Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
ACARA III : ANALISIS KEMIRINGAN LERENG

LAPORAN

OLEH :

UTAMI ENKA LESTARI


D061171310

GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lereng adalah penampakan alam yang disebabkan karena adanya beda tinggi di

dua tempat. Kemiringan lereng (Slope) merupakan salah satu unsur topografi dan

sebagai faktor terjadinya erosi melalui proses runoff. Semakin curam lereng semakin

besar laju dan jumlah aliran permukaan, semakin besar pula erosi yang terjadi.

Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan.

Sedangkan, kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai

tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen. Hal inilah

yang mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas permukaan bumi.

Beberapa faktor kemiringan lereng yang mempengaruhi terjadinya erosi, yaitu :

1. Panjang lereng dengan faktor pendukung : intensitas hujan. Jika intensitas hujan

tinggi, panjang lereng meningkat disertai dengan meningkatnya erosi.

2. Arah lereng. Erosi lebih besar pada lereng yang menghadap ke arah selatan

karena tanahnya mudah terdispersi secara langsung terkena sinar matahari.

3. Konfigurasi lereng (cembung → erosi lembar, cekung → erosi alur dan parit).

4. Keseragaman lereng (bentuk kecuraman). Erosi akan lebih besar pada lereng

yang seragam.
Derajat kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan sifat tofografi yang

dapat mempengaruhi besarnya erosi tanah. Semakin curam dan semakin panjang

lereng maka makin besar pula aliran permukaan dan bahaya erosi semakin tinggi.

Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum analisa kemiringan lereng untuk

mengetahui relief suatu daerah berdasarkan hasil analisa kemiringan lerengnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui relief

dari suatu tempat berdasarkan hasilanalisa kemiringan lerengnya. Adapun tujuan dari

praktikum ini meliputi :

1. Praktikan mampu menginterpretasi hasil analisa peta kemiringan lereng.

2. Praktikan dapat mengklasifikasikan kemiringan lereng melalui simbol warna.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum analisis kemiringan

lereng adalah sebagai berikut :

1. Peta Topografi

2. Kertas Grafik A3

3. Kalkir A3

4. Penggaris

5. Pensil Warna

6. Pulpen Mekanik
7. ATK

8. Kalkulator scientific
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek - Aspek Geomorfologi

Menurut Verstappen (1985) ada empat aspek utama dalam analisa pemetaan

geomorfologi yaitu :

1. Morfologi : studi bentuk lahan yang mempelajari relief secara umum dan

meliputi:

a. Morfografi adalah susunan dari objek alami yang ada dipermukaan bumi,

bersifat pemerian atau deskriptif suatu bentuklahan, antara lain lembah, bukit,

dataran, gunung, gawir, teras, beting, dan lain-lain.

b. Morfometri adalah aspek kuantitatif dari suatu aspek bentuk lahan, antara lain

kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk

lembah, dan pola pengaliran.

2. Morfogenesa : asal usul pembentukan dan perkembangan bentuklahan serta

proses–proses geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini adalah struktur geologi,

litologi penyusun dan proses geomorfologi merupakan perhatian yang penuh.

Morfogenesa meliputi :

a. Morfostruktur pasif: bentuklahan yang diklasifikasikan berdasarkan tipe

batuan yang ada kaitannya dengan resistensi batuan dan pelapukan (denudasi),

misal mesa, cuesta, hogback and kubah.


b. Morfostruktur aktif: berhubungan dengan tenaga endogen seperti

pengangkatan, perlipatan dan pensesaran, termasuk intrusi, misal gunungapi,

punggungan antiklin, gawir sesar dll.

c. Morfodinamik: berhubungan dengan tenaga eksogen seperti proses air,

fluvial, es, gerakan masa, dan gunungapi, misal gumuk pasir, undak sungai,

pematang pantai, lahan kritis.

3. Morfokronologi: urutan bentuklahan atau hubungan aneka ragam bentuklahan dan

prosesnya di permukaan bumi sebagai hasil dari proses geomorfologi.

Penekanannya pada evolusi (ubahangsur) pertumbuhan bentuklahan.

4. Morfokonservasi: hubungan antara bentuklahan dan lingkungan atau berdasarkan

parameter bentuklahan, seperti hubungan antara bentuklahan dengan batuan,

struktur geologi, tanah, air, vegetasi dan penggunaan lahan.

Atas dasar aspek-aspek geomorfologi tersebut di atas, maka karakteristik

bentuklahan dapat diklasifikasikan menjadi delapan bentuklahan utama berdasarkan

genesanya, yaitu bentukan asal structural, vulkanik, fluvial, marin, angin, kars,

denudasional, dan glasial.

2.2 Analisa Kemiringan Lereng

Pembuatan peta lereng dapat dilakukan dengan metode Wenworth, prinsip

metode ini adalah membuat jaring bujursangkar/grid. Kemudian tarik garis tegak

lurus pola umum kontur yang memotong grid bujur sangkar. Semakin kecil ukuran
grid, maka tingkat ketelitiannya menjadi semakin tinggi, tetapi memerlukan waktu

yang lama apabila dikerjakan secara manual. Sudut lereng dlitentukan dengan rumus:

B = ( N – 1) x IK x 100 %

JH x SP

Keterangan :

B = sudut lereng

N = jumlah kontur yang terpotong garis sayatan

SP= skala peta

IK = interval kontur (m)

JH= jarak horisontal

Tabel 2.1 Klasifikasi Lereng (Van Zuidam, 1985)


No Satuan relief Lereng Relief (m)

1 Topografi datar - hampir datar 0-2 <5

2 Topografi bergelombang 2-7 5-50

3 Topografi bergelombang berlereng miring 7-13 12-78

Topografi bergelombang/berbukit berlereng


4 13-20 50-200
sedang

Topografi berbukit terkikis dalam berlereng


5 20-55 200-500
terjal

Tabel 2.2. Klasifikasi lereng dan satuan relief (Van Zuidam,1983)


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.2 Pembahasan

3.2.1 Interpretasi Peta Kemiringan Lereng

Foto 3.1 Peta Kemiringan Lereng (Grid 3x3 cm)

Berdasarkan hasil analisa lereng dengan ukuran grid 3x3 cm diperoleh relief

curam dengan persentasi 41,27% dari seluruh daerah yang dianalisa yang ditandai

dengan warna merah muda, relief agak curam dengan persentasi 38,1% yang ditandai

dengan warna jingga, relief miring dengan persentasi 15,87% yang ditandai dengan

warna kuning, relief sangat curam dengan persentasi 3,17% ditandai dengan warna

merah, dan relief datar dengan persentasi 1,58% ditandai dengan warna hijau.

Jika dilihat secara keseluruhan, sebelah timur laut sampai tenggara dari daerah

yang dianalisa merupakan daerah dengan relief curam, sebelah barat laut sampai barat

daya merupakan daerah yang miring hingga agak curam, dan sebagian di sebelah

utara merupakan daerah yang landai atau datar.


Foto 3.2 Peta Kemiringan Lereng (Grid 2x2 cm)

Berdasarkan hasil analisa lereng dengan ukuran grid 2x2 cm diperoleh relief

curam dengan persentasi 55,84% dari seluruh daerah yang dianalisa yang ditandai

dengan warna merah muda, relief agak curam dengan persentasi 26% yang ditandai

dengan warna jingga, relief miring dengan persentasi 9,09% yang ditandai dengan

warna kuning, relief sangat curam dengan persentasi 3,89% ditandai dengan warna

merah, dan relief datar dengan persentasi 5,19% ditandai dengan warna hijau.

Jika dilihat secara keseluruhan, sebelah timur dari daerah yang dianalisa

merupakan daerah dengan relief curam dan beberapa bagian di timur merupakan

daerah yang sangat curam, sebelah barat merupakan daerah yang relatif miring dan

agak curam, dan sebagian di sebelah utara merupakan daerah yang landai atau datar.

Selain hasil interpretasi relief, dapat pula dilihat pada peta topografi yang

dianalisa, dijumpai adanya daerah pemukiman. Potensi terjadinya longsor lebih besar
pada daerah yang curam, hal ini dapat membahayakan daerah pemukiman di sekitar

daerah tersebut.

Jika ditinjau dari ketelitiannya, grid 1x1 cm lebih teliti dibandingkan dengan grid

2x2 cm dan 3x3 cm. Grid 1x1 cm memperlihatkan kemiringan lereng dari setiap

bagian di peta dengan cakupan daerah yang lebih kecil di setiap gridnya, maka

ketelitiannya lebih bagus dibandingkan grid 2x2 cm dan 3x3 cm yang memuat

cakupan daerah yang lebih luas di setiap gridnya.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah :

1. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, diperoleh hasil pada bagian

sebelah timur merupakan daerah yang curam dan daerah sebelah barat merupakan

daerah yang miring hingga agak curam.

2. Berdasarkan hasil pratikum, warna merah menunjukkan relief sangat curam,

warna merah muda menunjukkan relief yang curam, warna jingga menunjukkan

relief agak curam, warna kuning menunjukkan relief miring, dan warna hijau

menunjukkan relief datar.

4.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum ini dan selanjutnya adalah sebaiknya praktikum

dilaksanakan di tempat yang lebih luas agar praktikum berjalan dengan baik dan

semua bisa merasa nyaman selama praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Djauhari, Noor. 2012. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan

Tim Asisten. 2017. Penuntun Praktikum Geomorfologi. Samarinda : Universitas


Mulawarman

Anda mungkin juga menyukai