Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Fisika Indonesia, No: 34, Vot.XI. Edisi Desember 2007 ISSN. l4l0-29g4. hat.

l69- 179

ANALISIS DATA VLF (VERY LOW FREQUENCY)


UNTUK MENGETAHUI KBMENERUSAN PIPA GAS BAWAH PERMUKAAN
DI GRESIK, JAWA TIMUR

Imam Suyanto
Lab. Geofisika F-MIPA uGM, Sekip Utara, Bulak sumur-yogyakar-ta,552g l
imams82@yahoo.com

ABSTRAK
Telah dilakukan survey metode vLF (Very Low Frequency) untuk mengetahui
kemenerusan saluran pipa
gas yang terletak di bawah permukaan di pantai Gresik, Jawa Timur.
Survey vLF menggunakan 2 set alat
T-VLF BRGM (sensor.+ monitor) dengan perlengkapan GPS Trimble 4ooos dan i"heodolit
Topcorn
untuk menentukan posisi titik ukur. T-VLF_lris ini beroperasi pada dua flekuensi
sekaligus, yaitu
pemancar di Turki (26700H2) dan JJF4 (22200H2) di Ebinoiepang.
Pengambilan data dilakukan 14 - t7
Nopember 2007. Jumlah lintasan pengukuran sebanyak 63, 4i liniasan
d.ngun spasi antar lintasan 5 m
dan22 lintasan dengan spasi antar lintasan lm. Spasi titik pengukuran lm dan panjang
lintasan l0 m.
Parameter yang diperoleh dari pengukuran vLF adalah lrtixl
dan elliptisitas (y;. Data vLF diolah
dengan membuat fraser derivatif dari tilt angle, sehingga iiperoleh
fraser derivatif versus jarak.
Selanjutnya diolah dengan metode Rapat Arus diri data tili"Penampang
pipa pada arah horizontal berada
pada.tengah koridor yaitu_pada jarak4 hingga 6 m di setiap
koridor pengukuran. pipa terletak pada
kedalaman dangkal (1 s/d2 m) di busur bariilaut pada jarak koridor
0 s/d o0 m dan dl busur renggara
padajarak koridor I 50 sid 200 m. Pada tengah koridor yaitu pada jarak
60 s/d I 50 m pola pipa cenderung
melengkung ke dalam, dengan kedalaman berkisar uniu.u j,5 tia q,s
m. Kemiringan pipa pada busur
Barat Laut adalah 34o padajarak koridor 60 s/d 65 m dan pada
busur Tenggara adalah 20o pada jarak
koridor 140 s/d 150 m.

Kata kunci: pipa gas, tilt, Rapat Arus.

VLF (VERY LOW FREQUENCY) DATA ANALYSN TO KNOW


UNDERGROUND
PIPE GAS PATTERN IN GRESIK, WEST JAVA

ABSTRACT
VLF survey has been don:
The method use 2 set Jo detect gas pipe channel locctted in subsurface at Gresik coast, Eqst Java.
.of T-VLF AiCni ir"rro, + monitor) with GpS Trimbte 4600s and Theodolit
Topcorn to determine the position. T-ZLF lris Instrumen
operated with two frequencies, thart are 26700
Hzfrom Turkey and 22200 Ebino, Japan (JJF4). it, vLr datu aquisition taken.from November
l4 till November t7 2007. lz-from
The total lines ori os lines, 4l lines with 5 meters space and
22 tines with I
meters space' Distance betw^een measure points is I
merers, whereas line lenghl is l0 meters.
The parameters measuredfrom vLF methods are tilt (%o)
and ellipt:isity (%). The data processed by tilt
anglefraser derivatif The results arefraser derivatif versus
distonce graph and current den.sity contour.
Horizontally pipe cross section lay at central corcidor, at 4
up to 6 distance al each measuring
corridor' The shape of pipe are shallow at left side ^eters
from 60 m iir,orrr. The right .side.from 150 meter
corridor distance, with I up to 2 melers depth at rise of ride seewater.
The central corridor at 60 till t50
meters distance, the pipes paltern curve relativetyw,ith 3,5
up to 4,5 meters depth at rise of tide. The pipes
obligue 34,06'at northwest 60-65 corridor and 20,00,,at
iourheasr 140_150 corridor.
Keyword : gas pipe, tilt, current density.
170 Imam Suyanto / Analisis Data ............

I. PENDAHULUAN
Metode vLF
merupakan salah satu metode erektromagnetik
(EM) yang
bertujuan untuk mengukur daya hantar
listrik batuan dengan cara mengetahui sifat-sifat
gelombang EM sekunder. Gelombang
sekunder ini dihasilkan dari induksi EM sebuah
gelombang EM bidang primer yang
berfrekuensi sangat rendah dari l0 sampai 30 KHz.
Karena rendahnya nilai frekuensi yang digunakan, maka jangkau frekuensi
dikelompokkan ke daram kelompok vLF (Very
Low Frequency). Gelombang EM pada
frekuensi ini digunakan untuk komunikasi
kapal selam.
secara umum pengukuran VLF adalah
mengukur medan elektromagnetik pada
lintasan di atas target pengukuran. Gelombang
EM dipancarkan oleh antena komunikasi
(transmitter) yang terdapat di berbagai
tempat di dunia. Gelombang EM dari pemancar
menginduksi batuan/target sehingga target
akan memunculkan gelombang
elektromagnetik sekunder. Medan resultan
ini kemudian diukur dengan alat T-vLF.
Besarnya kuat medan EM sekunder
ini sebanding dengan besamya daya hantar listrik
batuan (o), sehingga dengan mengukur
kuat medan pada arah tertentu, secara tidak
langsung dapat mendeteks i dayahantar
listrik batuan di bawahnya.
Pipa yang mengalirkan gas milik PT pertamina
terletak di pantai Gresik,
beberapa ruasnya terletak di bawah
permukaan air di pantai. Jika kondisi
pasang maka
sebagian besar terendam dalam air,
tetapi jika surut beberapa bagian terlihat
dari
permukaan air' Kondisi ini menunjukkan
terjadinya defleksi atau melengkungnya
bentuk pipa yang semula lurus itu.
Jika dibiarkan, maka akan menganggu
aliran gas
yang melewatinya' Hal ini akan
menimbulkan banyak masalah dikemuclian
harinya.
Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengetahui arah
keberadaan pipa
berdasarkan pengukuran di permukaan dan mengetahui bentuk kemenerusan
pipa gas
(konduktif) yang terretak dibawah permukaan
air laut.

II. TINJAUAN TEORI


Metode vLFmemanfaatkan gelombang pembawa (carrier
wave)dari pemancar
yang dibuat oleh militer yang seben
amyauntuk komunikasi kapal selam di
bawah laut.
Gelombang ini memiliki penetrasi yang
cukup dalam karena frekuensinya yang
cukup

I
,d
[mam Suyanto / Anqli.sis
Dqta 171

rendah' Gelombang vLF menjalar ke seluruh dunia


dengan atenuasi yang kecir daram
pandu gelombang antarapermukaan
bumi dan ionosfer.
Gelombang EM primer
akan menginduksi benda
konduktif di dalam medium,
sehingga akan timbul
arus induksi (arus Eddy).
Arus induksi inirah yang
medan sekunder yang dapat menimburkan
ditangkap di permukaan (rihat
elektromagnetik dinyatakan gambar 1). Medan
daram 4 persamaan Maxwer,
sebagaimana persamaan
(1).
vxE=-.g
0t
vxH=i+P
0t
VxB:0
(l)
v.D = pc
Dengan reduksi hubungan
tensor tambahan akan
diperoreh persamaan yang
hanya berkait dengan
medan E
d'an H saja (Grant
and west, 1965). Apabila
diasumsikan medan E
d,an Hhanyasebagai
fungsi waktu._r;;;; .;;;,_n
y2E=icotrtoE*eltatrE
yrH=iatrtoH_e,ucr;rE e)
dengan a adarah permitivitas
dierektrik (F/m), ad,alahpermeabiritas
1.t magnetik (Hm),
dan oadalah kondukivitas
listrik (S/m).
Di daram vLF (pada frekuensi <
r 00 kHz), arus
pergeseran akan rebih
daripada arus konduksi kecir
karena permitivitas dielektrik
batuan rata-ratacukup kecir
(sekitar l0epdengan
€0= gxl,-r2 F/m; dan konduktivitas
target vLF biasanya >
s/m' Hal ini menunjukkan l0-2
bahwa efek medan akibat
arus konduksi memegang
penting ketika terjadi peranan
perubahan konduktivitas
medium (Sharma, r9g7).
Gelombang bidang yang
merambat ke bawah pada
konduktivitas q dimana sebuah medium dengan
medan .E berosilasi pada
sumbu x dan medan
akan memberikan solusi: H padasumbu y

E, = Eoe-'k' = Ene-, (0 + ia)z


(3)
dengan k adalah parameter/angka gelombang (P : - iap(o+iate)). Parameter real p?

menunjukkan faktor fase (rad/m) dan parameter imaginer a menunjukkan faktor


atenuasi/pelemahan (db/m).

,/ I

-/
F-7-
Eddy currents
${i:;;;",
primary field
secondary field

cambar I' Induksi.medan EM pada b-end.a konduktif yang menyebabkan timbulnya arus
Eddy dan menimburkan gerombang EM sekunder (Grani
uni w.ri, r 965).

Kedalaman pada saat amplitudo menjadi l/e (sekitar


37yo) dikenal sebagai
kedalaman kulit (sfriru depth). Kedalaman ini di dalam
metode EM sering ditengarai
sebagai kedalaman penetrasi gelombang
, yangdi implementasikan dalam tabel I.

(4)

Tabel I' variasi skin depth sebagai fungsi-frekuensi


gelombang dan resistivitas p (Grant
and West, 1965).

0.u I 1d Id
0.01 500 5000 5x10a 5x105
l0 t6 160 1600 r 6000
103 1.6 t6 160 1 600
104 0.5 5 50 500
105 0.16 1.6 l6 160
Itn.tot ,\u';anto .4naiisis Dara 173

III. METODOLOGI PENELITIAN


Waktu,lokasi dan peralatan pengambilan data.
Pengambilan data dilakukan dari 14
sampai 17 Nopember 2007. Lintasan
pengukuran dibuat dalam bentuk grid
dengan jumlah lintasan yang diambil sebanyak
63
lintasan, yaitu 41 lintasan dengan spasi
antar lintasan 5 m dan 22lintasandengan
spasi
antar lintasan lm' Spasi titik
pengukuran 1m dan panjang lintasan
l0m. Lokasi
penyelidikan di daerah Gresik Jawa Timur
(gambar 2).

cambar 2' Lokasi peneritian dan koridor pengukura'


vLF.

Peralatan yang digunakan dalam suryey


adalah 2 set alatT-VLF BRGM (sensor
* monitor-T) dengan kelengkapan (gambar 3):
Kaber konektor 2 buah
@ z1meter dan
peralatan penunjang (6 bh baterai
1.5 volt, I baterai 9 volt, rollmeter
100 meter atau
lebih, GPS Trimble 4600S dan Theodolit
Topcorn).

Garnbar 3. Seperangkat alat T_VLF.


17 4 Imam Suyanto / Analisis Data .'. ..' .'. ...

Metode Pengumpulan Data


Gelombang EM terdiri dari komponen medan H dan medan E' Untuk tempat
yang jauh dari pemancar dan dianggap medium tanah konduktif, maka komponen
medan H akan mempunyai arah mendatar tegak lurus arah pemancar, sedangkan
gelombang E akan mempunyai arah mendatar searah dengan arah pemancar (arah

perambatan). Karena adanya gelombang sekunder maka arah medan H maupun medan

E akan berubah.
peralatan yang dipakai untuk mengukur medan E dan H adalah T-VLF Iris
Instrumen yang dapat beroperasi dengan dua frekuensi sekaligus. Pemancar yang
digunakan adalah pemancar dari Turki (26700H2) dan JJF4 (22200H2) di Ebino Jepang.
parameter yang diukur yaitu sudut tilt (Titt Angle, dalam Yo) dan Eliptisitas (Elipticity,
dalam %).
pengukuran lapangan dengan T-VLF yaitu dengan mengukur pada lintasan-

lintasan yang tegak lurus diatas target Pipa dengan spasi titik pengukuran 1m pada

lintasan sejauh 10m dan panjang pipa 200m (gambar 4). Karena berada pada zona
transisi (pantai) dimana pipa dalam kondisi selalu terendam air maka survey

dimodifikasi dengan melakukan pengukuran di atas perahu yang didorong sepanjang


lintasan. Perahu harus dijaga selalu dalam kondisi stabil agar sensor pada alat tidak
bergerak, sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

Arah Pemancar Lintasan


Ukur
*- ./ ./ H,
//t

Gambar 4. Lintasan pengukuran VLF mode tilt dan elipticity'

IV. PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA


Langkah pertama dalam pengolahan data adalah membuat fraser derivatif dari
sudut tilt dengan menerapkan rumus Y(a):X(a-|) + X(a) - X(a+l) - X(a+2) pada

sederetan data tilt dalam satu lintasan. Y adalah hasil derivatif yang terletak pada spasi
(a + %), dan a bergerak dari data stasiun ke-2 hingga data stasiun ke n-2. Selanjutnya

F
Imam Suyanto / Analisis Data

membuat grafik masing-masing frekuensi pada setiap lintasan untuk parameter


sudut tilt
dan fraser derivatif versus jarak serta kontur rapat arus dengan masukan
data tilt. Rapat
arus dilakukan dengan menerapkan filter linear (Karous dan Hielt, 1983). Hasilnya
adalah kontur rapat arus ekuivalen pada tiap lintasan. Contoh hasil profile gambar (7)
pada lintasan KR 50 untuk frekuensi 27600 Hz dan 22200 Hz. Warna merah
menunjukkan nilai rapat arus ekuivalen tinggi dan biru rendah. Secara umum
pengolahan data vLF dapat digambarkan sebagaimana gambar 6.

DATA LAPANCAN

HIGHPASS FILTER

FRASER DERIVATIF
FII-TER t,INIER

KONTUR RAPAT ARUS

INTERPRETASI

KESIMPULAN

Gambar 6. Diagram alir pengolahan data.

Gambar 7. Contoh hasil profil rapat arus untuk frekuensi 27600H


z (a) dan 22200 Hz (b).
ll6 Imam Suyanto / Analisis Data ..

Interpretasi dilakukan dengan melihat pola tilt, elips, dan fraser maka diperoleh
kedalaman puncak konduktor. Nilai konduktivitas x ketebalan dapat dicari
dengan
melihat nilai peak to peak tilt angle maksimum (an'u*) dalam %o dan peak to peak
elliptisitas maksimum (e'ur) dalam Yo d,ari anomali target konduktif yang ada (Saydam.
1981)' Interpretasi data VLF menghasilkan posisi dan kedalaman dari pipa target.

Dari pengukuran lapangan juga banyak ditemukan kendala berupa keberadaan


noise yang dekat dengan lokasi pengukuran berupa benda-benda konduktif dan
benda
yang memancarkan gelombang elektromagnetik. Sensor yang selalu bergerak,
karena
pengukuran dilakukan di atas perahu, juga merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi
data' Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka terlebih dahulu dilakukan
filter
pada data untuk menghilangkan kedua noise tersebut. Data yang telah difilter
selanjutnya digunakan dalam proses filter linier yang nantinya akan menghasilkan
kontur rapat arus di bawah lintasan pengukuran. Fraser derivatif juga dibuat untuk
memperjelas posisi dari benda target. Kedua analisis tersebut digunakan
sebagai
interpretsi dari data VLF. Nilai rapat arus yang lebih tinggi menunjukkan
keberadaan
pipa target. Kedalaman dan posisi pipa dapat diketahui dari hasil
kontur di tiap lintasan
didukung dengan analisis fraser derifatif. Untuk tiap lintasan diperoleh
2 hasil dari hasil
analisis data tilt dari sumber yang berbeda yaitu dari Jepang dan dari
rurki.

V. HASIL DAN DISKUSI


Hasil analisis data dan interpretasi masing-masing lintasan (koridor) untuk
sumber yang berbeda menunjukkan posisi dan kedalam an yang
berbeda (tabel II). Dari
hasil interpretasi tiap koridor lintasan dibuat pendekatan penampang
pipa pada posisi
horisontal dan vertikal. Pendekatan pipa tersebut dilakukan dengan
smoothingtitik-titik
interpretasitiap koridor. penampang pipa ditunjukkan pada penampang bidang
horisontal dan verlikal sebagaimana gambar 8 dan g. Gambar
10 menampilkan
perbandingan hasil interpretasi frekuensi 22,2 kHz dan 267 kHz. Untuk dapat
memastikan hasil interpretasi yang lebih akurat, maka dilakukan
pengujian secara
manual, yaitu dideteksi keberad,aan pipa di 2 posisi yang cukup
dalam. Dari hasil
pengujian diperoleh kedalaman pipa sekitar 4 meter. Dengan
membandingkan hasil
lmant Stt.t.anto ,inalisis Dara
177

penguJlan manual dengan


hasil VLF, maka disimpulkan yang akan digunakan
adalah
hasil analisis data dari sumber pemancar
dari Jepang.

Tabel II. Hasir interpretasi posisi


pipa untuk frekuensi 22z0aHz
dan 26i00 Hz.
-T-- POSISI PIP.A, TARCET
I Frekuensi 2,67ooHz i F*k,,""rt ,rxloH'
KORIDOR POStst KEDA- POSISI KEDA-
HORISONTAL LAMAN HORIZONTAI, LAI\,IAN
(meter)
(meter.1 (meter)
0 4. r0 Lt6
r .l6
5 o
l.t] 4. t9 I .17
t0 4.40 r .18 4.40
l5 r.t8
)0 1.33 4.56 -l.31
20 4.69
4.69 I.3s
25 4.78
4.60 1.3,1
4.85 t.3'/ 4 "10
LJ/
jj
4.89
4.'/0 1.38
40 4.91
4.91
1,38 I q,s t I,.J11
r.i0 4gt
J(' 1.30
t.20 4.90
55 t.20
4.88 r. t5 5.l0 -t.2s
60 .d) l.l0 s?n
65 4.82
Ll5
],70 6.30
70 4.79 (r.40
75 -4.17
4.76 r.du
a
5.80 -4.53
4.14 -3.00 {a
85 441
4.72 -3.20 ).80 -4.34
QN
4n i.30 6.00
95 -4.66
+./l -3.40 5.90
r00 4.14
5.60 3.96
t0s
ll0 .dl
5.50 I -:t:
-3.55 5.10
4.87 I -:.so
3.5
-3.64
t

120 474 -3.40 ). t0


t25 .42
5.20 3.ti3
t30 4.90 IU 5.30 lao
135 ).u0 ?RN
5.20 3.96
t40 4.89 z.4u 4.89 -4.60
4.98 t.80
t50 -3.06
5.07 l. r0 5.07 -0.96
r55 5.14 l. r0 5. l4
r60 1.20
5. t9 -t.20 5. t9 t,40
5.22 - 1.30 4.90 1.30
5.22 t.30
t/5 5.27
1.30
t.35 4.90
180 5 )'7
r.35
t.40 \ .II
I8s 1.40
J.ll 1.50 5.21
t90 5,20
5.s0 r.60
t95 5.30 U 5.90
200 1.10
5.40 - r.80 6.0i) t.80
178 Imam Sayanto / Analisis Data

POSISI PIPA TARGET HORIZONTAT


FREKUENST 2220OHz

NW
SE

POSISI P1PA TARGET VERNXAL


FREKUENSI ?22OOHr

0.m

g.?m
F im
NW 50,

Gambar 8. Posisi penampang pipa dilihat secara horisontal


(atas) dan vertikal (bawah) pada
frekuensi 22200 Hz (Jepang). Titik-titik merah
adalah hasil interpretasi pada koridor dengan
spasi I meter.

0
oa f*'. ---'-- -

NW
SE

POSISI PIPA TARGET VERTIKAL


FREKUENSI 25700Hr

NW
SE

Garnbar 9. Posisi penampang pipa dilihat


26700nzrru*ir. fi,ir.l',i,ii',;j'"'-i#ffi'*1,f::,'LlilJilH:i:ffill
i:*l:, ff*1
POSISI PIPA TARGEI HORIZONTAL
FREXUENSI 26700H! & FREKUENst 2t20oH,

0.00

NW 2.@

9om
E6m SE
Lm
10m

POSISI PIPA TARGEI VERNKA|


FREKUENSI 25700H! & FREKUENST t22o0H,

NW
SE

Gambar 10' Perbandingan penampang pipa frekuensi


22200 Hz (merah) dan 26100 Hz (hitam).
Imam Suyanto / Analisis Data ............179

Pada:e:-=::a=a--:r,.-:tal posisi pipa tidak lurus barat laut - tenggara, tetapi


ada def'leksi ::.* :.: ,r:.:;-. Pada iarak 0 sampai 60 meter, posisi pipa bergeser
relatif ke utarr S-i:r:: ' :.:";arak 140 sampai 200 meter letak pipa bergeser relatif

I ke selatan. Paia :=:,-::r-- -,:nikal, setelah jarak 60 meter dan sebelum jarak 150
meter pipa ::::-;:,-,, ---. r.: :an'ah dengan cukup signifikan. Di tempat pipa
melengkung. ::-- -: : -,: -: spasi pengukuran 1 meter untuk mendapatkan hasil
yang lebih::---, -=----- r-------rung kemiringan pipa pada posisi tersebut, diperoleh
-:- ::-* : -., -.' --aI iaut di koridor 60-65 meter. Sedangkan pada busur
hasil sebes3:
tenggaraa:"--- : , -: --r-t-150meter.

VI. KESIIIFL L i"".


r'=-
= - ::ta. interpretasi dan analisis dapat diambil beberapa
i-.
-
-.-- -- r : ---: -: pipa pada arah horizontal cenderung berada pada
I
-:; ,:,*.. -1 hingga 6 m di setiap koridor pengukuran. Kedua,
: * j .::lah cenderung dangkal pada sisi kiri dari jarak koridor
a

, - ::: 150 m dengan kedalaman yaitu I m hingga 2 m pada


: :=:sah koridor yaitu pada jarak 60 m hingga 150 m pola
- :-::an kedalaman berkisar antara 3,5 m hingga 4,5 m pada
- -..:i.n pipa pada busur Barat Laut adalah 340 pada koridor
-
::
= -*--i .:alah 200 pada koridor 140- 1 50.

.-:,etotion Theory in Applied Geophysics, McGraw Hill

- --tering of VLF dip angle measurement, Geoph. Prosp,

li ,i" ,,rr,::s! and engineering geophlsics. Cambridge Univ Press

$3r, I '* :" ; * , - :equency Electromagnetic Interpretation Using Tilt


:-rrement, Geophysics. I 6. 1 594-1 605

Anda mungkin juga menyukai