisiologi, beragam komponen sistem neurulogis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
2) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmiter (epineprin,
noreineprin, dopamin, asetil kolin dan serotonin sangat berperan dalam
menfasilitasi dan menghambat impuls negatif).
3) Pengaruh genetik dalam gen manusia terdapat doman (potensi) agresif
yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan gangguan
sistem serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalits epilepsi
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai tujuan mengalami
hambatan
akan timbul serangan agresif yang memotivasi perilau kekerasan.
2) Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak
menyenangkan.
3) Rasa frustasi
4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengkibatkan tidak berkembangnya ego dan
dapat membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan yang dapat meningkatkan citra diri serta memberi
arti dalam kehidupan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupak perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibanding anak-
anak tanpa faktor predisposisi biologik.
3. Faktor sosial kultural
1) Social environment theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan
marah. Budaya tertutup dan membalas terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan di terima.
2) Social learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi.
• Faktor presipitasi
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga

• Akibat :
- Kemungkinan mencederai diri/orang lain
- Kerusakan linkungan
C. Pohon Masalah

RBD

Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain

Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan

Halusinasi / waham kerusakan komunikasi verbal

Defisit keperawatan diri Isolasi sosial

HDR K

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)

Gejala dan tanda Mayor

subjektif

1. Mengancam
2. Mengumpat dengan kata-kata kasar
3. Suara keras
4. Bicara ketus

Objektif

1. Menyerang orang lain


2. Melukai diri sendiri/orang lain
3. Merusak lingkungan
4. Perilaku agresif/amuk

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. (tidak tersedia)
Objektif

1. Mata melotot atau pandangan tajam


2. Tangan mengepal
3. Rahang mengatup
4. Wajah memerah
5. Postur tubuh kaku

3. Diagnosa keperawatan (sesuai prioritas)

1. Halusinasi
2. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain

D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk


kolom
A.

Tujuan Kriteria Hasil INTERVENSI


TUM: 1.1 Klien mau membalas 1. Beri salam/panggil
Klien tidak mencederai diri salam nama.
TUK: 1.2 Klien mau menjabat a. Sebutkan nama
1. Klien dapat membina tangan perawat
hubungan saling 1.3 Klien mau b. Jelaskan maksud
percaya menyebutkan nama hubungan interaksi
1.4 Klien mau tersenyum c. Jelaskan akan
1.5 Klien mau kontak kontrak yang akan
mata dibuat
1.6 Klien mau d. Beri rasa aman dan
mengetahui nama sikap empati
perawat e. Lakukan kontak
singkat tapi sering
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1 Berikan kesempatan
mengidentifikasi mengungkapkan untuk mengungkapkan
menyebab perilaku perasaannya. perasaannya
kekerasan 2.2 Klien dapat 2.2 Bantu klien untuk
mengungkapkan mengungkapkan
penyebab perasaan penyebab perasaan
jengkel/kesal (dari diri jengkel/kesal
sendiri)
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien
mengidentifikasi tanda mengungkapkan mengungkapkan apa
dan gejala perilaku perasaan yang dialami dan
kekerasan jengkel/kesal dirasakan saat
3.2 Klien dapat marah/jengkel
mengungkapkan 3.1.2 Observasi tanda dan
perasaan gejala perilaku
jengkel/kesal yang kekerasan pada klien
dialaminya 3.2.1 Simpulkan bersama
klien tanda dan
gejala jengkel/kesal
yang akan dialami
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien
mengidentifikasi mengungkapkan untuk
perilaku kekerasan perilaku kekerasan mengungkapkan
yang biasa dilakukan yang biasa dilakukan perilaku kekerasan
4.2 Klien dapat bermain yang biasa dilakukan
peran sesuai perilaku klien (verbal, pada
kekerasan yang biasa orang lain, pada
dilakukan lingkungan dan
4.3 Klien dapat pada diri sendiri)
mengetahui cara yang 4.2.1 Bantu klien bermain
biasa dilakukan untuk peran sesuai dengan
menyelesaikan perilaku kekerasan
masalah yang biasa dilakukan
4.3.1 Bicarakan dengan
klien, apakah
dengan cara yang
klien lakukan
masalahnya selesai

5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan


mengidentifikasi akibat menjelaskan akibat akibat/kerugian dari
perilaku kekerasan dari cara yang cara yang digunakan
digunakan klien: klien
a. Akibat pada klien 5.1.2 Bersama klien
sendiri menyimpulkan akibat
b. Akibat pada orang dari cara yang
lain dilakukan klien
c. Akibat pada 5.1.3 tanyakan kepeda
lingkungan klien “ Apakah ia
ingin mempelajari
cara baru yang
sehat”.
6. Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1 Diskusikan kegiatan
mendemonstrasikan menyebutkan contoh fisik yang biasa
cara fisik untuk pencegahan perilaku dilakukan klien
mencegah perilaku kekerasan secara fisik: 6.1.2 Beri pujian atas
kekerasan 6.2 Klien dapat kegiatan fisik klien
mengidentifikasikan yang biasa
cara fisik untuk dilakukan
mencegah perilaku 6.1.3 Diskusikan dua cara
kekerasan fisik yang palingt
mudah dilakukan
6.3 Klien mempunyai untuk mencegah
jadwal untuk melatih perilaku kekerasan,
cara pencegahan fisik yaitu: tarik nafas
yang telah dipelajari dalam dan pukul
sebelumnya. kasur serta bantal.
6.4 Klien mengevaluasi
kemampuan dalam 6.2.1 Diskusikan cara
melakukan cara fisik melakukan nafas
sesuai jadwal yang dalam bersama klien
telah disusun 6.2.2 Beri contoh klien
tentang cara menarik
nafas dalam
6.2.3 Minta klien
mengikuiti contoh
yang diberikan
sebanyak 5 kali
6.2.4 Beri pujian positif
atas kemampuan
klien
mendemonstrasikan
cara menarik nafas
dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
6.2.6 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat marah/jengkel
6.2.7 Lakukan hal yang
sama dengan 6.2.1.
sampai 6.2.6. untuk
fisik lain
dipertemuan yang
lain.

6.3.1 Diskusikan dengan


klien mengenai
frekuensi latihan
yang akan dilakukan
sendiri oleh klien
6.3.2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
6.4.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan latihan,
cara pencegahan
perilaku kekerasan
yang telah dilakukan
dengan mengisi
jadwakl kegiatan
harian (self-
evaluation)
6.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
6.4.4 Tanyakan kepada
klien “apakah
kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi
perasaan marah”.
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1 Diskusikan cara
mendemonstrasikan menyebutkan cara bicara yang baik
cara sosial untuk bicara (verbal) yang dengan klien
mencegah perilaku baik dalam mencegah 7.1.2 Beri contoh cara
kekerasan perilaku kekerasan. bicara yang baik:
- Meminta dengan - Meminta dengan
baik baik
- Menolak dengan - Menolak dengan
baik baik
- Mengungkapkan - Mengungkapkan
perasaan dengan perasaan dengan
baik. baik
7.2 Klien dapat
mendemonstrasikan 7.2.1 Meminta klien
cara verbal yang baik mengikuti contoh
7.3 Klien mempunyai cara bicara yang
jadwal untuk melatih baik.
cara bicara yang baik . - Meminta dengan
7.4 Klien melakukan baik “Saya minta
evaluasi terhadap uang untuk beli
kemampuan cara makan”
bicara yang sessuai - Menolak dengan
baik “ Maaf, saya
tidak bisa
dengan jadwal yang melakukan karena
telah disusun ada kegiatan lain”.
- Mengungkapkan
perasaan dengan
baik “ Saya kesal
karena permintaan
saya tidak
dikabulkan” disertai
dengan suara nada
rendah.
7.2.2 Minta klien
mengulang sendiri
7.2.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien.

7.3.1 Diskusikan dengan


klien tentang waktu
dan kondisi cara
bicara yang dapat
dilatih di ruangan,
misalnya: meminta
obat, baju, dll;
menolak ajakan
merokok, tidur tidak
tepat pada
waktunya,
menceritakan
kekesalan pada
perawat.
7.3.2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.

7.4.1 Klien mengevaluasi


pelaksanaan latihan
cara bicra yang baik
dengan mengisi
jadwal kegiatan
(self-evaluation).
7.4.2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksankan latihan.
7.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepeda
klien “ bagaimana
perasaan imam
setelah latihan
bicara yang baik?
Apakah keinginan
merah berkurang?”..
8. Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1 Diskusikan dengan
mendemonstrasikan menyebutkan cara klien kegiatan
cara sosial untu bicara (verbal) yang ibadah yang pernah
mencegah perilaku baik dalam mencegah dilakukan.
kekerasan perilaku kekerasan. 8.1.2 Bantu klien menilai
- Meminta dengan kegiatan ibadah
baik yang dapat
- Menolak dengan dilakukan di ruang
baik perawat.
- Mengungkapkan 8.1.3 Bantu klien memilih
perasaan dengan kegiatan ibadah yang
baik. akan dilakukan
8.2 Klien dapat
mendemonstrasikan
cara verbal yang baik 8.2.1 Minta klien
8.3 Klien mempunyai mendemonstrasikan
jadwal untuk melatih kegiatan ibadah yang
cara bicara yang baik dipilih.
8.4 Klien melakukan 8.2.2 Beri pujian atas
evaluasi terhadap keberhasilan klien.
kemampuan cara 8.2.3 Klien mengevaluasi
bicara yang sesuai pelksanaan kegiatan
dengan jadwal yang ibadah dengan
telah disusun mengisi jadwal
kegiatan

8.3.1 Susun jadwal


kegiatan untuk
melatih kegiatan
ibadah.

8.4.1 Klien mengevaluasi


pelaksanaan
kegiatan ibadah
dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
8.4.2 Validasi
kemampuan klien
dalam melakukan
validasi
8.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepeda
klien “ bagaimana
perasaan imam
setelah teratur
melaksanakan
ibadah? Apakah
keinginan merah
berkurang?”.
9. Klien 9.1 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan dengan
mendemonstrasikan menyebutkan jenis, klien tentang jenis
kepatuhan minum dosis, dan waktu obat yang
obat untuk mencegah minum obat serta diminumnya (nama,
perilaku kekerasan manfaat dari obat itu warna, besarnya);
(prinsip 5 benar: waktu minum obat
benar orang, dosis, (jika 3 kali: pkl
waktu dan cara 07.00), 13.00, 19.00;
pemberian) cara minum obat)
9.2 Klien 9.1.2 Diskusikan dengan
mendemonstrasikan klien manfaat
kepatuhan minum obat minum obat secara
sesuai jadwal yang teratur:
ditetapkan. - Beda perasaan
9.3 Klien mengevaluasi sebelum minum
kemampuannya dalam obat dan
mematuhi minum obat. sesudah minum
obat.
- Jelaskan bahwa
jenis obat hanya
boleh diubah
oleh dokter.

9.2.1 Diskusikan tentang


proses minum obat:
- Klien meninta
kepada perawat
(jika di RS)
kepada keluarga
(jika di Rumah).
- Klien memeriksa
obat sesuai
dosisnya.
- Klien meminum
obat pada waktu
yang tepat.
9.2.2 susun jadwal minum
obat bersama klien.

9.3.1 Klien mengevaluasi


pelaksanaan minum
obta dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian
9.3.2 Validasi pelaksanaan
minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada
klien “ bagaimana
perasaan Imam
dengan minum obat
secara teratur?
apakah keinginan
untuk marah
berkurang?”.
10. Klien dapat mengikuti 10.1 Klien yang mengikuti 10.1.1 Anjurkan klien untuk
TAK: stimulasi TAK: stimulasi ikut TAK: stimulasi
persepsi pencegahan persepsi pencegahan persepsi pencegahan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan perilaku kekerasan.
10.2 Klien mempunyai 10.1.2 Klien mengikuti TAK:
jadwal, klien stimulasi persepsi
melakukan evaluasi pencegahan perilaku
terhadap kekerasan (kegiatan
pelaksanaan TAK. mandiri)
10.1.3 Diskusikan dengan
klien tentang
kegiatan selama
TAK
10.1.4 Fasilitasi klien untuk
mepraktikkan hasil
kegiatan TAK dan
beri pujian atas
keberhasilannya.

10.2.1 Diskusiakn dengan


klien tentang jadwal
TAK
10.2.2 Masukkan jadwal
TAK dalam jadwal
kegiatan harian.
10.2.3 Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti TAK.
10.2.4 Tanyakan klien:
bagaimana perasan
setelah ikut TAK?”,
11. Klien mendapat 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Identifikasi
dukungan keluarga mendemonstrasikan kemampuan
dalam melakukan cara merawat klien keluarga dalam
cara pencegahan merawat klien
perilaku kekerasan sesuai dengan yang
telah dilakukan
keluarga terhadap
klien selama ini
11.1.2 Jelaskan keuntungan
peran serta keluarga
dalam merawat klien.
11.1.3 Jelaskan cara-cara
merawat klien.

- Terkait dengan cara


mengontrol perilaku
marah secra
konstruktif.
- Sikap dan cara
bicara.
- Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelksanaan
cara pencegahan
perilaku kekerasan.
E. Referensi (Minimal 3)

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental. Malang:
Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Kasus (Masalah Utama) : DEFISIT PERAWATAN DIRI
B. Proses Terjadinya Masalah (Pengertian, penyebab, faktor predisposisi &presipitasi,
karakteristik/tanda dan gejala, akibat)
• Pengertian : deficit diri adalah ketidak mampuan atau menyelesaikan aktivitas
keperawatan diri deficit merawat diri adalah ketidak mampuan dalam melakukan
kebersihan diri, berpakain, makan dan minum dan eliminasi.
• Penyebab : dari deficit keperawatan diri adalah kelemahan, penurunan motivasi,
kemunduran kemampuan dan gangguan psikologis.
• Faktor predisposisi :
1) Biologis
dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik
dan mental yang disebabkan klien tidak mampu melakukan kperawatan
diri dan dikarenakan adanya factor herediter dimana terdapat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis
adanya factor perkembangan yang memegang peranan yang tidak kalah
penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi
terganggu. Klien yang mengalami deficit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan klien tidak peduli
terhadao dir dan lingkungannya termasuk perawatan diri.
3) Social
kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam merawat diri.
• Factor presipitasi :
1.) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2.) Praktik Sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3.) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk
menyediakannya
4.) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada aklien penderita DM, ia harus
menjaga kebersihan kakinya.

C. Pohon Masalah
RBD
Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain

Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan

Halusinasi / waham kerusakan komunikasi verbal

Defisit keperawatan diri Isolasi sosial

HDR K

2. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Menolak melakukan perawatan diri

Objektif

1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri


2. Minat melakukan perawatan diri kurang

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. (tidak tersedia)

Objektif

1. (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait

1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arthritis reumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu

3. Diagnosa keperawatan (sesuai prioritas)


1.Mandi
2.Berpakaian
3.Makan

D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk


kolom

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Tujuan Umum. Klien dapat
meningkatkan minat dan
motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus. Kriteria evaluasi a. Berikan salam setiap
TUK I: Klien dapat membina Dalam berinteraksi berinteraksi.
hubungan saling percaya dengan klien menunjukan b. Perkenalkan nama,
perawat. tanda-tanda percaya nama panggilan
perasaannya pada perawat: perawat dan tujuan
a. Wajah cerah, perawat berkenalan.
tersenyum c. Tanyakan nama dan
b. Mau berkenalan panggilan kesukaan
c. Ada kontak mata klien.
d. Menerima d. Tunjukan sikap jujur
kehadiran perawat dan menepati janji
e. Bersedia setiap kali
menceritakan berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan
dan masalah yang
dihadapi klien.
f. Buat kontrak
interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan
perasaan klien
dengan empati.
h. Penuhi
kebutuhandasar klien.
TUK II: klien dapat mengenal Kriteria evaluasi Intervensi
tentang pentingnya kebersihan Klien dapat a. Bina hubungan saling
diri. menyebutkan percaya dengan
Tindakan keperawatan kebersihan diri pada menggunakan prinsip
1. Tindakan keperawatan untuk waktu 2 kali pertemuan, komunikasi terapeutik.
pasien mampu menyebutkan b. Diskusikan bersama
Tujuan: kembali kebersihan klien pentingnya
1) Pasien mampu untuk kesehatan seperti kebersihan diri dengan
melakukan kebersihan diri mencegah penyakit dan cara menjelaskan
secara mandiri klien dapat pengertian tentang arti
2) Pasien mampu meningkatkan cara bersih dan tanda- tanda
melakukan merawat diri. bersih.
berhias/berdandan secara c. Dorong klien untuk
baik menyebutkan 3 dari 5
tanda kebersihan diri.
3) Pasien mampu d. Diskusikan fungsi
melakukan makan dengan kebersihan diri dengan
baik menggali pengetahuan
4) Pasien mampu klien terhadap hal yang
melakukan BAB/BAK berhubungan dengan
secara mandiri kebersihan diri.
2. Tindakan keperawatan e. Bantu klien
Melatih pasien cara-cara mengungkapkan arti
perawatan kebersihan diri kebersihan diri dan
Untuk melatih pasien tujuan memelihara
dalam menjaga kebersihan kebersihan diri
diri Saudara dapat f. Beri reinforcement
melakukan tanapan positif setelah klien
tindakan yang meliputi: mampu
1) Menjelasan pentingnya mengungkapkan arti
menjaga kebersihan diri. kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat g. Ingatkan klien untuk
untuk menjaga kebersihan memelihara kebersihan
diri diri seperti: mandi 2 kali
3) Menjelaskan cara-cara pagi dan sore, sikat gigi
melakukan kebersihan diri minimal 2 kali sehari
4) Melatih pasien (sesudah makan dan
mempraktekkan cara sebelum tidur), keramas
menjaga kebersihan diri dan menyisir rambut,
gunting kuku jika
panjang.
TUK III: Klien dapat melakukan Kriteria evaluasi Klien Intervensi
kebersihan diri dengan bantuan berusaha untuk a. Motivasi klien untuk
perawat. memelihara kebersihan mandi.
diri seperti mandi pakai b. Beri kesempatan
sabun dan disiram pakai untuk mandi, beri
air sampai bersih, kesempatan klien
mengganti pakaian bersih untuk
sehari-hari, dan mendemonstrasikan
merapikan penampilan. cara memelihara
kebersihan diri yang
benar.
c. Anjurkan klien
untuk mengganti
baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien
untuk memotong
kuku dan merapikan
rambut.
e. Kolaborasi dengan
perawat ruangan
untuk pengelolaan
fasilitas perawatan
kebersihan diri,
seperti mandi dan
kebersihan kamar
mandi.
f. Bekerjasama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri
seperti odol, sikat
gigi, shampoo,
pakaian ganti,
handuk dan sandal.
TUK IV: Klien dapat melakukan Kriteria evaluasi Setelah Intervensi
kebersihan perawatan diri secara satu minggu klien dapat Monitor klien dalam
mandiri. melakukan perawatan melakukan kebersihan diri
kebersihan diri secara secara teratur, ingatkan
rutin dan teratur tanpa untuk mencuci rambut,
anjuran, seperti mandi menyisir, gosok gigi, ganti
pagi dan sore, ganti baju baju dan pakai sandal.
setiap
hari, penampilan bersih
dan rapi.
TUK V: Klien dapat Kriteria evaluasi Intervensi
mempertahankan kebersihan diri Klien selalu tampak Beri reinforcement positif
secara mandiri. bersih dan rapi. jika berhasil melakukan
kebersihan diri.
TUK VI: Klien dapat dukungan Kriteria evaluasi Intervensi
keluarga dalam meningkatkan Keluarga selalu a. Jelaskan pada
kebersihan diri. mengingatkan hal-hal keluarga tentang
yang berhubungan penyebab kurang
dengan kebersihan diri, minatnya klien
keluarga menyiapkan menjaga kebersihan
sarana untuk membantu diri.
klien dalam menjaga b. Diskusikan bersama
kebersihan diri, dan keluarga tentang
keluarga membantu dan tindakanyang telah
membimbing klien dilakukan klien
dalam menjaga selama di RS dalam
kebersihan diri. menjaga kebersihan
dan kemajuan yang
telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga
untuk memutuskan
memberi stimulasi
terhadap kemajuan
yang telah dialami di
RS.
d. Jelaskan pada
keluarga tentang
manfaat sarana yang
lengkap dalam
menjaga kebersihan
diri klien.
e. Anjurkan keluarga
untuk menyiapkan
sarana dalam menjaga
kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama
keluarga cara
membantu klien
dalam menjaga
kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan
keluarga mengenai
hal yang dilakukan
misalnya:
mengingatkan pada
waktu mandi, sikat
gigi, mandi, keramas,
dan lain-lain.

E. Referensi (Minimal 3)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental.
Malang: Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama) : RESIKO BUNUH DIRI


B. Proses Terjadinya Masalah (Pengertian, penyebab, faktor predisposisi &presipitasi,
karakteristik/tanda dan gejala, akibat)
• Pengertian : risiko bunuh diri adalah rentan menyakiti diri sendiri dan cedera
yang mengancam jiwa. Tindakan serta mengakhiri hidup meliputi isyarat,
ancaman, dan percobaan bunuh diri
• Penyebab :
1. Perilaku impulsif
2. Masalah dalam kehidupan sosial
3. Gangguan mental lain

• Faktor predisposisi :
1) Diagnosis Psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa.Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan efektif, penyalagunaan zat, dan
skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga tipe keperibadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi
3) Lingkungan psikososial
Pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan dan bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapiutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab maslah, respon seorang dalam
menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotonim, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat
dilihat melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph
(EEG).

• Faktor presipitasi
a) Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali
orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh
diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik
faktor sosial maupun budaya. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh
diri.
b) Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme
koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk
denial, rasionalization, regression dan megical thinking. Mekanisme
pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang
tanpa memberikan koping alternatif
• Akibat :
- Peilaku impulsif
- Masalah dalam kehidupan sosial
- Gangguan mental lain
• Tanda dan gejala
▪ Gangguan perilaku (mis. euforia mendadak setelah depresi, perilaku
mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah banyak,
membuat surat warisan)
▪ Demografi (mis. lansia, status perceraian, janda/duda, ekonomi
rendah, pengangguran)
▪ Gangguan fisik (mis. nyeri kronis, penyakit terminal)
▪ Masalah sosial (mis. berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian,
kehilangan hubungan yang penting, isolasi sosial)
▪ Gangguan psikologis (mis. penganiayaan masa kanak kanak, riwayat
bunuh diri sebelumnya, remaja homoseksual, gangguan psikiatrik,
penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat)

C. Pohon Masalah

RBD

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan

Halusinasi / waham kerusakan komunikasi verbal

Defisit keperawatan diri Isolasi sosial

HDR K

5. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
- Halusinasi
- Isolasi sosial
- Resiko perilaku kekerasan
- Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
- Resiko bunuh diri
2. Diagnosa keperawatan (sesuai prioritas)
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
5. Resiko bunuh diri
D. Rencana Tindakan Keperawatan (untuk Diagnosa Keperawatan Utama saja) Bentuk
kolom
RENCANA KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Perencanaan
Intervensi
Tujuan Kriteria Hasil
Klien tidak melakukan 1.1 Beri salam/panggil
bunuh diri nama
TUK 1 a. sebutkan nama
Klien dapat membina perawat
hubungan saling percaya 1. Klien mau membalas b. Jelaskan maksud
salam hubungan
2. Klien mau menjabat interaksi
tangan c. Jelaskan akan
3. Klien menyebutkan kontrak yang
nama akan dibuat
4. Klien mau tersenyum d. Beri rasa aman
dan sikap empati
e. Lakukan kontak
singkat tapi
sering
TUK 2 a. Modifikasi lingkungan
Klien dapat melindungi klien
diri perilaku bunuh diri a. Jauhkan klien dari
benda-benda
yang dapat
Klien terlindung dari digunakan untuk
perilaku bunuh diri bunuh diri
b. Tempatkan klien
diruangan yang
nyaman dan
mudah terlihat
oleh perawat
b. Awasi klien secara
ketat setiap saat
c. Mengajarkan cara
mengendalikan
dorongan bunuh diri
TUK 3: 3.1 Bantu klien
Klien dapat meningkatkan mengeksplorasikan
harga diri perasaan
a. Biarkan klien
mengungkapkan
perasaannya
b. Ajak klien untuk
berbincang –
bincang mengenai
1. Klien dapat
perasaannya
meningkatkan harga
namun jangan
dirinya
memaksa
2. Klien dapat
mengidentifikasi
3.2 Identifikasi aspek
aspek positif yang
positif yang dimiliki
dimiliki
klien
3. Klien dapat membuat
3.3 Bantu
rencana masa depan
mengidentifikasi
yang realistis
sumber-sumber
harapan (misal:
hubungan antar
sesama, keyakinan,
hal-hal untuk
diselesaikan).
3.4 Bantu klien
merencanakan masa
depan yang realistis
TUK 4 4.1 Klien dapat
4.1 Diskusikan kegiatan
Klien dapat menyebutkan contoh
fisik yang biasa
mendemonstrasikan cara pencegahan bunuh
dilakukan klien.
fisik untuk mencegah diri secara fisik: a.
4.2 Beri pujian atas
bunuh diri Tarik nafas dalam.
kegiatan fisik klien
4.2 Klien dapat
yang biasa dilakukan.
mendemonstrasikan
4.3 Diskusikan satu cara
cara fisik untuk
fisik yang paling mudah
mencegah perilaku
dilakukan Untuk
bunuh diri.
mencegah perilaku
4.3 Klien mempunyai
bunuh diri yaitu: tarik
jadwal untuk melatih
nafas dalam
cara pencegahan fisik
yang telah dipelajari 4.4 Diskusikan cara
sebelumnya. melakukan nafas
4.4 Klien mengevaluasi dalam dengan klien.
kemampuan dalam 4.5 Beri contoh klien
melakukan cara fisik tentang cara menarik
sesuai jadwal nafas dalam.
4.6 Minta klien mengikuti
contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali.
4.7 Beri pujian positif atas
kemampuan klien
mendemonstrasikan
cara nafas menarik
dalam.
4.8 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
bercakap-cakap.
4.9 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat bunuh diri itu
muncul

4.1.1 Lakukan hal yang


sama dengan 6.2.1
sampai 6.2.6 untuk
cara fisik lain
dipertemuan yang
lain.
4.1.2 Diskusikan dengan
klien mengenai
frekuensi latihan
yang akan dilakukan
sendiri oleh klien.
4.1.3 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
4.1.4 Klien mengevaluasi
pelaksanaan latihan,
cara pencegahan
perilaku bunuh diri
yang telah dilakukan
dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation).validasi
kemampuan klien
dalam melaksanakan
latihan.

TUK 5 5.1 Diskusikann cara


Klien dapat bicara yang baik
mendemonstrasikan cara dengan klien
sosial untuk mencegah 5.2 Beri contoh cara
bunuh diri. bicara yang baik
a. Meminta maaf
dengan baik “Saya
5.1 Klien dapat
minta uang untuk
menyebutkan cara
beli makan”
bicara(verbal) yang
b. Menolak dengan
baik dalam mencegah
baik “Maaf,,saya
bunuh diri.
tidak bisa
a. Meminta dengan
melakukan karena
baik
ada kegiatan lain”
b. Menolak dengan
c. Mengungkapkn
baik
perasaan dengan
c. Mengungkapkan
baik “Saya kesal
erasaan dengan baik
karena
permintaan saya
5.2 Klien dapat
tidak dikabulkan”
mendemonstrasikan
5.3 Meminta klien
cara verbal yang baik
mengikuti contoh cara
5.3 Klien mempunyai
bicara yang baik.
jadwal untuk melatih
5.4 Minta klien
cara bicara yang baik
mengulangi sendiri
a. Klien melakukan
5.5 Beri pujian atas
evaluasi terhadap
keberhasilan pasien
kemampuan cara
5.6 Diskusikan dengan
bicara yang sesuai
klien tentang waktu
dengan jadwal yang
dan kondisi cara
telah disusun
bicara yang dapat
dilatih di ruangan,
misalnya: Meminta
obat, baju dlll,
menolak ajakan
merokok, tidur tidak
tepat pada waktunya,
menceritakan
kekesalan pada
perawat.
5.7 Susun jadwal kegiatan
untuk melatih cara
yang telah dipelajari
5.8 Klien mengevaluasi
pelaksanaan latihan
cara bicara yang baik
dengan mengisi
jadwal kegiatan
5.9 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan

5.1.1Beri pujian atas


keberhasilan klien,
tanyakan kepada
klien, “Bagaimana
perasaan klien
setelah latihan
bicara yang baik?
apakah keinginan
bunuh diri
berkurang?”
TUK 6 6.1 Diskusikan dengan
Klien 6.1 Klien dapat klien tentang jenis
mendemonstrasikan menyebutkan jenis, obat yang diminumnya
kepatuhan minum obat dosis, dan waktu (nama, warna,
untuk mencegah bunuh minum obat serta besarnya): Waktu
diri manfaat dari obat itu minum obat (jika 3
(Prinsip 5 benar: benar kali: pkl. 07.00, 13.00,
orang, obat, dosis, 19.00) cara minum
waktu, dan cara obat.
pemberian). 6.2 Dengan klien tentang
6.2 Klien manfaat minum obat
mendemonstrasikan secara teratur:
kepatuhan minum a. Beda perasaan
obat sesuai jadwal sebelum minum
yang ditetapkan obat dan sesudah
6.3 Klien mengevaluasi minum obat.
kemampuan dalam b. Jelaskan bahwa
mematuhi minum dosis obat hanya
obat. boleh diubah oleh
dokter.
c. Jelaskan mengenai
akibat minum obat
yang tidak teratur,
misalnya penyakit
kambuh.
6.3 Diskusikan tentang
proses minum obat:
a. Klien meminta obat
kepada perawat(jika
di rumah sakit),
kepada keluarga
(jika di rumah).
b. Klien memeriksa
obat sesuai dosis.
c. Klien minum obat
pada waktu yang
tepat
6.4 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum
obat dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation)
6.5 Validasi pelaksanaan
minum obat
6.6 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
6.7 Tanyakan kepada
klien: “ bagaimana
perasaan anda
dengan minum obat
secara teratur?
apakah keinginan
untuk bunuh diri
berkurang?
TUK 7 7.1 Klien mengikuti tak:
Klien dapat mengikuti tak stimulasi persepsi 7.1 Anjurkan klien untuk
stimulasi persepsi pencegahan bunuh ikut tak: stimulasi
pencegahan bunuh diri. diri. persepsi pencegahan
7.2 Klien mengikuti tak: bunuh diri.
stimulasi persepsi 7.2 Klien mengikuti
pencegahan bunuh tak:stimulasi persepsi
diri. pencegahan bunuh
7.3 Klien mempunyai diri(kegiatan mandiri).
jadwal. klien
melakukan evaluasi
terhadap 7.3 Diskusikan dengan
pelaksanaan tak. klien tentang kegiatan
selama tak.
7.4 Fasilitasi klien untuk
mempraktikkan hasil
kegiatan tak dan beri
pujian atas
keberhasilannya.
7.5 Diskusikan dengan
klien tentang jadwal
tak
7.6 Masukkan jadwal tak
ke dalam jadwal
kegiatan harian.
7.7 Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti tak
7.8 Tanyakan kepada
klien: “ bagaiman
perasaan anda setelah
ikut tak?
TUK 8 8.1 Identifikasi
Klien mendapatkan kemampuan keluarga
dukungan keluarga dalam dalammerawat klien
melakukan cara sesuai dengan yang
pencegahan bunuh diri. telah dilakukan
keluarga selama ini
8.2 Jelaskan keuntungan
peran serta keluarga
dalam merawat klien.
8.3 Jelaskan cara-cara
8.1 Keluarga dapat
merawat klien:
mendemonstrasikan
a. Terkait dengan
cara merawat klien.
munculnya
bunuh diri.
b. Sikap dan bicara
c. Membantu
mengenal
penyebab bunuh
diri dan
pelaksanaan
pencegahan
bunuh diri
E. Referensi (Minimal 3)
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehhatan Jiwa
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Murharyati, A., & dkk. (2021). Keperawatan Jiwa Mengenal Kesehatan Mental.
Malang: Ahlimedia Press.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai