Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

1) DEFINISI
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum,
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2) Batasan Lansia
Klasifikasi Lanjut Usia (Maryam dkk, 2008).
a. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lanjut usia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lanjut usia potensial : Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lanjut usia tidak potensial : Lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Karakteristik Lanjut Usia.
Menurut Budi Anna Keliat (1999 );
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan ).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

b. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada lansia


1) Perubahan Fisik :
a) Sel : Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar , TBW (jumlah cairan tubuh
berkurang) dan cairan intra seluler menurun, menurunnya proporsi protein di otak,
ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme
perbaikan sel.
b) Sistem Persarafan : Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap
individuberkurang setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, atropi saraf
panca indra (berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium & perasa, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang
sensitif terhadapsentuhan.
c) Sistem Pendengaran : Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi, suara yg tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65th, atropi membran tympani,
menyebabkan otosklerosis (kekakuan pada tulang bagian dalam), terjadinya
pengumpulan cerumen dapat mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran
bertambah menurun pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa/stress.d) Sistem
Penglihatan : Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) menjadi katarak, kornea lebih
berbentuk sferis (bola kecil), respon terhadap sinar menurun, daya adaptasi terhadap
gelap lebih lambat, hilangnya daya akomodasi mata, lapang pandang menurun, sulit
membedakan warna biru dan hijau pada skala.
e) Sistem Kardiovaskuler : Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun sehingga menurunnya kontraksi dan volume jantung,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, oksigenisasi tidak adekuat, mengakibatkan
pusing mendadak, tekanan darah cenderung tinggi karena meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
f) Sistem Respirasi : Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang, kapasitas residu
meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas menurun O2 arteri menurun
menjadi 75 mmHg; CO2 arteri tidak berganti kemampuan untuk batuk berkurang,
kemampuandinding, dada & kekuatan otot pernafasan menurun sejalan
dengan tambah usia.
g) Sistem Genitourinari : Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang; kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun, proteinuria (+1), otot-otot vesika
urinaria melemah, kapasitasnya menurun 200ml sedangkan frekuensi buang air kecil
meningkat. Pada pria lansia, vesika urinari sulit dikosongkan akibatnya meningkatkan
retensi urin. Prostat membesar (dialami 75% pria usia 65 tahun keatas), atropi vulva,
selaput lendir kering, elastisitas menurun, permukaan lebih licin,
perubahan warna.Seksual intercourse masih.h) Sistem Reproduksi : Menciutnya ovari
dan uterus, atropi payudara, pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meski ada penurunan secara berangsur-angsur, selaput lendir vagina
menurun, permukaan lebih halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan-
perubahan warna, dorongan Seksual masih.
i) Sistem Gastrointestinal : Kehilangan gigi, karena kesehatn gigi buruk atau gizi
buruk, indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir, atropi indra pengecap,
hilangnya sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis, asin, dan pahit,
dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan juga menurun, peristaltik lemah sehingga biasa timbul konstipasi, daya
absorbsi terganggu.
j) Sistem Endokrin : Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid, aldosteron,
kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya
BMR= basal metabolic rate, fungsi paratiroid & sekresinya tidak berubah.
k) Sistem Integumen : Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras), karena kehilangan proses keratinisasi,
perubahan ukuran dan bentuk - bentuk sel epidermis, menurunnya respon
terhadaptrauma, mekanisme proteksi kulit menurun : Produksi serum menurun,
gangguan pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut
dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya cairan
& vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar dan kurang bercahaya,
kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti
tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsi.

l) Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan density (cairan), makin rapuh, kifosis,


pinggang, lutut dan jari pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus
intervertebralismenipis, menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar
dan kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut otot bergerak
menjadi lambat, otot- otot kram dan tremor, otot polos tidak begitu terpengaruh.

2) Perubahan Psikososiala)
a) Pensiun : Produkdivitas dan identitas – peranan(kehilangan financial, kehilangan
status, kehilangan relasi),
b) Sadar akan kematian,
c) Perubahan dalam cara hidup,
d) Penyakit kronis dan ketidakmampuan,
e) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body image,
perubahan konsep diri.

3) Perubahan Mental
Faktor-faktor yang pengaruhi perubahan mental :
a ) Perubahan fisik, organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
herediter, lingkungan,
b) Perubahan kepribadian yang drastic,
c) Ungkapan tulus perasaan individu,
d) Tidak senang pada perubahan,
e) Berkurangnya ambisi dan kegiatan,
f) Kecenderungan egosentris, perhatian menurun,
g) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru,h) Berkurangnya
kemampuan nyatakan sopan santun,
i) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan,
j) Cenderung menyendiri, bermusuhan,
k) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan,
l) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan,
m) Kegiatan seksual berlebihan atau perilaku tidak senonoh,
n) Orientasi terganggu, bingung, sering lupa, hilang dan tersesat,
o) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri,
p) Gelisah, delirium pada malam hari,
q) Disorientasi waktu,
r) Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit tidur di malam hari),
s) Mengumpulkan barang yang tidak berharga

4) Perubahan Memoria)
A ) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari,
b) Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.

5) IQ (Intellgentia Quotion)
a) Tidak berubah degan informasi matematika dan perkataan verbal,
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan
pada daya membayangkan karena tekanan - tekanan dari faktor waktu.

6) Perkembangan Spirituala)
a ) Maslow, 1970: Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
b) Murray & Zenner, 1970: Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak di kehidupan sehari-hari.
c) Folwer,1970: lansia 70 tahun Universalizing, pada tingkat ini
adalah berfikir danbertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan.

c. Penyakit yang umum terjadi pada lansia


1. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia
) Mudah jatuh) Mudah lelah, disebabkan oleh : Faktor psikologis, Gangguan
organis, Pengaruh obatc) Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi,
alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, dsb) Nyeri dada karena PJK, aneurisme
aorta, perikarditis, emboli paru, dsb) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas
fisik karena kelemahan jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight,
anemiaf) Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis,
psikologisg) Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal
jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsbh) Nyeri
pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal,
dsb.i) Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf
terjepitj) Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran
cerna, faktor sosio-ekonomik) Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang
kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologisl) Sukar menahan
BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektumm) Gangguan
ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang, katarak, glaukoma,
infeksi matan) Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan
kekacauan mentalo) Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan
psikogenik (depresi, irritabilitas)
p) Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi,
dsbq) Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ganguan
sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokalr) Mudah gatal-gatal karena kulit
kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis, alergi2.

Karakteristik penyakit lansia di Indonesia :


a) Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,osteoartritis
b) Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
c) Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
d) Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis,
Benigna Prostat Hiperplasia
e) Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
f) Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
g) Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
h) Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson,dan
sebagainya.

Masalah Kesehatan (Hipertensi)1. Definisi


Hipertensi menurut Mansjoer dkk ( 2010 ) hipertensi adalah tekanan sitsolik ≥ 140
mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.
Hipertensi menurut Brunner & Suddarth (2008) merupakan gejala penyakit yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya ≥
140 mmHg dan diatoliknya ≥ 90 mmHg
2. Klasifikasi pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi ( sistolik ), angka yang lebih
rendah akan diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Pada hipertensi sitolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diatoliknya dalam kisaran normal.Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap
orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secaa perlahan bahkan menurun drastis

Klasifikasi hipertensi pada dewasa

Kategori Tekanan darah Tekanan Darah


sistolik Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium I (hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmhg
ringan)
Stadium 2 (hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (hipertensi 180-209 mmHg 110-119 mmHg
berat)
Stadium 4 (hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan


besar yaitu :
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain (Lany,
2001).Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
– perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku Kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
4. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2) Kegemukan atau makan berlebihan.
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alcohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.Sedangkan bagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2008). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer.

5. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : Tidak ada gejalaTidak ada
gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejala yang
lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.Manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing
Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor-factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi
d. Kalium serum:Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensif.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji aldosteronisme primer
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensik. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan
hiperadrenalismel. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureterm. Foto dada:Menunjukkan obstruksi
kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantungn. CT scan:Untuk mengkaji tumor
serebral, ensefalopatio. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola
regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.

7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat: Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1) Diet. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara
moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet
rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh, penurunan berat badan, penurunan
asupan etanol, menghentikan merokok
2) Latihan Fisik. Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat prinsip yaitu
:Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3
x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
3) Edukasi Psikologis. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi: Tehnik Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
4) Tehnik relaksasi. Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
5) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.

b. Terapi dengan Obat. Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan


tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High
Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi
jantung murmur, distensi vena jugularis
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala :Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal ), obstruksi.
Makanan/ cairan
Gejala :Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
e. Neurosensori
Gejala :Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda :Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina
optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.Nyeri/
ketidaknyamanan
Gejala :Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
f. Pernafasan
Gejala :Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/
tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda :Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.

g. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara berjalan.2. Pemeriksaan Diagnostik: Hb:
untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas), BUN:
memberi informasi tentang fungsi ginjal, glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi), kalsium
serum, kolesterol dan trygliserid, urin analisa, foto dada, CT Scan, EKG.3.

Kemungkinan Diagosa Keperawatan


a. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
b. Resiko penurunan curah jantung b/d vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler,
c. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1 Nyeri akut b.d agen NOC : NIC :


injury biologis Pain Level, Pain Management
Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan secara komprehensif termasuk
asuhan keperawatan lokasi, karakteristik, durasi,
selama..x24 frekuensi, kualitas dan faktor
jam nyeri dapat presipitasi
teratasi 2. Observasi reaksi nonverbal
denganKriteria Hasil dari ketidaknyamanan
: 3. Gunakan teknik komunikasi
1.Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui
nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien
nyeri, mampu 4. Kaji kultur yang
menggunakan tehnik mempengaruhi respon nyeri
nonfarmakologi untuk 5. Evaluasi pengalaman nyeri
mengurangi nyeri, masa lampau
mencari bantuan) 6. Evaluasi bersama pasien dan
2.Melaporkan bahwa tim kesehatan lain tentang
nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol nyeri
dengan masa lampau
menggunakan 7. Bantu pasien dan keluarga
manajemen nyeri untuk mencari dan menemukan
3.Mampu mengenali dukungan
nyeri (skala,
8. Kontrol lingkungan yang
intensitas, frekuensi dapat mempengaruhi nyeri
dan tanda nyeri) seperti suhu ruangan,
4.Menyatakan rasa pencahayaan dan kebisingan
nyaman setelah nyeri 9. Kurangi faktor presipitasi
berkurang nyeri
5.Tanda vital dalam10. Pilih dan lakukan penanganan
rentang normal nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.
2 Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d respon Cardiac Pump Cardiac Care
fisiologis otot jantung effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada (
Circulation Status intensitas,lokasi, durasi)
Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia
Setelah dilakukan jantung
asuhan keperawatan 3. Catat adanya tanda dan
selama…x24 gejala penurunan cardiac
jam,pasien tidak putput
terjadi penurunan 4. Monitor status kardiovaskuler
curah jantung5. Monitor status pernafasan
dengan Kriteria Hasil yang menandakan gagal
: jantung
1. Tanda Vital dalam 6. Monitor abdomen sebagai
rentang normal indicator penurunan perfusi
(Tekanan darah,7. Monitor balance cairan
Nadi, respirasi) 8. Monitor adanya perubahan
2. Dapat mentoleransi tekanan darah
aktivitas, tidak ada 9. Monitor respon pasien
kelelahan terhadap efek pengobatan
3. Tidak ada edema antiaritmia
paru, perifer, dan 10. Atur periode latihan dan
tidak ada asites istirahat untuk menghindari
4. Tidak ada kelelahan
penurunan kesadaran 11. Monitor toleransi aktivitas
pasien
12. Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan
stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. pernapasan

3 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


b/d ketidakseimbangan Energy conservation Energy Management
suplai dan kebutuhan Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
oksigen. Setelah dilakukan pembatasan klien dalam
asuhan keperawatan melakukan aktivitas
selama...x24 2. Dorong anal untuk
jam,pasien menunjukan mengungkapkan perasaan
tidak terjadi intoleransi terhadap keterbatasan
aktivitas denganKriteria3. Kaji adanya factor yang
Hasil : menyebabkan kelelahan
1. Berpartisipasi dalam4. Monitor nutrisi dan sumber
aktivitas fisik tanpa energi yang adekuat
disertai peningkatan5. Monitor pasien akan adanya
tekanan darah, nadi kelelahan fisik dan emosi
dan RR secara berlebihan
2. Mampu melakukan 6. Monitor respon
aktivitas sehari hari kardiovaskuler terhadap
(ADLs) secara mandiri aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
2. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
Daftar pustaka Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC, 3. Etiologi
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media
AesculapiusMaryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta:
Salemba MedikaSoeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai