Anda di halaman 1dari 11

Psikologi Pendidikan

“MAKALAH EVALUASI DEFENISI BELAJAR “


D
I
S
U
S
U
N

OLEH

KELOMOK : 6
NAMA : DESI MAHARANI
SITTI NURBAYA
HAFRI ROSYA INDAH DJAWAHIR

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH


MEDAN 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong kami dalam menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan , tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Gangguan
Perkembangan Anak, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh keabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Penyusun mohon saran dan
kritiknya . Terimakasih.

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah
yang dihadapi anak, terutama anak usia dini, biasanya berkaitan dengan gangguan pada
proses perkembangannya. Bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan berlanjut
pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah.

Pada gilirannya, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak


yang optimal. Dengan demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami
gangguan-gangguan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak gangguan
tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Apa pengertian dari gangguan?
2. Apa saja jenis gangguan pada perkembangan anak?
3. Bagaimana tanda-tanda anak terganggu perkembangannya?
4. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada perkembangan?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian gangguan.
2. Jenis gangguan pada perkembangan anak.
3. Tanda-tanda anak terganggu perkembangannya.
4. Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada perkembangan.

BAB II
GANGGUAN PADA PERKEMBANGAN ANAK
A. Pengertian Gangguan Perkembangan
Gangguan dapat diartikan sebagai 1) halangan; rintangan; godaan; 2) sesuatu yang
menyusahkan, 3) hal yang menyebabkan ketidakwarasan atau ketidaknormalan (ttg jiwa,
kesehatan, pikiran), 4) hal yang menyebabkan ketidaklancan.
Perkembangan (development)
adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ,
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. (Tanuwijaya, 2003).
Berdasarkan pengertian di atas, gangguan perkembangan berarti sesuatu hal yang
menyebabkan ketidakmampuan struktur dan fungsi tubuh untuk berkembang. Dalam arti
bahwa proses untuk berkembang menjadi terhambat.

B. Jenis Gangguan Pada Perkembangan Anak


Masalah yang sering timbul dalam perkembangan anak meliputi gangguan pertumbuhan
fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.

1. Gangguan Pertumbuhan Fisik


Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal da
n gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola
pertumbuhan anak.
Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari
120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan,
apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi,
menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah
satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak
dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada
anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan
variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.
Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan
untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan
yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual yang terlambat,
gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat
katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya. Sedangkan
ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural.
Menurut Hendarmin (Nuryanti, 2008), tuli pada anak dapat disebabkan karena
faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal antara
lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi
selama kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian
adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.

2. Gangguan perkembangan motorik


Perkembangan motorik yang lambat
dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan
motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan
perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia.
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyeba
bkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit
neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan
dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya
gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor
lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam
perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti
sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam
mencapai kemampuan motorik.

3. Gangguan perkembangan bahasa


Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan a
nak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan
perilaku. Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat
diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,int
elegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan
karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga
termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena
adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas.

4. Gangguan Emosi dan Perilaku


Selama tahap
perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang terkait dengan
psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan
memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi social dan
perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia
sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma.
Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme
serta gangguan perilaku dan interaksi
sosial. Menurut Widyastuti (2008), autisme adalah kelainan neurobiologist
yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai
dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti
berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab. Terapi pada anak autisme
diantaranya, terapi medikamentosa, terapi wicara, terapi perilaku, pendidikan khusus, dan
terapi okupasi (jika perlu).
ADHD (Attention Deficits and Hyper-activity Disorder) adalah gangguan yang
berupa kurangnya perhatian dan hiper-aktivitas (aktivitas yang berlebihan). Gangguan ini
dikenal sebagai Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiper-aktivitas (GPPH). ADHD
sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis (terkait dengan syaraf) yang menimbulkan
masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, yang tidak sejalan
dengan perkembangan usia anak. Berikut contoh bentuk prilaku anak penyandang ADHD
di kelas:
a. Anak tidak pernah bisa duduk di dalam kelas.
b. Anak selalu bergerak.
c. Anak melamun saja di kelas.
d. Anak tidak dapat memusatkan perhatian pada proses belajar dan cenderung tidak
bertahan lama untuk menyelesaikan tugas.
e. Anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.
Terapi yang digunakan untuk menangani anak-anak dengan ADHD adalah terapi
bermain (bermanfaat untuk belajar mengenal aturan, mengendalikan emosi, menunggu
giliran, membuat perencanaan dan untuk mncapai tujuan), terapi medis dan terapi “Back in
Control”.

C. Tanda-Tanda Gangguan Pada Perkembangan Anak


Gangguan perkembangan anak sebenarnya bisa dideteksi sejak dini, dengan
merujuk pada red flags. Baik red flags perkembangan motorik kasar, halus, kognitif, dan
bahasa.
Dokter spesialis anak, dr Attila Dewanti, SpA (K) Neurologi memaparkan red flags untuk
deteksi dini gangguan sensorik motorik, berikut di antaranya:

Motorik kasar:
Belum dapat berguling umur lima bulan.
Belum dapat mengontrol kepala usia 6-7 bulan.
Belum dapat duduk tegak di lantai 5-1 0 menit pada usia 10-12 bulan.
Belum dapat merangkak atau mengesot dan ditarik ke posisi berdiri pada
umur 12-13 bulan.
Belum berjalan sendiri atau dititah pada umur 18-21 bulan.

Motorik halus:
Tidak dapat memegang benda yang diletakkan di tangannya pada usia 4-5
bulan.
Tangan tetap terkepal erat sampai usa 4-5 bulan.
Tidak dapat memegang benda dengan satu tangan pada umur tujuh bulan.
Tidak dapat memindahkan benda kecil ke dalam gelas sampai usia 6-7
bulan.
Tidak dapat menyusun tiga kubus pada umur dua tahun.
Tetap memasukkan benda ke mulut disertai sekresi air liur sampai usia 2
tahun.
Bicara:
Enam bulan mata tidak melirik dan kepala tidak menoleh pada sumber
suara dari samping atau belakang.
10 bulan tidak merespons terhadap panggilan namanya.
15 bulan tidak mengerti terhadap kata-kata.
18 bulan tidak dapat mengucapkan 10 kata.
21 bulan tidak merespons perintah duduk, diri, kemari.
24 bulan tidak dapat menunjuk dan menyebut bagian tubuh seperti mata
atau hidung, teliga, mulut.
12 bulan tidak menunjukkan babling, menunjuk atau mimik yang baik.
Tidak ada kata pada 16 bulan.
Tidak ada dua kata spontan pada umur dua tahun.

Kognitif:
2-3 bulan tidak tertarik pada wajah ibunya.
6-7 bulan tidak mencari benda yang jatuh.
8-9 bulan tidak berminat dengan permainan ciluk ba.
12 bulan tidak mencari benda yang disembunyikan.
Dua tahun tidak bisa mengelompokkan benda berdasarkan kesamaan seperti
hewan, kendaraan.
Tiga tahun tidak bisa menyebutkan nama diri.
Empat tahun tidak bisa menghitung secara berurutan.
Lima tahun tidak mengetahui warna.
5,5 tahun tidak mengetahui hari lahir dan alamat.

Interaksi sosial:
Tiga bulan tidak ada senyum sosial.
6-8 bulan tidak tertawa saat diajak bermain.
12 bulan sulit ditenangkan, tidak suka didekati/dipeluk.
24 bulan mudah mengamuk tanpa sebab, tidak ada kontak mata dengan
anak lain atau orang dewasa.
3-5 tahun tidak disiplin, tidak mau bermain dengan anak lain.

D. Faktor-faktor Penyebab Gangguan Pada Perkembangan Anak


Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, baik yang bersifat
intrinsik (berasal dari diri anak sendiri) maupun ekstrinsik (berasal dari luar diri anak).
Secara umum, faktor-faktor tersebut adalah:
1. Pembawaan, yakni anak dengan semua keadaan yang ada pada dirinya;
2. Lingkungan keluarga, mencakup pola asuh orang tua, keadaan sosial ekonomi
keluarga, dan lain-lain;
3. Lingkungan sekolah, meliputi cara mengajar guru, proses belajar mengajar, alat
bantu, kurikulum, dan lain-lain);
4. Masyarakat, mencakup pergaulan, norma, adat istiadat, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masalah yang sering timbul dalam perkembangan anak meliputi:
1. Gangguan pertumbuhan fisik,
2. Gangguan perkembangan motorik,
3. Gangguan perkembangan bahasa,
4. Gangguan perkembangan emosi, dan perilaku.

Secara umum, faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada perkembangan anak


adalah:
1. Pembawaan, yakni anak dengan semua keadaan yang ada pada dirinya;
2. Lingkungan keluarga, mencakup pola asuh orang tua, keadaan sosial ekonomi
keluarga, dan lain-lain;
3. Lingkungan sekolah, meliputi cara mengajar guru, proses belajar mengajar, alat
bantu, kurikulum, dan lain-lain);
4. Masyarakat, mencakup pergaulan, norma, adat istiadat, dan lain-lain.

B. SARAN
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang banyak
dijumpai di masyarakat, sehingga sangatlah penting apabila semua
komponen yang terlibat dalam tumbuh kembang anak, yaitu orang tua,
guru, dan masyarakat dapat bekerja sama dalam
melakukan pemantauan sejak dini. Tujuan akhir dari pemantauan dini gangguan
tumbuh kembang anak ini tentunya adalah harapan kita dalam terwujudnya generasi
harapan bangsa yang lebih baik dan berkualitas. Penting bagi para orang tua dan guru
untuk memahami gangguan-gangguan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan
dampak gangguan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Chamidah, A. N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan


Anak.(Online),http://eprints.uny.ac.id/4226/2/deteksi_dini_gangguan_tumbang.pdf,
diakses 11 Januari 2014.

Fazriyati, W. 2013. Deteksi Dini Gangguan Sensorik Motorik Anak. (Online),


http://health.kompas.com/read/2013/09/30/0942049/Deteksi.Dini.Gangguan.Sensorik.Mot
orik.Anak. diakses 18 Januari 2014.

---------. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid 3. (Online).


http://www.kamusbesar.com/11568/gangguan. diakses 19 Januari 2014.

Nuryanti, L. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: PT Indeks.

Soepardi, E. A. dan Iskandar, N (ed). 2000. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Edisi
ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.

Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC

Widyastuti, D, dan Widyani, R.


2001. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1 Tahun. Jakarta: Puspa Swara.

Wiramihardja, S, A. 2007. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai