Anda di halaman 1dari 18

Fisika merupakan kelompok dari mata pelajaran ilmu pengetahuan alam.

Fisika
merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Fisika
berkaitan dengan pengetahuan, gagasan dan konsep tentang alam sekitar yang diperoleh dari
pengalaman melalui pengamatan dan diaplikasikan dalam dunia nyata. Fisika adalah bidang ilmu
yang banyak membahas tentang alam dan gejalanya yang bersifat riil (terlihat secara nyata) hingga yang
bersifat abstrak atau bahkan hanya berbentuk teori yang pembahasannya melibatkan kemampuan
imaginasi atau keterlibatan gambaran mental seseorang yang kuat (Sutarto dan Indrawati, 2010:1).
Berdasarkan hal di atas maka menuntut proses pembelajaran fisika yang berlangsung sesuai dengan
hakikat fisika itu sendiri dan dapat berdampak pada minat serta motivasi peserta didik untuk mempelajari
fisika.
Proses pembelajaran fisika membutuhkan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
yang sesuai dengan hakikat fisika itu sendiri dan telah direkomendasikan sebagai model pembelajaran
fisika pada kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis proyek. Project based learning
merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik (student centered) dan menempatkan
guru sebagai motivator dan fasilitator, di mana peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom
mengkonstruksi belajarnya [3]. Model project based learning mengarahkan peserta didik pada
permasalahan secara langsung kemudian penyelesaiannya melibatkan kerja proyek yang secara tidak
langsung aktif dan dilatih untuk bertindak maupun berpikir kreatif. Dalam penelitian Yance [4]
menyimpulkan bahwa model project based leraning dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada ranah
afektif, kognitif dan psikomotorik. Sebanding dengan penelitian Condliffe [5] yang menyimpulkan bahwa
model project based learning mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan kognitif.
(suranti). Hutasuhut (2010), bahwa PjBL dapat meningkatkan motivasi, kemampuan pemecahan
masalah, kolaborasi dan keterampilan mengelola sumber. Jadi, model pembelajaan berbasis
proyek berorientasi pemecahan masalah, kerja berkelompok, proses penemuan, keaktifan dan
kreativitas peserta didik, kemandirian peserta didik dan dapat meningkatkan motivasi . Oleh
karena itu, model pembelajaran ini memenuhi tuntutan proses pembelajaran kutikulum 2013
yaitu menggunakan pendekatan scientific dan pembelajaran bersifat student center.
Berdasarkan hasil angket bahwa proses pembelajaran yang berlansung masih berpusat pada guru,
guru menggunakan metode ceramah untuk setiap materi fisika khususnya adalah momentum dan
impuls, pembelajaran yang terjadi masih bersifat transfer pengetahuan, model pembelajaran yang
kurang kontruktivis yaitu tidak mendorong siswa untuk membangun pengetahuan awal yang dimilikinya.
Keadaan tersebut menyebabkan siswa kurang berpartisipasi aktif secara langsung dalam proses
pembelajaran sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
fisika. Keadaan ini bertolak belakang dengan hakikat fisika dan tuntutan kurikulum 2013. Pembelajaran
yang berpusat pada guru sangat mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya. Pembelajaran
yang berpusat pada guru kurang meningkatkan aktivitas siswa, sehingga menyebabkan hasil belajar
rendah. Hal ini diindikasikan dari metode yang digunakan guru dikelas dalam proses pembelajaran
konvensional. Siswa cenderung belajar dengan menghafal rumus tanpa memahami konsepnya sehingga
menimbulkan anggapan bahwa fisika itu sulit dan membosankan (Trianto, 2008:4)

Berdasarkan hasil angket dan wawancara bahwa pembelajaran yang berlangsung masih
menggunakan pendekatan konvensional dan belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan hakikat fisika. pembelajaran yang terjadi masih bersifat transfer pengetahuan, model
pembelajaran yang kurang kontruktivis yaitu tidak mendorong siswa untuk membangun pengetahuan
awal yang dimilikinya. Keadaan tersebut menyebabkan siswa kurang berpartisipasi aktif secara langsung
dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran fisika

Pembelajaran fisika masih bersifat


Berdasarkan hasil angket dan wawancara bahwa guru masih belum menggunakan model
pembelajaran yang bersifat konstrutivis

proses pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan pendekatan konvensional dan


pembelajaran bersifat teacher center. Begitu juga untuk materi momentum dan impuls
pembelajaran yang berlangsum belum sesuia dengan SK dan KD

belum memenuhi tuntutan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan


scientific dan student center. Hal ini terjadi
Berdasarkan hasil angket bahwa proses pembelajaran yang berlansung masih berpusat pada guru,
guru menggunakan metode ceramah untuk setiap materi fisika khususnya adalah momentum dan
impuls, pembelajaran yang terjadi masih bersifat transfer pengetahuan, model pembelajaran yang
kurang kontruktivis yaitu tidak mendorong siswa untuk membangun pengetahuan awal yang dimilikinya.
Keadaan tersebut menyebabkan siswa kurang berpartisipasi aktif secara langsung dalam proses
pembelajaran sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
fisika. Keadaan ini bertolak belakang dengan hakikat fisika dan tuntutan kurikulum 2013. Pembelajaran
yang berpusat pada guru sangat mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya. Pembelajaran
yang berpusat pada guru kurang meningkatkan aktivitas siswa, sehingga menyebabkan hasil belajar
rendah. Hal ini diindikasikan dari metode yang digunakan guru dikelas dalam proses pembelajaran
konvensional. Siswa cenderung belajar dengan menghafal rumus tanpa memahami konsepnya sehingga
menimbulkan anggapan bahwa fisika itu sulit dan membosankan (Trianto, 2008:4)
Pembelajaran yang berpusat
pada guru sangat mengurangi tanggung
jawab siswa atas tugas belajarnya.
Pembelajaran yang berpusat pada guru
kurang meningkatkan aktivitas siswa,
sehingga menyebabkan hasil belajar
rendah. Hal ini diindikasikan dari metode
yang digunakan guru dikelas dalam
proses pembelajaran konvensional. Siswa
cenderung belajar dengan menghafal
rumus tanpa memahami konsepnya
sehingga menimbulkan anggapan bahwa
fisika itu sulit dan membosankan
(Trianto, 2008:4)
Menurut Rusman 2011 kesesuain model pembelajaran yang digunakan oleh guru memegang
peranan penting dalam membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir yang
dimiliki serta sangat berpengaruh terhadap hasil belajara yang diperoleh.

Berdasarkan hasil angket siswa bahwa proses pembelajaran fisika masih menggunakan metode
ceramah, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep fisika
secara berkelompok, guru tidak menggunakan alat peraga dalam pembelajaran fisika, guru tidak
menggunakan media pembelajaran yang beragam, pembelajaran fisika bersifat teacher center,
guru tidak pernah menggunakan pembelajaran berbasis proyek. Keadaan ini sangat bertolak
belakang dengan tuntutan kurikulum 2013 tidak hanya itu keadaan ini mengakibatkan siswa
cenderung tidak menyukai sistem pembelajaran yang dilakukan guru sehingga siswa merasa
bosan dan jenuh ketika belajar fisika. Hal tersebut membuat siswa kurang menguasai konsep
fisika. Berdasarkan hasil wawancara siswa pada materi momentum dan impuls pembelajaran
yang berlagsung hanya sebatas penyampaian teori, siswa tidak diarahkan untuk menemukan
konsep momentum dan impuls

Proses belajar mengajar fisika masih


didominasi dengan metode klasikal yaitu
ceramah dan tanya jawab sehingga mengakibatkan
pembelajaran fisika masih bersifat
Teacher-Centered. Hal ini menjadi kurang bermakna sehingga motivasi, dan prestasi siswa
dalam belajar fisika belum optimal (Purwanto,
2008).

Pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan masih sangat jauh dari yang diharapkan oleh
tuntutan kurikulum di universitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ���Wibowo (2012),
menunjukkan bahwa; pertama, pembelajaran fisika yang dilakukan di universitas pada umumnya masih
bersifat tradisional, dimana pembelajaran cenderung berpusat pada dosen dengan proses cenderung
bersifat transfer pengetahuan; kedua, pembelajaran fisika kurang bermakana, dan tidak berlandas
konstruktivisame (pemahaman dibangun oleh mahasiswa sendiri). Proses pembelajaran seperti itu terjadi
pula di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Semarang yang menjadi tempat penelitian. Hal
tersebut teramati oleh peneliti pada saat melakukan observasi langsung terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan oleh salah seorang dosen fisika di sekolah tersebut, menunjukkan bahwa proses
pembelajaran fisika didominasi oleh metode ceramah.
Jarang sekali pembelajaran di kelas mengaitkan antara konsep yang dipelajari de-ngan produk teknologi yang telah
dikembangkan atas dasar konsep yang dipelajari tersebut. Kebanyakan mereka tidak sadar bahwa produk
teknologi yang mereka gunakan, dasarnya adalah konsep fisika yang mereka pelajari. Dalam pembelajaran kurang
mengajak mahasiswa untuk belajar mengaplikasikan konsep fisika yang dipelajari dalam membuat suatu karya.
Padahal ketika mahasiswa tahu bahwa konsep fisika yang dipelajarinya sangat berguna (bermakna) dalam
mengembangkan berba-gai produk teknologi, maka sudah tentu motivasi mahasiswa untuk mempelajari fisika
akan tumbuh. Ketika motivasi mahasiswa meningkat maka sudah tentu mereka akan terlibat dalam pembelajaran
fisika secara sungguh-sungguh dan antusias (Thomas dan Mergendoller, 2000). Berdasarkan hasil penelitian Yalcin
et al (2009) bahwa Pengaruh pembelajaran berbasis proyek dapa

Pembelajaran fisika saat ini sering


menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada guru, tetapi
berdasarkan kurikulum yang berlaku
sekarang pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered
learning) dituntut untuk merubahnya
menjadi pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered
learning). Pembelajaran yang berpusat
pada guru sangat mengurangi tanggung
jawab siswa atas tugas belajarnya.
Pembelajaran yang berpusat pada guru
kurang meningkatkan aktivitas siswa,
sehingga menyebabkan hasil belajar
rendah. Hal ini diindikasikan dari metode
yang digunakan guru dikelas dalam
proses pembelajaran konvensional. Siswa
cenderung belajar dengan menghafal
rumus tanpa memahami konsepnya
sehingga menimbulkan anggapan bahwa
fisika itu sulit dan membosankan
(Trianto, 2008:4). Selain itu model
pembelajaran yang kurang kontruktivis
yaitu tidak mendorong siswa untuk
membangun pengetahuan awal yang
dimilikinya. Siswa kurang berpartisipasi
aktif secara langsung dalam proses
belajar mengajar. Hal itu juga faktor
penyebab rendahnya hasil belajar dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran
fisika. Uraian diatas menunjukan bahwa
perlunya model pembelajaran yang
berpusat pada siswa hingga
memungkinkan terjadinya sharing
pengetahuan antar dan antar teman dan
guru dengan waktu yang relatif singkat.
Selain itu, siswa perlu diberikan
kesempatan untuk belajar bekerja sama
dengan teman dalam mengembangkan
pemahaman terhadap konsep dan prinsipprinsip
penting. Salah satu model
pembelajaran yang diprediksi mampu
mengatasi hal tersebut adalah model
pembelajaran berbasis proyek (Project
Based Learning Model) . Model
pembelajaran berbasis proyek (pr
Model
pembelajaran berbasis proyek (project
based learning model) merupakan pembelajaran yang berpusat pada proses,
relatif berjangka waktu, berfokus pada
masalah, unit pembelajaran bermakna
dengan memadukan konsep-konsep dari
sejumlah komponen baik itu
pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan.
Pada pembelajaran berbasis proyek,
kegiatan pembelajaranberlangsung secara
kolaboratif dalam kelompok yang
heterogen.Pembelajaran berbasis proyek
memiliki potensi untuk melatih
meningkatkan aktivitas dan motivasi
belajar siswa. Model pembelajaran
berbbasis proyek (project based learning
model) siswa merancang sebuah masalah
dan mencari penyelesaiannya sendiri.
Model pembelajaran berbasis proyek
(project based learning model) memiliki
keunggulan dari karakteristiknya yaitu
membantu siswa merncang proses untuk
menentukan sebuah hasil, melatih siswa
bertanggung jawab dalam mengelola
informasi yang dilakukan pada sebuah
proyek yang dan yang terakhir siswa
yang menghasilkan sebuah produk nyata
hasil siswa itu sendiri yang kemudian
dipresentasikan dalam kelas. (Amirudin,
dkk: 2015).
Berdasarkan riset yang dilakukan
oleh Wrigley (1998), Curtis (2005) dan
National Training Laboratory (2006)
didapat hasil bahwa Model
pembelajaran berbasis proyek (project
based Learning model) cukup berguna
dalam mendesain pembelajaran yang
efektif sehingga cukup potensial untuk
memenuhi tuntutan pembelajaran
(Sastrika, dkk, 2013). Model
pembelajaran berbasis proyek (project
based learning model) membantu siswa
dalam belajar : (1) pengetahuan dan
keterampilan yang kokoh dan bermakna
guna (meaningfull-use) yang dibangun
melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang
otentik; (2) memperluas pengetahuan
melalui keotentikan kegiatan kurikuler
yang terkudung oleh proses kegiatan
belajar melakukan perencanaan
(designing) atau investigasi yang openended,
dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh
perspektif tertentu; dan (3) membangun
pengetahuan melalui pengalaman dunia
nyata dan negosiasi kognitif
antarpersonal yang berlangsung di dalam
suasana kerja kolaboratif (Santi,
2011:77). Ref.4

Pembelajaran fisika memerlukan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam
pembelajaran dan memberikan pengalaman langsung. Salah satu model pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum 2013 adalah Project Based Learning (PjBL). Menurut Sani (2014:172), PjBL adalah
sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang,
membuat dan menampilkan produk untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
didukung oleh Muriithi, et al. (2013), bahwa PjBL melibatkan siswa dalam suatu tugas, seperti
merancang produk, simulasi, eksperimen, analisis dan interpertasi data. PjBL termasuk dalam active
learning yang memiliki banyak kelebihan. Sebagaimana pendapat Hutasuhut (2010), bahwa PjBL
dapat meningkatkan motivasi, kemampuan pemecahan

Pembelajaran fisika memerlukan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam
pembelajaran dan memberikan pengalaman langsung. Salah satu model pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum 2013 adalah Project Based Learning (PjBL). Menurut Sani (2014:172), PjBL adalah
sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang,
membuat dan menampilkan produk untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
didukung oleh Muriithi, et al. (2013), bahwa PjBL melibatkan siswa dalam suatu tugas, seperti
merancang produk, simulasi, eksperimen, analisis dan interpertasi data. PjBL termasuk dalam active
learning yang memiliki banyak kelebihan. Sebagaimana pendapat Hutasuhut (2010), bahwa PjBL
dapat meningkatkan motivasi, kemampuan pemecahan ref3

Pembelajaran fisika yang dikehendaki adalah pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-
prinsip ilmiah, baik proses, produk maupun sikap ilmiah2. Fisika tidak hanya memahami kumpulan
fakta-fakta, tetapi juga mengajarkan cara berpikir dan berkerja ilmiah agar dapat memecahkan
masalah yang dihadapi. Disamping itu, fisika juga mengembangkan wawasan keterampilan dalam
memahami teknologi yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, alasan
perlunya siswa mempelajari fisika khususnya pada pendidikan formal seperti sekolah, karena fisika
merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peran formal di sekolah, dan juga fisika merupakan
disiplin ilmu yang mempunyai peran besar dalam mengembangkan tata cara berfikir dan
menggunakan logika dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran fisika bertujuan untuk mengantarkan siswa memahami konsep-konsep


dasar fisika dengan tepat sesuai pandangan ahli serta dapat menggunakan konsep tersebut ketika
memecahkan permasalahn yang relevan (sutopo,2016). Dengan kata lain ketika siswa belajar
fisika luaran yang diharapkan adalah mereka mampu menerapkan pengetahuan yang dipeljari
untuk memecahkan masalah yang terkait ref 10

Pembelajaran fisika memerlukan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam
pembelajaran dan memberikan pengalaman langsung. Salah satu model pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum 2013 adalah Project Based Learning (PjBL). Menurut Sani (2014:172), PjBL adalah
sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang,
membuat dan menampilkan produk untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
didukung oleh Muriithi, et al. (2013), bahwa PjBL melibatkan siswa dalam suatu tugas, seperti
merancang produk, simulasi, eksperimen, analisis dan interpertasi data. PjBL termasuk dalam active
learning yang memiliki banyak kelebihan. Sebagaimana pendapat Hutasuhut (2010), bahwa PjBL
dapat meningkatkan motivasi, kemampuan pemecahan masalah, kolaborasi dan keterampilan
mengelola sumber. S.fluida kuning

Pembelajaran fisika memerlukan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam
pembelajaran dan memberikan pengalaman langsung. Salah satu model pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum 2013 adalah Project Based Learning (PjBL). Menurut Sani (2014:172), PjBL adalah
sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang,
membuat dan menampilkan produk untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
didukung oleh Muriithi, et al. (2013), bahwa PjBL melibatkan siswa dalam suatu tugas, seperti
merancang produk, simulasi, eksperimen, analisis dan interpertasi data. PjBL termasuk dalam active
learning yang memiliki banyak kelebihan. Sebagaimana pendapat Hutasuhut (2010), bahwa PjBL
dapat meningkatkan motivasi, kemampuan pemecahan masalah, kolaborasi dan keterampilan
mengelola sumber. Jn 3

Dalam proses pembelajaran, permasalahan utama yang sering dialami siswa


yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespons, serta mengembangkan
materi yang diberikan oleh guru. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan menggunakan media pembelajaran,

sehingga guru diharapkan mampu memilih strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
minat, kemampuan serta bisa mengaktifkan siswa di dalam pembelajaran. Disamping itu, guru juga
diharapkan dapat memaksimalkan peran sebagai fasilitator siswa (Dina,2016:73). Sehingga
diharapkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan kurikulum.
Pembelajaran fi
Pembelajaran fisika
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-
tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Sementara Stone (dalam Wibowo, 2012) menyebutkan bahwa IPA
adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pe-
ngetahuan itu. IPA merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is
both product and process, inseparably Joint”. fisika, diselenggarakan di sekolah dalam rangka
mengenalkan IPA secara utuh baik proses maupun produk kepada para peserta didik. Mata
pelajaran Fisika berkaitan dengan pengetahuan, gagasan dan konsep tentang alam sekitar yang
diperoleh dari pengalaman melalui pengamatan dan diaplikasikan dalam dunia nyata [1]. Fisika
memiliki konsep, prinsip dan hukum. Gunawan [2] menyatakan bahwa “beberapa konsep fisika
termasuk konsep yang abstrak”.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-
tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Sementara Stone (dalam Wibowo, 2012) menyebutkan bahwa IPA
adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pe-
ngetahuan itu. IPA merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is
both product and process, inseparably Joint”. fisika, diselenggarakan di sekolah dalam rangka
mengenalkan IPA secara utuh baik proses maupun produk kepada para peserta didik
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-
tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Sementara Stone (dalam Wibowo, 2012) menyebutkan bahwa IPA
adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pe-
ngetahuan itu. IPA merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is
both product and process, inseparably Joint”. fisika, diselenggarakan di sekolah dalam rangka
mengenalkan IPA secara utuh baik proses maupun produk kepada para peserta didik. Pada
hakekatnya, fisika merupakan kumpulan pengetahuan, cara berfikir, dan penyelidikan (eksperimen). Fisika
sebagai salah satu bagian IPA berperan
penting dalam membentuk peserta didik yang
berkualitas. Fisika merupakan pengetahuan, gagasan
dan konsep tentang alam sekitar yang diperoleh dari
pengalaman melalui pengamatan dan diaplikasikan
dalam dunia nyata [1]. Fisika memiliki konsep,
prinsip dan hukum. Gunawan [2] menyatakan bahwa
“beberapa konsep fisika termasuk konsep yang
abstrak”. Konsep fisika yang abstrak sering kali
menjadi kendala bagi guru dalam menyampaikan
materi kepada peserta didik, sehingga peserta didik
belum optimal dalam memahami konsep yang
dijelaskan guru. Hal ini tentunya berdampak pada
minat belajar peserta didik dalam menerima pelajaran
fisika yang menyebabkan rendahnya penguasaan
konsep peserta didik untuk menyelesaikan suatu
persoalan.

Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam,

Pelajaran fisika termasuk kelompok ilmu sains yaitu ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan eksperimen untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana
gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat transformasi,
dinamika, dan energitika zat. Fisika sebagai bagian dari mata pelajaran IPA, dipahami sebagai mata
pelajaran yang menuntut kegiatan menghitung tingkat tinggi sehingga banyak peserta didik yang
takut atau tidak suka dengan pelajaran fisika yang berakibat peserta didik malas untuk belajar.
Padahal ilmu fisika yang sarat dengan misteri-misteri semesta itu bisa dikuasai oleh peserta didik
dengan mudah. Pada hakekatnya, fisika merupakan kumpulan pengetahuan, cara berfikir, dan penyelidikan
(eksperimen)

Fisika merupakan mata pelajaran yang menuntut utuk memhami, menguasai,menghitung tingkat
tinggi sehingga berdampak pada proses pembelajaran yang tepat agar menghasilkan peserta didik
yang mampu menyelesaikan permasalahan fisika dalam kehidupan sehari-hari

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam kehidupan, terlebih di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang dengan pesat saat ini. Fisika tidak hanya memberikan
sumbangan yang nyata terhadap perkembangan teknologi melainkan juga mendidik siswa untuk memiliki sikap
intelektual dan religi dalam kehidupan. Oleh karena itu siswa dituntut agar mampu menghadapi perubahan dalam
segala bidang, bertindak atas dasar pemikiran yang logis, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Salah satunya yaitu
dengan mempelajari Fisika. Pada hakekatnya, fisika merupakan kumpulan pengetahuan, cara berfikir, dan
penyelidikan (eksperimen), penerapannya dalam pembelajaran harus mempertimbangkan model pembelajaran yang
efektif dan efisien serta mampu membuat peserta didik tertarik dan termotivasi untuk mempelajari fisika. Salah satu
kegiatan pembelajaran fisika yang efektif dan benar-benar mencerminkan hakekat fisika itu sendiri adalah melalui
kegiatan praktik. Secara umum kegiatan praktik merupakan unjuk kerja yang ditampilkan guru atau siswa dalam
bentuk demontrasi maupun percobaan oleh siswa yang
berlangsung di labor melalui eksperimen atau proyek. Hal ini sejalan dengan pendapat [1] Ari (2008: 1-2), “fisika
mempelajari fakta-fakta yang ada kemudian dikemas menjadi konsep-konsep fisika dan dikembangkan menjadi
hukum atau teori fisik melalui kegiatan praktikum”. Ini menyatakan bahwa kegiatan praktikum memegang peranan
penting dalam pembelajaran fisika kerena praktikum memberikan peluang kepada siswa untuk kreatif dalam
melakukan inovasi, atau mendapatkan pengetahuan tentang langkah-langkah yang dilakukan ilmuwan dalam
menemukan hukum fisika. Kegiatan praktikum ini akan dapat terlaksana dengan baik jika didukung oleh
penggunaan model pembelajaran yang tepat, sarana dan prasarana yang tepat serta ditambah dengan
pemanfaatan sumber belajar seperti internet yang dapat menunjang kegiatan praktikum itu sendiri.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sementara
Stone (dalam Wibowo, 2012) menyebutkan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
mendapatkan dan mempergunakan pe-ngetahuan itu. IPA merupakan produk dan proses yang tidak dapat
dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint”. Kelompok mata pelajaran IPA, termasuk
di dalamnya fisika, diselenggarakan di sekolah dalam rangka mengenalkan IPA secara utuh baik proses mau-
pun produk kepada para peserta didik.

Fisika sebagai salah satu bagian IPA berperan


penting dalam membentuk peserta didik yang
berkualitas. Fisika merupakan pengetahuan, gagasan
dan konsep tentang alam sekitar yang diperoleh dari
pengalaman melalui pengamatan dan diaplikasikan
dalam dunia nyata [1]. Fisika memiliki konsep,
prinsip dan hukum. Gunawan [2] menyatakan bahwa
“beberapa konsep fisika termasuk konsep yang
abstrak”. Konsep fisika yang abstrak sering kali
menjadi kendala bagi guru dalam menyampaikan
materi kepada peserta didik, sehingga peserta didik
belum optimal dalam memahami konsep yang
dijelaskan guru. Hal ini tentunya berdampak pada
minat belajar peserta didik dalam menerima pelajaran
fisika yang menyebabkan rendahnya penguasaan
konsep peserta didik untuk menyelesaikan suatu
persoalan.

Fisika merupakan salah satu cabang


dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
mendasari perkembangan teknologi dan
konsep hidup harmonis dengan alam.
Perkembangan pesat pada bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu
oleh temuan di bidang Fisika material melalui
penemuan piranti mikro-elektronika yang
mampu memuat banyak informasi dengan
ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang
mempelajari fenomena alam, Fisika juga
memberikan pelajaran yang baik kepada
manusia untuk hidup selaras berdasarkan
hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan serta pengurangan dampak
bencana alam tidak akan berjalan secara
optimal tanpa pemahaman yang baik tentang
Fisika (Permendiknas No. 23 Tahun 2006:
502).
Fisika adalah ilmu yang mempelajar

Pembelajaran fisika memiliki tujuan diantaranya mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan


kemampuan analisis siswa terhadap lingkungan dan sekitarnya. Pembelajaran fisika pada siswa
diharapkan tidak hanya untuk menguasai konsep tetapi juga menerapkan konsep yang telah mereka
pahami dalam penyelesaian masalah fisika. Namun, pembelajaran dalam kelas cenderung
menekankan pada penguasaan konsep dan mengesampingkan kemampuan pemecahan masalah
fisika siswa [3].

Anda mungkin juga menyukai