- Menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu - Menentukan kalor pelarutan differensial. 4.2. Tinjauan Pustaka Larutan adalah sebuah system homogen yang mengandung dua atau lebih zat, umumnya larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut, dimana zat terlarut terlarut tersebut bisa berupa gas ataupun padatan (Oxtorby, 1998). Larudan dapat dibedakan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat terlarut. Larutan yang memiliki jumlah zat terlarut dan zat pelarut yang pas disebut larutan jenuh, Larutan yang bereaksi sebelum titik jenuhnya disebut larutan tak jenuh, sedangkan larutan yang memiliki jumlah zat terlarut lebih banyak daripada jumlah zat pelarutnya disebut larutan lewat jenuh. Ada banyak hal yang memengaruhi kelarutan suatu larutan, hal-hal yang memengaruhi kelarutan tersebut antara lain: a. Pengaruh suhu terhadap kelarutan Meningkatnya suhu air mempercepat laju reaksinya, biasanya setiap kenaikan 10oC kecepatanlaju metaboliknya akan meningkat 2 kali lipatnya b. Pengaruh tekanan terhadap kelarutan Hubungan pengaruh tekanan terhadap kelarutan dinyatakan oleh hokum Henry yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam larutan berbanding lurus dengan tekanan di atas larutannya. Dengan kata lain semakin tinggi tekanan, maka kelarutan suatu larutan akan semakin tinggi nilainya. (Chang, 2003) c. Pemilihan pelarut Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam larutan anorganik. Air memiliki momen dipol yang besar, sehingga ion-ion dalam kristal garam tidak memiliki gaya yang terlalu besar terhadap pelarut anorganik, dan kelarutannya akan lebih kecil dibandingkan dengan air d. Efek ion sekutu Endapan akan lebih larut di dalam air murni dibandingkan bila dilarutkan di dalam larutan yang mengandung salah satu dari ion endapan (efek ion sekutu) e. Efek pembentukan kompleks Kelarutan sebuah garam juga tergantung pada konsentrasi zat yang membentuk kompleks dengan on garam, nantinya aka nada banyak endapan membentuk kompleks yang yang dapat larut dengan ion unsur pengendapan, hal ini mrnyrbabkan kelarutan menurun (Underwood, 2002)
4.3. Alat dan Bahan
A. Alat-Alat yang digunakan: B. Bahan-Bahan: - batang pengaduk - Aquadest (H2O) - Beakerglass - asam oksalat (H2C2O4.2H2O) - botol Aquadest - es batu - buret - indikator Fenolftalein - corong kaca - natrium hidroksida (NaOH) - Erlenmeyer - gelas arloji - karet penghisap - kayu penjepit - labu ukur - neraca - pipet tetes - pipet volume - statif dan klem - tabung reaksi besar - termometer - Waterbath 4.4. Prosedur Percobaan A. Preparasi Larutan - Membuat larutan natrium hidroksida 0,5 N sebanyak 250 mL - Membuat larutan asam oksalat 0,5 N sebanyak 50 mL. B. Standarisasi larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat - Memipet 10 ml larutan asam oksalat dan tambahkan tetes indikator fenoftalein - Menitrasi natrium hidroksida dengan asam oksalat sampai warna larutan merah jambu. Melakukan titrasi sebanyak 3 kali. C. Pengerjaan contoh - Menyediakan larutan lewat jenuh asam oksalat dengan cara mengi air ke dalam tabung reaksi besar kira-kira setengahnya, larutan asam oksalat mendapatkan endapan - Melengkapi tabung reaksi dengan termometer dan pengadukan, kemudian aduk dan panaskan sampai 60 oC dalam waterbath - Memasukan tabung reaksi ke dalam beaker glass yang berisi es untuk mendinginkan larutan o - Pada saat suhu larutan mencapai 40 C, memipet 10 mL larutan dan mengencerkan hingga 100 mL pada labu ukur - Kemudian memipet 10 mL larutan yang telah diencerkan, menambahkan indikator fenolftalein dan labu ukur - Kemudian memipet 10 mL larutan yang telah diencerkan, menambahkan indikator fenolftalein dan menitrasi dengan natrium hidroksida sampai diperoleh titik akhir - Melakukan pengerjakan yang serupa pada saat suhu 40oC, 35oC, 30oC, 25oC, 20oC, 15oC dan 10oC.