OLEH:
KELOMPOK 1
Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan limpah
Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ K3 & HUKUM
KETENAGAKERJAAN” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini merupakan suatu tugas mata kuliah K3 & HUKUM
KETENAGAKERJAAN jurusan D3 arsitektur fakultas pendidikan vokasi Universitas Halu
Oleo Kendari
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi,
kalimat, tata letak dan desain. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membantu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dalam makalah ini dapat
berguna khusunya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini dari awal hingga akkhir.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh.
Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam industri
konstruksi. Menurut buku OSHA (29 CFR), tindakan perlindungan agar tidak jatuh
meliputi : pembuatan landasan untuk berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup
lebar, dibuatkan pagar di sisi pinggiran . Perlindungan juga diperlukan ketika
karyawan yang berisiko untuk jatuh ke peralatan berbahaya.
Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang ke tiga. Tidak
seorangpun diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di bawah
peralatan loading, semua pekerja seharusnya berada pada jarak yang aman, disamping
itu ada ketidak disiplinan dalam pemakaian pelindung kepala.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian K3
bagaimana penerapan K3 dalam dunia ke arsitekturan?
Apa undang undang K3?
C. Manfaat
Agar mengetahui pengertian k3
Agar mengetahui penerapan k3 dalam dunia kearsitekturan
Agar mengetahui undang undang k3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN K3
K3 (Keselamtan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang cukup
familiar dalam dunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui pengertian K3
sebenarnya. Berikut adalah beberapa pengertian K3 menurut ILO (International Labour
Organization) dan beberapa ahli :
2. Mangkunegara (2002)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
3. Suma’mur (2001)
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
4. Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
7. Jackson (1999)
K3 dalam proyek konstruksi meliputi safety engineering > construction safety >
personl safety.
Penyebab :
1. Faktor Teknis
Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan alat berat,
penggalian, pembangunan, pengangkutan dsb. Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja
yang tidak memenuhi standar keselamatan (substandards condition).
Material dalam kondisi tertentu bisa membahayakan pekerja. Untuk itu diperlukan
penanganan yang baik. Meliputi mobilisasi bahan dan cara penyimpanan material.
Penempatan peralatan kerja yang tidak diatur dengan baik bisa menimbulkan
kecelakaan kerja sehingga produktifitas kerja terganggu.
2. Evaluasi
Risk Assessment.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko suatu pekerjaan yang akan diserahkan
kepada kontraktor. Untuk menyesuaikan potensi bahaya dengan kemampuan kontraktor
menjalankan pekerjaan dengan setiap proyek memiliki karakteristik berbeda, misalnya
proyek bangunan bertingkat, pembangunan bendungan, pabrik dsb. Lakukan identifikasi
potensi bahaya dalam kegiatan konstruksi yang akan dilaksanakan. Buat mapping potensi
bahaya menurut area atau bidang kegiatan masing-masing.
Skala Proyek
Jumlah Tenaga Kerja
Lokasi Kegiatan
Potensi dan Resiko Bahaya
Peraturan dan standar yang berlaku
Teknologi proyek yang digunakan
5. Monitoring
Kebijakan K3
Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan kompeten dalam
menangani setiap jenis pekerjaan serta mengetahui sistem cara kerja aman untuk masing-
masing kegiatan.
Identifikasi bahaya
Identifikasi Bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :
Design Phase
Procurement
Konstruksi
Commisioning dan Start-up
Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level terendah sampai level
tertinggi. Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.
Kebijakan K3 proyek
Cara melakukan pekerjaan dengan aman
Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat
Safety Committee (Panitia Pembina K3)
Promosi K3
Safety Inspection
Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk meyakinkan bahwa tidak
ada “unsafe act dan unsafe Condition” dilingkungan proyek. Inspeksi dilakukan secara
berkala. Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection semua unsur dan
Sub Kontraktor
Equipment Inspection
Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh ahlinya
sebelum diizinkan digunakan dalam proyek.
Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi dengan
label khusus. Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
Latar Belakang :
Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan sebagai mitra yang membantu
kegiatan operasi perusahaan
Kontraktor Konstruksi
Latar Belakang :
Kegiatan Kontraktor harus dikelola dengan baik untuk menjamin keselamatan dalam
setiap kegiatan kerja kontraktor yang dapat membahayakan operasi perusahaan. Perusahaan
harus menerapkan Contractor Safety Management System (CSMS).
CSMS
CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor yang bekerja di
lingkungan perusahaan. CSMS merupakan sistem komprehensif dalam pengelolaan
kontraktor sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan. Tujuan CSMS :
Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja dilingkungan perusahaan telah
memenuhi standar dan kriteria K3 yang ditetapkan perusahaan.
Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja Keselamatan di lingkungan
kontraktor
Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul akibat aktivitas kerja
kontraktor
Perusahaan bertanggung jawab menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat
kerjanya (termasuk kontraktor dan pihak lainnya yang berada di tempat kerja).
Keselamatan Transportasi
Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar, dalam berbagai bentuk.
Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya. Limbah harus segera dikeluarkan
dari lokasi proyek.
Keadaan Darurat
Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya proyek
misalnya bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dsb. SOP Darurat harus disosialisasikan
dan dilatih kepada semua pekerja
Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki oleh petugas yang terlatih
dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa serta statistik kecelakaan
digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.
Audit K3
Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek. Audit K3 berfungsi
untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan
pelaksanaan proyek berikutnya. Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.
4. Ketentuan administrasi K3
5. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi, yaitu :
Kami menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk setiap proyek yang
dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan
konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full- time)
untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan
pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang
memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3.
Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit
struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia
jasa.
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia
pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus
atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
Kami akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
Jika 2 (dua) atau lebih Kami bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja
sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait
dengan K3, dimana :
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan
kepada Instansi yang terkait.
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing- masing
dan
2. Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
3. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan
pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur
transportasi, dimana :
1. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali.
2. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK).
Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-
alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan- keterangan/instruksi
yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus
dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).
Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat,
jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit
atau tempat berobat lainnya.
Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis yang
memberitahukan antara lain :
3. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK,
ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3.
4. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan
nama orang yang bertugas dan lain-lain.
5. Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat
segera dihubungi dalam keadaan darurat.
6. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi
sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan
biaya suatu pekerjaan konstruksi. Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item
pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya
Kami harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk
penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan
biaya yang wajar, oleh karena itu baik Kamidan Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-
prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah persiapan,
pelaksanaan dan pengawasannya.
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan,
Kami berusaha mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
Lampu / penerangan
1. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat- alat penerangan
buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk pada
gang-gang.
2. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
3. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila
lampu mati/pecah.
Ventilasi
1. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
2. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya
tersebut di atas.
Kebersihan
1. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang aman.
2. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
3. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
4. Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
5. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpanan semula.
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat dilakukan
pencegahan sebagai berikut :
Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja telah dilatih untuk menggunakan alat
pemadam kebakaran.
Alat pemadam kebakaran, telah diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus
selalu dipelihara.
Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat-tempat
sebagai berikut :
di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan. b) di tempat-
tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan- kerusakan teknis.
Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,
pipa tersebut harus :
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi
pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan
sebagainya.
Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaanyang berhubungan
dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya pemadatan tanah
dengan stamper dan sebagainya.
6. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi
7. Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
1. Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar mereka
berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan
perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang
pertama.
2. Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan
mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang pari
pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”)
kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak
pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
3. Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi juga
harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia) dapat
membuat kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para
mandor untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan
yang tunggal untuk memberhentikan pekerja).
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan
bidang konstruksi dengan :
Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian
membiarkannya begitu saja.
Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan
pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi kecelakaan
kerja dengan cara berikut ini :
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan
kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
PENUTUP
A. KESIMPULAN
K3 adalah Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adl dan makmur.
B. SARAN
1. Ddet: beberpa pekerja yg tdk tau k3, cara kt membuat para pekerja lebih
peduli pada kesehatan dan agak menyampingkan masalah asuransi. Milsalkan
ada tempat yang ptoyek yang menerapkan k3
2. Fitri: yang di bahas masalah yang umum, bagaimana penerapan k3 dlm
pekerjaan lain.
3. Alun: ketika seseorang melakukan aktivitas, kemudian terjadi kecelakaan,
siapa yang bertanggung jawab?
DAFTAR PUSTAKA
https://www.indonesiasafetycenter.org/news/1-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-dalam-
bidang-konstruksi-k3-konstruksi
http://mgunturborneo.blogspot.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-undang-undang.html
http://diluarpengetahuan.blogspot.com/2015/01/sejarah-munculnya-k3-di-indonesia.html
http://misranindustri.blogspot.com/2014/03/undang-undang-tentang-k3-tenaga-kerja.html
https://sonysugiarto.wordpress.com/2015/05/03/pengertian-sejarah-undang-undang-yang-
mengatur-k3/
https://www.kaskus.co.id/thread/523976cd128b460a5400000e/undang-undang-dan-dasar-
hukum-k3/
https://id.scribd.com/upload-
document?archive_doc=199294476&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%2
2archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3Af
alse%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D
https://hasrilweb.wordpress.com/2017/06/03/makalah-prosedur-pelaksanaan-k3-pada-
pekerjaan-konstruksi-bangunan/