Anda di halaman 1dari 14

PT.

PLN (PERSERO) WILAYAH


SULSEL, SULTRA & SULBAR
CABANG PAREPARE Certificate No. QEC24931

Alamat : Jl. Veteran No.32 Parepare 91114


Telp : 0421-25544 Facsimile : 0421-21697

Nomor : 180 /120/PR/2009 21 April 2009


Surat Sdr. No. : 180/120/GM/2009
Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) set
Perihal : Penyampaian Topik - Kepada,
Knowledge Sharing Tim Knowledge Manajement
Kantor Wilayah
(Bidang Perencanaan)

Di-
MAKASSAR

Menindaklanjuti surat General Manager PT PLN (Persero) Wilayah


Sultra dan Sulbar No. 180/120/GM/2009 perihal Penyiapan Materi
untuk Knowledge Sharing I tanggal 08 April 2009, maka dengan ini
Tim Knowledge Manajement PT PLN (Persero) Cabang Parepare
menyampaikan 1 (satu) Topik untuk diikutkan dalam Knowledge
Sharing tahap I tanggal 30 April 2009 dengan judul :

“PENYEIMBANGAN BEBAN TRAFO GARDU DISTRIBUSI DENGAN


METODE ALL RECONNECTING”

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya


diucapkan terima kasih.

Manajer

ANDIK NOVIJANTO
PENYEIMBANGAN BEBAN
GARDU DISTRIBUSI DENGAN METODE
“ ALL RECONNECTING”

TIM CoP DISTRIBUSI


PT. PLN (PERSERO) CABANG PAREPARE
2009
ABSTRAK

Susut tertinggi pada Jaringan ada pada sisi Distribusi. Untuk itu perlu dilakukan
program-program kerja yang langsung dapat menekan susut penyaluran energi dengan
biaya yang sekecil-kecilnya. Salah satu bagian yang menjadi sebab terjadinya susut
jaringan pada sisi Distribusi adalah pada Gardu Distribusi 3 Phasa. Pada tarfo Distribusi
3 Phasa, disamping losses akibat rugi tembaga dan rugi inti juga akan timbul losses
akibat katidak seimbangan beban trafo.
Pada sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari R-S-T dan N sehingga apabila
terdapat selisih yang cukup besar antara beban Phasa R-S-T maka akan mengakibatkan
bergesernya titik Netral (N). Ketidakseimbangan ini (Unbalance) sangat dipengaruhi oleh
penentuan phasa pada penyambungan pelanggan di Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
hal ini khusus untuk pelanggan 1 Phasa 2 kawat (biasanya Rumah Tangga). Selain
ketidakseimbangan memberikan kontribusi susut yaitu dengan mengalirnya arus I n
melalui penghantar N dan Pentanahan. Ketidakseimbangan juga menyebabkan
kerusakan pada Trafo Distribusi. Sehingga selain InEffisiensi juga mengakibatkan
penambahan biaya perbaikan dan pemadaman. Untuk itu upaya penyeimbangan beban
trafo distribusi mutlak dilakukan.
Dalam pelaksanaannya diperlukan metode yang tepat sesuai kebutuhannya agar
dapat dilakukan secara lebih intensif dengan biaya serendah mungkin. Salah satu
metode yang dapat ditawarkan adalah ” All Reconnecting ”.
Pada metode ini dilakukan rencana penyeimbangan secara menyeluruh
pada seluruh pelanggan asuhan gardu distribusi yang bersangkutan. Parameter yang
digunakan untuk menentukan kontribusi tiap pelanggan pada besarnya beban adalah
nilai kWh rata-rata tiap bulannya. Kemudian pelanggan sesuai kontribusinya
ditempatkan pada fasa penyambungan yang diupayakan merata pada setiap fasanya.
Selanjutnya dilaksanakan reconnecting sesuai dengan penetapan fasa untuk masing-
masing pelanggan tersebut.
Metode ini dapat digunakan pada Gardu Distribusi dengan segmen pelanggan
yang tidak terlalu variatif misalnya pelanggan rumah tangga yang banyak terdapat di
pedesaan. Sifat beban dari segmen pelanggan seperti ini cenderung sama sehingga nilai
kWh rata-rata per bulan dapat merefleksikan kontribusi bebannya sepanjang hari.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Losses merupakan merupakan fenomena teknis dan non teknis yang sampai saat
ini masih merupakan masalah utama dan penyumbang kerugian mulai dari dari
sisi pembangkitan sampai dengan APP pelanggan. Sebahagian besar susut ini
terjadi di sisi Distribusi mulai dari sekunder trafo di Gardu Induk sampai dengan
APP pelanggan.
Salah satu bagian tersebut adalah pada trafo distribusi. Pada bagian ini beberapa
kemungkinan susut dapat terjadi akibat rugi tembaga dan rugi inti besi pada
trafo. Kemunkinan lain adalah adanya arus yang mengalir pada penghantar
netral. Tetapi kemungkinan terakhir ini masih kontrofersi sehingga memerlukan
pengujian dengan menggunakan alat pengukur energi.
Jika hal tersebut dapat dibuktikan secara ril maka progaram penyeimbangan
beban trafo dapat lebih fokus dan diikutkan pada program-program penurunan
susut, misalnya rekonekting SR, pemeliharaan gardu distribusi terpadu dan lain
lain.

1.2. Maksud Dan Tujuan


Maksud Metoda Penyeimbangan BebanTrafo Distribusi ”All Reconnecting” ini
adalah :
a. Menekan susut teknis akibat ketidak seimbangan beban trafo distribusi.
b. Menemukan metode yang tepat untuk penyeimbangan beban pada segmen
pelanggan tertentu.
c. Pemeliharaan sambungan/titik sadapan pelanggan.
d. Memperoleh data yang akurat mengenai Fasa Penyambungan tiap
Pelanggan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sistem 3 Phasa


Sistem 3 phasa adalah metode umum yang dipakai untuk menyalurkan tenaga
listrik yang merupakan salah satu tipe dari sistem poliphasa (phasa Banyak). Pada
sistem 3 phasa bisa menggunakan kawat netral maupun tanpa kawat netral atau lebih
dikenal dengan istilah 3 phasa 4 kawat untuk yang menggunakan kawat netral dan 3
phasa 3 kawat yang tanpa kawat netral.

A=R

C=T B=S

(a)[1] (b)[2]

Gambar 1. sistem 3 phasa umum dengan urutan ABC


Pada gambar diatas tampak bahwa terdapat perbedaan sudut sebesar 2/3
radians atau sebesar 120o antar phasanya. Secara mendasar persamaan sudut untuk
gelombang seperti yang tampak pada gambar 1-(b) adalah sebagai berikut :
Misal : besar sudut adalah = x ......................................................................
(1)[2]
Maka x = 2ft ........................................................................................
(2)[2]
Dimana f adalah frekuensi dan t adalah waktu
Apabila kita memasukkan persamaan (2) ke dalam persamaan tegangan maka
akan dihasilkan rumus dasar untuk tegangan perphasa adalah sebagai berikut :
....................................................................................................................

(3)[2]
...............................................................................

(4)[2]

…………………………………………………………………………..
(5)[2]

Dimana nilai A adalah amplitudo atau tegangan tertinggi pada Phasa 1, 2 dan 3.

2.2. Sistem 3 Phasa beban seimbang


Pada beban yang seimbang hubungan bintang empat kawat seperti pada jaringan
distribusi tegangan rendah arus yang mengalir pada setiap beban sama besarnya, baik
baik besar maupun sudutnya. Seperti terlihat pada gambar di bawah. Arus yang
mengalir pada impedansi-impedansi adalah juga arus yang mengalir pada saluran.
Misalnya jika diketahui impedansi tiap beban sama ( ZR = ZS = ZT ) sebesar 20 30°
Ω , tegangan fasa-fasa saluran sebesar 169.7 V dan tegangan fasa netral sebesar
169.7/√3 = 98 V maka besarnya arus yang mengalir pada tiap tiap saluran dapat
dihitung.
Jika tegangan VRN diambil sebagai referensi maka V RN = 220 0° V , maka V SN = 220
120° V , dan VTN = 220 -120° V

VRN 2200 0
IR    11  30 Amp
Zr 20300

VSN 220120
IS    1190 Amp
ZS 2030

VTN 220  120


IT    11  150 Amp
ZT 2030

Maka besarnya IN dapat dihitung :

I N  I R  I S  IT
IN  110  1190  11  150
IN  (9.5  J 5.5)  (0  J 11)    9.53  J 5.5
IN  0  J0
IN  0 Amp
Gambar fasor dari tegangan dan arus dari system tiga fasa yang
dihubungkan dengan beban seimbang seperti pada gambar berikut :

Dalam pelaksanaannya pengambilan data pengukuran dilakukan dengan mengukur


besarnya arus dan cos Ф beban pada tiap jurusan, sedang besarnya sudut cos Ф beban
merupakan lawan/konjugat dari sudut arus. Misalnya cos Ф beban = 0.8, maka
Ф=36.86° sehingga sudut arus =-36.86°
Misalnya pada contoh di atas arus lagging berarti factor beban positif ( beban induktif )
seperti gambar berikut :

Q S=ExI* E
Ф
Ф P I
Gambar beban induktif Gambar arus lagging terhadap tegangan
2.3. Sistem 3 Phasa beban tidak seimbang
Jika terjadi beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tegangan rendah maka
pada penghantar netral akan mengalir arus listrik. Hal ini akan mempertahankan
magnitudo tegangan ke titik netral yang melintasi setiap pasa ke beban. Arus-
arus saluran tidak sama dan arus pada diagram fasor tidak memiliki simetri.
Misalnya:
Data Beban PTTA 3 fasa 160 kVA Rtg. Tanrutedong
Pada fasa R terukur arus sebesar 146 Amp dengan cos Ф 0.85 ;
fasa S dengan arus sebesar 93 Amp cosФ 0.90;
fasa T dengan arus sebesar 126 Amp dengan cosФ 0.87
Dengan menjadikan fasa R sebagai referensi maka kita dapat menetukan
besarnya arus dan sudut untuk tiap fasa sbb:

Untuk fasa R : Ф = acos 0.80° = 18,19° , maka IR  146  18,19 Amp


Untuk fasa S : Ф = acos 0,90° = 26° , maka IS  93  26  120 Amp
Untuk fasa T : Ф = acos 0,87° = 29,54° , maka IT  126  29,54  120 Amp

Pada kondisi tidak seimbang tersebut ada arus yang mengalir pada penghantar
netral dengan persamaan simpul arus sebagai berikut :
IN + IR + IS + IT = 0
-IN = IR + IS + IT
 IN  146  18,19  93  146  12690,46 0
 IN  (139  j 46)  ( 77  j 52)  ( 1  j126)
 IN  61  j 28
 IN  66,929 Amp
IN  66,929 Amp
IN  66,9  1510 Amp

Gambar fasor dari tegangan dan arus dari system tiga fasa yang
dihubungkan dengan beban tidak seimbang seperti pada gambar
berikut :
Gambar 2. Diagram Phasor Sistem 3 Phasa beban tidak seimbang
Karena pada beban tidak seimbang akan muncul arus netral maka persamaan untuk
vector diatas adalah :
IN = IR + IS + IT ≠ 0
2.4. Losses (susut) Energi pada sistem 3 Phasa tidak seimbang
Dengan munculnya arus pada kawat netral maka akan mengakibatkan susut
energi yang terbuang di sepanjang penghantar pembumian ( earthing road ) dan
tahanan antara penghantar pembumian dan bumi. Besarnya energi yang terbuang
merupakan perkalian antara besarnya arus yang mengalir dengan tegangan antara
penghantar pembumian dan tanah referensi serta faktor beban ;

P = E x I x t x Cos Ф (wh)
Dimana :
E = Beda potensial antara penghantar pembumian dengan tanah referensi
(Volt)
I = Besarnya Arus yang mengalir (Amp)
t = waktu (jam)
CosФ = faktor beban pada penghantar pembumian

Jika diasumsikan besarnya tahanan pembumian adalah 5 ohm, kemudian faktor beban
sebesar 70 % maka kita dapat menghitung besarnya energi yang terbuang tersebut.
P=I²RtCosФ (wh)
P = -66,9² x 5 x Cos 29° x 0.70 x 24 =375.951 wh
P = 376 kWh

Jika harga produksi per kWh diasumsikan Rp. 700,-/kWh maka selama 30 hari nilai kWh
yang terbuang adalah :
376 kWh x 30 hr x Rp. 700/kwh = Rp. 7.896.000,-
BAB III
PEMBAHASAN

1. Kondisi Sistem Pembebanan.

Kondisi pembebanan pada sebagian daerah khususnya di pedesaan mempunyai


grafik yang relatif seragam. Hal tersebut disebabkan karena pelanggan didominasi
oleh rumah tangga yang pemakaiannya relatif konstan setiap harinya.

420,0
400,0
380,0
360,0
340,0
320,0
300,0
280,0
260,0
240,0
220,0
200,0
6
180,0
160,0 5
140,0
120,0 2 3 4
100,0
80,0
60,0
40,0
20,0
0,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 18,3 19 19,3 20 20,3 21 21,3 22 23 24
PUKUL

Contoh gambar grafik pembebanan

Dengan kondisi beban seperti itu memungkinkan untuk menentukan kontrusi beban
dari tiap pelanggan pada suatu asuhan gardu distribusi melalui parameter tertentu.
Salah satu paramater yang paling mendekati adalah pemakaian energi (kWh)
perbulannya. Parameter kontrusi beban ini selanjutnya digunakan untuk
merencanakan dan menetapkan fasa titik sadapan setiap pelanggan.

2. Penyeimbangan Beban dengan metode “ All Reconnecting “.


a. Umum
Masih banyaknya trafo distribusi yang tingkat ketidakseimbangan bebannya
cukup tinggi memerlukan metode penyeimbangan yang sederhana namun cukup
efektif digunakan pada segmen pelanggan tertentu. Dengan demikian
penyeimbangan beban trafo dapat dilakukan secara intensif. Salah satunya sdalah
dengan “ All Reconnecting “
All Reconnecting dilakukan dengan merencanakan dan menetapkan ulang titik
sadapan dari seluruh pelanggan pada suatu asuhan gardu distribusi. Parameter/nilai
yang digunakan untuk penetapan tersebut adalah pemakaian kWh pelanggan per
bulannya.

b. Langkah Pelaksanaan
1. Membuat gambar Rayon Card
Gambar Rayon card mutlak dibuat untuk menentukan pelanggan-pelanggan yang
menjadi asuhan dari GD yang akan diseimbangkan. Gambar ini harus dibuat
dengan penomoran yang jelas pada tiang maupun pelanggan-pelanggannya.
Seperti contoh berikut :

Gambar Rayon Card Pelanggan pada sebuah Gardu Distribusi


2. Membuat Tabel Data Pelanggan
Tabel data ini diperlukan untuk merencanakan dan menetapkan fasa titik
sadapan pada pelanggan. Data terdiri atas :
a. No. Tiang
b. No. Idpel Pelanggan
c. No. Rayon card pelanggan
d. Pemakaian kWh Pelanggan per bulan

No. Fasa Sadapan


kWh
Rayon
No. Tiang No. Idpel per
Card
bulan
Plg R S T
PR021000024
B1 01a 5 250 250
01b …….. 223 223
02 200 200
B2 03a 240 240
03b 215 215
04a 52 52
04b 45 45
B3 05 145 145
06a 315 315
06b 56 56
C1 07a 212 212
07b 254 254
08 246 246
C2 09 58 58
10a 79 79
10b 115 115
10c 241 241
10d 110 110
10e 85 85
10f 96 96
C3 11 145 145
12a 224 224
12b 250 250
……
.
DST……………………………
.

JUMLAH KONTRIBUSI
BEBAN (kWh) 3856 1292 1292 1272

Contoh data pelanggan dan pembagian kontribusi kWh tiap fasa


3. Pelaksanaan Penyeimbangan Beban Trafo
Pelaksanaan penyeimbangan beban dilakukan dengan mengikuti penetapan
fasa titik sadapan seperti pada tabel diatas. Misalnya untuk pelanggan dengan
nomor rayon card : 01a, 01b, 02 disambung pada fasa R, demikian
seterusnya.

4. Pengukuran Kembali dan Evaluasi

Untuk mengevaluasi hasil penyeimbangan beban dilakukan pengukuran beban


pada gardu distribusi yang bersangkutan.

BAB IV
KESIMPULAN

Metoda penyeimbangan dengan sistem All reconnecting ini cukup efektif


dilakukan pada GD dengan segmen pelanggan yang hampir seragam seperti
pelanggan rumah tangga.
Selain beban yang seimbang juga diperoleh manfaat lain diantaranya data base
pelanggan yang akurat terutama fasa titik sadapan, pemeliharaan sambungan
pelayanan, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai