Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

NGEO613
Acara 5
Penetapan Kemantapan Agregat Tanah Metode Vilensky

Dibuat oleh :
Nama : Hafiz Hendri R.
NIM : 140722601083
Dosen : Ir. Juarti M.P

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2015

ACARA 5
“PENENTUAN KEMANTAPAN AGREGAT TANAH METODE VILENSKY”
I. DASAR TEORI
Stuktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang sangat mempengaruhi sifat yang lain, serta
besar pengaruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media pertanaman. Tanah yang ideal bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah tanah yang berstruktur mantap. Struktur tanah
dapat terjadi karena adanya interaksi yang berimbang dari berbagai faktor, antara lain : butiran
tanah (soil particle),bahan pengikat (commenting material) dan aktivitas biologis.
Butiran tanah yang dimaksuud dalam pembicaraan struktur tanah tidak hanya terbatas pada pada
butiran tunggal penyusun tanah (pasir,debu dan liat),tetapi juga butiran-butiran yang terbentuk dari
penyatuan butir-butir tunggal tersebut dikenal dengan istilah agregasi butiran tunggal. Pasir,debu
dan liat disebut butiran primer, sedangkan agregasi butiran primer disebut butiran sekunder
Berdasarkan pengertian tersebut,maka tekstur tanah didefinisikan sebagai agregasi butiran primer
menjadi butiran sekunder yang satu sama lain dibatasi oleh bidang belah alami. Struktur tanah
adalah istilah lapang yang digunakan untuk menggambarkan agregasi tanah.
Kemantapan agregasi mempengaruhi ketahanan tanah terhadap pukulan air hujan. Makin tinggi
gaya ikat antar partikel-partikel tanah, maka makin sulit tanah tersebut terpengaruhi oleh gaya
perusak yang berasal dari pukulan air hujan atau aliran air. Jadi kemantapan agregat terhadap air
dapat dipakai sebagai petunjuk ketahanan tanah terhadap erosi.
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat adalah etode vilensky, yaitu pengukuran
kemantapan agregat tanah bersiameter 2-3 mm dengan jalan menghitung volume tetesan air yang
dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh vilensky tinggi tetesan air ditetapkan 20
cm,suatu ukuran konveksi dari keadaan dilapang yaitu, dibandingkan jarak tetesan air hujan pada
areal yang luas di permukaan tanah.
Prinsip metode vilensky
Kemampuan agregat tanah dengn diameter 2-3 mm diukur dengan jumlah tetesan air dari
ketinggian 20 cm yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut.

II. TUJUAN
Untuk mengetahui kemantapan agregat tanah saat terhadap tetesan air.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Tanah
2. Buret dan statif
3. Penggaris
4. Petridish
5. Kertas saring/tisu
6. Aquades

IV. CARA KERJA


1. Isilah buret dengan hingga tanda batas. Tinggi buret dari permukaan tanah ditetapkan 20 cm
2. Hitunglah volume rata-rata 10 tetesa air untuk mengetahui jari-jari tetesan air dengan anggapan
volume rata-rata dari 10 tetesan air diulang sebanyak 5 kali.
3. Letakkan agregat tanah berdiameter 2-3 mm diatas beberapa lapis kertas saring yang diberi alas
petridish
4. Teteskan air dari bullet ke permukaan agregat tanah, masing-masing tanah diulang 5 kali
5. Hitung volume rata-rata air yang diperlukan untuk menghancurkan agregat tersebut

V. HASIL PRAKTIKUM

Kelompok 1:
Jumlah tetean : 10 + 6 + 4 + 4 + 6 + 135 = 165 tetesan
Volume tetesan total : 4 ml + 3 ml + 2 ml + 2 ml + 3 ml + 56 ml = 70
Volume rata rata tetesan : 165 : 70 = 0,42 ml

Tabel Hasil Masing- Masing Kelompok


Ulangan 1 2 3 4 5 6
Jumlah tetesan
165 480 328 262 236 810
Volume tetesan
total (Cm3) 7 302 353 118 96 209
Volume rata-rata setiap tetesan 0,042 ml 0,63 0,0107 0,45 0,4 0,046

VI. PEMBAHASAN
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa tanah sampel no 5 memiliki tanah dengan ketahanan
yang sangat kuat dengan membutuhkan 135 tetes aquades atau sekitar 56 ml untuk membuat tanah
utuh tersebut sampai benar-benar hancur. Hal ini menandakan bahwa sampel tanah no 1 memiliki
struktur tanah yang sangat keras sehingga apabila saat di lapangan dan terkena air hujan sampel
tanah no 5 tidak mudah terjadi erosi karena kemantapan agregat yang cukup tinggi namun tanah
jenis ini kurang baik untuk kegiatan pertanian karena tanah jenis ini sulit untuk diresapi air.
Sedangkan dari ke lima sampel tersebut terdapat sampel yang mudah hancur dengan beberapa
tetesan saja yaitu sampel tanah no 3 dan 4 dengan jumlah tetesan yang sama yaitu 4 tetes atau
sekitar 2 ml saja yang dibutuhkan untuk menghancurkan tanah sampai benar-benar hancur. Tanah
jenis ini lebih mudah mengalami erosi ketika berada di lapangan karena tanah jenis ini memiliki
kemantapan agregat yang rendah namun cukup baik untuk pertanian karena air lebih mudah untuk
meresap kedalam tanah yang sangat dibutuhkan untuk tanaman.

VII. KESIMPULAN
Pada dasarnya setiap sampel tanah utuh memiliki tingkat kemantapan agregat yang berbeda. bahwa
tetesan air yang mengenai tanah dapat mempengaruhi kemantapan agregat tanah, apakah agregat
tanah tersebut dalam keadaan kuat,lemah atau stabil. Pada dasarnya setiap sampel tanah utuh
memiliki tingkat kemantapan agregat yang berbeda. Hal ini dapat diketahui dari berapa jumlah
tetesan dan berapa ml yang dibutuhkan untuk membuat suatu tanah tersebut menjadi benar-benar
hancur.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Lab geografi UM
http://www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai