I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan ratio transformasi tegangan dan arus dari transformator 3-fasa
hubungan Y-Y dan ∆- Y
2. Menentukan parameter rangkain equivalen trafo 3- fasa
3. Menentukan regulasi tegangan dari transformator 3-fasa.
4. Menentukan efesiensi dari transformator 3-fasa.
5. Menentukan karakteristik pembebanan dari transformator 3-fasa.
B b
A a
N n
B b
A a
C c
o
0 Angular displacement
Gambar 1. Hubungan Gb.31.4
Y – Y trafo 3-fasa
20
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
sekundernya. Perbandingan dari tegangan line untuk sisi primer dan sisi sekunder adalah
sama dengan perbandingan perubahan setiap transformator. Bagaimanapun juga, disana
ada pergeseran phasa sebesar 30o antara tegangan phasa dan tegangan line pada sisi
primer dan sisi sekunder
Tentunya tegangan line pada kedua sisi sama seperti tegangan utama berturut-
turut dalam phasa satu dan yang lain. Hubungan ini bekerja dengan baik hanya dalam
keadaan beban setimbang. Dengan beban yang tidak setimbang ke netral, pergeseran titik
netral disana akan mengakibatkan tegangan tiga phasa line to netral berbeda. Efek dari
ketidakseimbangan bebab dapat dimisalkan dengan meletakkan beban tunggal antar phasa
(coil) A. Primer coil A ini tidak bisa mensupply daya yang dibutuhkan karena dia
terhubung seri dengan primer B dan C yang mana sekundernya open. Dengan kondisi
lain, primer coil B dan C bekerja dengan impedansi yang sangat tinggi sehingga primer
coil tersebut dapat mengisi tapi sangat kecil arus yang melaluinya dari line. Karenanya,
sekunder coil tidak dapat mensupply daya manapun. Pada kenyataannya, resistansi yang
sangat rendah mendekati short-circuit yang berkemungkinan terhubung antara titik A dan
Netral dan hanya sebagian kecil jumlah arus yang akan mengalir. Seperti disebutkan
sebelumnya, adalah dalam kaitannya dengan pengurangan dari tegangan E an karena
pergesaran titik netral. Dengan kata lain, dalam kondisi short-circuit, netral menarik
terlalu banyak ke arah coil A. Ini mengurangi E an tetapi meningkatkan E bn dan
E an nantinya akan berkurang menjadi nol sedangkan E bn dan E cn akan naik mendekati full
primary line voltage. Kesulitan dari pergeseran netral dapat dihilangkan dengan
menghubungkan primer netral (diperlihatkan dalam garis putus-putus pada gambar) balik
ke generator sehingga primer coil A tersebut dapat mengambil daya yang dibutuhkannya
dari line dan netral tersebut. Ini seharusnya dicatat bahwa jika suatu beban phasa tunggal
dihubungkan antara line A dan B, akan ada kesamaan tapi lebih sedikit dari menyebutkan
pergeseran netral yang mana mengakibatkan overvoltage pada satu atau lebih
transformator.
Keuntungan lain dari menstabilkan primer netral dengan menghubungkannya Ke
netral dari generator adalah akan mengurangi penyimpangan pada tegangan phasa
sekunder. Ini menjelaskan sebagai berikut, untuk mengirimkan gelombang sinus tegangan
dibutuhkan suatu gelombang sinus flux dalam inti, akan tetapi dikarenakan karakteristik
21
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
dari besi, suatu gelombang sinus flux membutuhkan sepertiga komponen harmonic dalam
arus penguat. Seperti frekuensi dari komponen ini adalah tiga kali dari frekuensi sirkuit,
pada saat tertentu, itu cenderung untuk mengalirkan arus ke arah manapun dari titik netral
pada ketiga transformator. Jika primer netral diisolasi, the triple frequency current tidak
bisa mengalir. Karenanya flux dalam inti tidak bias menjadi gelombang sinus sehingga
tegangan menyimpang. Tetapi jika primer netral ditanahkan , yang mana dihubungkan
dengan netral generator, lalu ini akan menyediakan suatu alur untuk , the triple frequency
current dan e.mfs dan kesulitan telah diperdaya. Jalan lain untuk menghindari masalah ini
dari osilasi netral adalah untuk menyediakan masing-masing transformator dengan
sepertiga atau lilitan tertiar yang secara relatif rendah kVA rating. Lilitan tertiar ini
terhubung dalam ∆ dan menyediakan sirkuit dimana triple-frequency komponen dari arus
magnetisasi dapat mengalir ( dengan isolasi netral, tidak bisa ). Pada kasus ini, gelombang
sinus dari tegangan berlaku pada primer akan mengakibatkan gelombang sinus dari
tegangan phasa pada sekunder. Seperti dikatakan diatas, keuntungan dari hubungan ini
adalah isolasi tersebut dimana tekanan hanya untuk tingkat tegangan line ke netral yaitu
58 % dari tegangan line.
C c c
C
B b b
B
A a a
A
b b B a b
a 30o
N A n
a c
c
C c
30o angular diplacement 30o Angular Diplacement
Y – Δ trafo 3-fasa
Gambar 2, hubunganGb.31.6 Gambar 3, hubungan Δ – Y trafo 3-fasa
Gb.31.7
3. Hubungan Y – Δ
Penggunaan utama dari hubungan ini pada akhir bagian dari line transmisi dimana
tegangan menjadi diturunkan. Lilitan utama dari Y dihubungkan dengan pentanahan
netral seperti yang terlihat pada gambar 2. rasio antara tegangan primer dan sekunder
adalah 1 kali rasio trafo untuk setiap trafo. Terdapat perbedaan 30° antara tegangan
3
line primer dan sekunder yang berarti bahwa bank trafo Y–Δ tidak bisa diparalelkan
22
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
dengan Y-Y atau Δ-Δ bank. Arus harmonik ketiga juga mengalir pada Δ untuk
menyediakan flux sinusoidal
4. Hubungan Δ – Y
Hubungan ini biasanya digunakan ketika diperlukan untuk menaikkan tegangan
sebagai contoh pada permulaan tegangan tinggi pada sistem transmisi. Hubungan ini
diperlihatkan pada gambar 3. Netral sekunder trafo ditanahkan untuk menyediakan 3 fasa
4 kawat. Beberapa tahun terakhir hubungan Δ–Y ini semakin populer karena dapat
digunakan untuk melayani peralatan daya 3 fasa dan sirkuit pencahayaan 1 fasa secara
bersamaan.
Hubungan ini tidak terbuka untuk distorsi tegangan dan floating netral karena
keberadaan dari hubungan Δ menghasilkan bahagian kecil untuk arus harmonik ketiga.
Telah diteliti bahwasanya tegangan dan arus line primer dan sekunder masing –
masingnya berbeda fasa sebesar 30°. Karena perbedaan 30° ini, maka memungkinkan
untuk memparalelkan bank dengan Y-Y atau Δ-Δ bank sekalipun rasio tegangan harus
diatur. Rasio tegangan sekunder dan primer adalah 3 kali rasio transformasi dari
masing – masing trafo.
Tujuan pengujian ini untuk menentukan rugi tanpa beban atau rugi inti dan arus
tanpa beban I0 yang akan sangat membantu untuk mendapatkan X0 dan R0.
W
I0
A
V1 V E2 = V2
Rendah Tinggi
Gambar 4
Satu belitan dari transformator (yang sesuai tetapi biasanya belitan tegangan
tinggi) pada sisi yang terbuka dan sisi lainnya terhubung ke suplai atau tegangan dan
frekuensi normal. Sebuah wattmeter W, voltmeter V dan ammeter A terhubung pada sisi
belitan tegangan rendah yaitu belitan primer pada kondisi sebenarnya. Dengan tegangan
normal yang diberikan pada sisi primer fluks normal akan teratur pada inti, karena itu rugi
23
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
besi normal akan terjadi dan terekam oleh wattmeter. Selama arus beban I0 pada sisi
primer (seperti pengukuran ammeter) kecil(biasanya 2 hingga 10% dari rating arus
beban), rugi Cu kecil dan dapat diabaikan pada sisi primer dan tak berarti pada sisi
sekunder (yang terbuka). Karena itu, wattmeter membaca dan menampilkan rugi inti
dibawah kondisi tanpa beban
Hal tersebut akan tercatat ketika I0 sangat kecil, kumparan penekan pada
wattmeter dan voltmeter terhubung selama arus didalamnya tidak melewati nilai
kumparan arus dari wattmeter.
Kadang, resistansi tinggi voltmeter terhubung melalui sisi sekunder. Pembacaan
voltmeter memberika e.m.f pada belitan sekunder. Hal ini akan membantu untuk
mendapatkan rating K transformator.
Diagram vektor tanpa beban ditunjukkan pada gambar 16. Jika W adalah
pembacaan wattmeter (pada gambar 4), kemudian
W = V1 I 0 cos φ 0 cos φ 0 = W / V1 I 0
Atau ketika arus pada prakteknya seluruh arus eksitasi ketika transformator pada
kondisi tanpa beban (i, I 0 ≅ I µ ) dan selama jatuh tegangan pada impedansi leakage
pada sisi primer kecil, karena itu admitansi eksitasi Y0 transformator diberikan melalui
I 0 = V1Y0 atau Y0 = I 0 /V1 .
Suspektansi eksitasi B 0 = (Y 0
2
− G0 .
2
)
24
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
Gambar 5
Tegangan rendah(biasanya 5-10% dari tegangan normal sisi primer) pada frekuensi
yang benar (khusus untuk rugi-rugi tembaga tidak diperhitungkan) dalam aplikasi pd sisi
primer dan dalam peningkatan sampai pada beban penuh, arus yang mengalir kedua sisi
primer dan sisi skunder (yang diindikasikan dengan masing masing ampermeter)
Karena pada tes ini tegangan yang digunakan adalah persentase kecil dari tegangan
normal, fluk φ bolak balik yang dihasilkan biasanyanya sebagian kecil dari nilai
normalnya.(gambar 6) karena rugi rugi inti besi sangat kecil dengan hasil yang dibaca
oleh wattmeter dan digambarkan pada saat beban penuh.
Gambar 6
Rugi rugi tembaga atau I2R. rugi rugi untuk semua transformator l,e rugi rugi
tembaga pada kedua sisi primer dan sekunder . rangkaian ekuivalen dari transformator
saat kondisi hubung singkat ditunjukkan dalam gambar 6. jika Vsc adalah tegangan yang
dibutuhkan untuk mengukur arus beban yang beredar, maka
Z01 = Vsc / I1
Jadi,
W = I12 R2’
R01 = W / I12
X01 = √(Z012 + Z022)
25
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
26
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
U23
U2
L1 I10 P10
L2
U1
L3
N
PTAC PE
(72570) PE 73390
Rangkaian 3. Pengetesan transformator 3-fasa tanpa beban
27
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
L1 I1 P1k I23
L2
U1k
L3
N
PTAC PE
(72570) PE 73390
I23 P2
L1 I1 P1k
L2
U1k
U22
L3
N
PTAC PE
(72570) PE 73390
28
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
PROSEDUR PERCOBAAN
I. Penentuan Ratio Transformasi
1. Rangkailah peralatan percobaan seperti rangkaian 1 dimana trafo dihubung Y-Y
2. Setting tahanan beban pada nilai maksimum
3. Atur Pengatur Tegangan AC (PTAC) pada tegangan V1=50 Volt, kemudian amati
dan catat harga I1, P1, V2, I2 dan P2 seperti pada tabel 1 (tegangan V1 adalah line-
line, demikian juga V2 dan arus I1 dan I2 masing-masing arus line).
4. Ulangi langkah 3 untuk tegangan V1=100, 150, 200, 220Volt, kemudian amati dan
catat harga I1, P1, V2, I2 dan P2, untuk masing-masing harga V1.
5. Rangkailah peralatan percobaan seperti rangkaian 2 dimana trafo dihubung ∆-Y
6. Ulangi langkah 3 da 4 di atas.
29
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
V. EVALUASI
Penentuan Ratio Transformasi
Untuk kedua hubungan Y-Y dan ∆-Y lakukan perhitungan berikut:
1. Hitung perbandingan transformasi tegangan at dan transformasi arus ai untuk tiap-tiap
tegangan masukan V1 menggunakan persamaan berikut ini :
V1( L − L ) I 2( L )
at = ai =
V2 ( L − L ) I 1( L )
30
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
P2 U 20 − U 2
U = U 230 − U 23
η= .100% VR = .100%
P1 U2
2. Plot tegangan sekunder V2 dan regulasi tegangan terhadap arus beban I2 !.
3. Plot grafik kurva efisiensi η terhadap arus sekunder I2 !.
4. Interprestasikan kurva efisiensi !.
31
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
JURNAL PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK KERJA TRANSFORMATOR TIGA FASA
Nama :
Kelompok :
Hari / Tgl Praktikum :
Asisten :
32
Laboratorium Konversi Energi Elektrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Transformator Modul 3
Universitas Andalas
Padang, ……………….2015
Asisten
( )
33