Anda di halaman 1dari 8

I.

TEORI AKUNTANSI POSITIF


Teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teori akuntansi normatif
yang memberikan formula terhadap praktik akuntansi dan teori akuntansi positif yang
berusaha menjelaskan dan memprediksi fenomena yang berkaitan dengan akuntansi. Teori
normatif yang berada pada normative period, yaitu periode 1956-1970 berusaha
menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian
informasi keuangan kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah
informasi keuangan itu dan mengapa hal itu terjadi. Teori normatif berkonsentrasi pada
penciptaan laba sesungguhnya (true income) selama satu periode akuntansi atau terkait tipe
informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan (decision-usefulness).
Tuntutan atas adanya pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika Jensen
menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau dua pengecualian yang
dapat dicatat) tidak bersifat ilmiah, karena fokus penelitian telah sangat normatif dan
terdefinisi. Selanjutnya Jensen mengharapkan adanya perkembangan suatu teori akuntansi
positif yang akan menjelaskan mengapa akuntansi seperti apa adanya ia, mengapa akuntan
melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap
penggunaan orang dan sumber daya.
Riset akuntansi positif pertama kali diketahui dilakukan oleh William H. Beaver
(1968) dengan terbitnya artikel yang berjudul “The Information Content of Annual
Earnings Announcements”. Selanjutnya teori akuntansi positif diakui kemunculannya
ketika Watts dan Zimmerman mempublikasikan artikelnya yang berjudul “Towards a
Positive Theory of The Determination of Accounting Standard” pada tahun 1978.
Watt and Zimmerman mengungkapkan bahwa terdapat tiga alasan yang menjadi
dasar pergeseran pendekatan normatif ke positif, yaitu
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris,
karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat
diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal.
Dorongan bagi pendekatan positif dalam akuntansi untuk menjelaskan dan
meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari
pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan
pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori positif berdasar pada dalil manajer, pemegang
saham, dan aparat pengatur/ politis adalah rasional dan bahwa mereka berusaha
memaksimalkan keunggulan mereka secara langsung dengan kompensasi mereka, dan
karena itu, kesejahteraan mereka pula. Ide utama pendekatan ppositif adalah untuk
mengembangkan hipotesis atas faktor-faktor yang mempengaruhi praktek akuntansi dan
untuk menguji validitas dari hipotesis ini secara empiris:
1. Untuk meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas pengamatan
peralatan serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu kecendrungan yang
dianggap terbaik atau normal oleh manajemen.
2. Untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dihasilkan dari fluktuasi angka
pendapatan secara umum dan penurunan resiko sistematis khususnya dengan
menurunkan kovarian pengembalian perusahaan dengan pengembalian pasar.
Teori positif dalam akuntansi berasumsi bahwa harga saham bergantung pada arus
kas bukannya laba. Dalam pasar yang efisien penilaian arus kas ini tanpa memperhatikan
perbedaan penggunaan prosedur akuntansi. Masalah dalam teori positif adalah untuk
menentukan bagaimana prosedur akuntansi mempengaruhi arus kas dan fungsi kegunaan
manajemen untuk memperoleh wawasan atas faktor yang mempengaruhi pilihan manajer
terhadap prosedur akuntansi. Masalah ini dipandu oleh asumsi teori sebagai berikut:
1. Teori agensi yang menekankan pada kontrak yang timbul antara berbagai pihak
organisasi (agen dan prinsipal) terhadap konflik kepentingan terebut.
2. Adanya perspektif "penghubung kontrak" terrhadap perusahaan, teori biaya
kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak atas
kontrak-kontrak untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan
tertentu.
Pilihan kesejahteraan kontrak bergantung pada besaran relatif dari biaya kontrak
yang mencakup: 1) biaya transaksi, 2) biaya agensi, 3) biaya informasi, 4) biaya negosiasi
ulang, dan 5) biaya kepailitan. Dari kedua ketentuan diatas menunjukan bahwa manajemen
melakukan seleksi dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal untuk suatu tujuan.
Masalah dari pendekatab positif bergantung pada penentuan faktor apa yang
mempengaruhi pilihan optimum, dipandu oleh asumsi dari teori agensi dan biaya kontrak.

II. HIPOTESIS TEORI AKUNTANSI POSITIF


Pilhan akuntansi bergantung pada variabel yang menceminkan insentif manajemen
dalam memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang, dan proses

1
politik. Dari dasar tersebut muncul tiga hipotesisi yang dirumuskan Watt dan Zimmerman
dalam bentuk perilaku oportunistis dari manajemen yaitu:
1. Hipotesis rencana bonus (plan bonus hypothesis), dalam ceearis paribus para
manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk
memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk
periode mendatang ke periode sekarang atau yang dikenal dengan income
smoothing. Dasar pemikirannya bahwa tindakan seperti itu mungkin akan
meningkatkan persentase bonus jika tidak terdapat penyesuaian terhadap
metode terpilih.
2. Hipotesis perjanjian utang (debt convenant hypothesis), dalam ceteris paribus
manajerr perusahaan yang mempunyai ratio leverage yang besar akan lebih
suka memilih prosedur akuntansi yang dapat mengganikan laporan earning
untuk periode mendatang ke periode sekarang.
3. Hipotesis biaya proses politik (politic process hypohtesis), dalam ceteris
paribus semakin besar biaya politik perusahaan, maka semakin mungkin
manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan
laporan earning periode ekarang ke periode mendatang.

III. PENELITIAN EMPIRIS DARI TEORI AKUNTANSI POSITIF


Teori akuntansi positif sudah menghasilkan sejumlah besar riset empiris. Periset-
periset telah banyak membuktikan tiga hipotesis yang dikemukakan oleh Watt dan
Zimmerman (1986). Adapun penelitian empiris yang terkait dengan teori akuntansi positif
diantaranya :
1. Lev (1979), penelitian Lev ini memberikan gambaran mengenai kemungkinan
yang akan dilakukan oleh pihak manajer perusahaan dan juga investor
mengenai perubahan kebijakan akuntansi dari metode full costing ke metode
succesfull efforts pada perusahaan yang memproduksi minyak dan gas bumi.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Lev ini dapat digunakan untuk
mengetahui mengapa kebijakan akuntansi yang berbeda dapat diterapkan oleh
perusahaan yang berbeda, alasan mengapa manajer menolak perubahan
kebijakan akuntansi dari metode full costing ke metode succesfull efforts, dan
alasan mengapa investor bereaksi apabila terdapat perubahan kebijakan
akuntansi yang berdampak pada laba bersih perusahaan.

2
2. Healy (1985), penelitian Healy menyatakan bahwa manajer perusahaan yang
termotivasi oleh bonus yang berdasar pada income netto akan memilih untuk
menerapkan metode menerapkan kebijakan akuntansi accrual untuk dapat
memaksimalkan bonus yang akan manajer tersebut terima.
3. Jones (1991), penelitian Jones ini menggunakan sampel sebanyak 23
perusahaan dari lima industri. Enam penyelidikan import relief dengan
International Trade Commission (ITC) periode 1980 sampai dengan 1985.
Penelitian ini menemukan bahwa pihak manajer cenderung akan lebih memilih
kebijakan akuntansi yang dapat memberikan laporan income yang lebih kecil
dan cenderung untuk memilih kebijakan akuntansi accrual yang dikenal dengan
istilah discretionary accrual. Hal tersebut dilakukan pihak perusahaan adalah
untuk keringanan impor. Pemberian keringanan impor dirasa tidak adil, karena
hal tersebut dipengaruhi oleh kompetisi asing dan merupakan hasil keputusan
politik.
4. Basu (1993), berpendapat bahwa semakin konservatif akuntansinya, semakin
tinggi rating hutang perusahaan yang mengakibatkan rendahnya biaya bunga,
dengan semua hal dianggap sama. Hasil tersebut sesuai dengan kontrak hutang
yang efisien karena perusahaan menjadi semakin konservatif jika kebutuhannya
makin besar. Jika manajer berperilaku oportunistis, mereka tidak akan begitu
memperhatikan biaya bunga dan karenanya akan berusaha mengeluarkan diri
dari ancaman pelanggaran persyaratan pinjaman hutang dengan menggeser ke
pendapatan periode berjalan dari pendapatan yang akan datang.
5. Christie dan Zimmerman (1994), menyelidiki mengenai tingkat pilihan
kebijakan akuntansi yang meningkatkan pendapatan dalam sampel yang terdiri
dari perusahaan yang menjadi target pengambilalihan. Alasan mereka adalah
bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi yang oportunis sedang terjadi, pilihan
seperti ini akan lebih tak terkendali dalam perusahaan yang kemudian akan
diambil, karena manajemen yang saat itu berusaha menepis tawaran
pengambilalihan dengan memaksimalkan posisi keuangan dan laba bersih yang
dilaporkan.
6. Sweeney (1994), penelitian Sweeney ini terkait dengan perubahan metode
akuntansi yang dilakukan oleh 130 perusahaan yang melakukan pelanggaran
perjanjian kredit. Penelitian ini dilakukan pada 130 perusahaan manufaktur di
Amerika yang melakukan pelanggaran pertama kali pada debt convenant dan

3
sebagai sampel kontrol penelitian digunakan 130 perusahaan yang memiliki
ukuran dan jenis industri yang sama tetapi tidak melakukan pelanggaran debt
covenant. Perubahan metode akuntansi yang terindentifikasi adalah perubahan
depresiasi, perubahan metode LIFO, FIFO, perubahan umur ekonomis dari
aktiva perusahaan, dan perubahan dalam alokasi biaya overhead. Penelitian ini
memberikan bukti empiris bahwa pihak manajer perusahaan memberikan
respon terhadap pemilihan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba
perusahaan dalam hal menghindari pelanggaran terhadap perjanjian hutang.
7. Watts (2003), menyatakan bahwa akuntansi konservatif juga dapat berperan
dalam kontrak yang efisien. Disini berlaku hipotesis rencana bonus dimana
hipotesis tersebut menyiratkan bahwa para manajer tergoda untuk
meningkatkan estimasi–estimasi aliran kas akan datang lebih tinggi, dan
menggunakannya untuk membenarkan pencatatan pendapatan secara premature
dan penilaian aktiva terlalu tinggi, yang keduanya menggeser pendapatan dari
masa akan datang ke masa kini.

IV. PEMISAHAN OPORTUNISTIK DAN EFISIENSI KONTRAK VERSI DARI


TEORI AKUNTANSI POSITIF
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa teori akuntansi positif merupakan
teori yang memprediksi tindakan-tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer
perusahaan, serta bagaimana manajer merespon tindakan tersebut terhadap usulan standar
akuntansi yang baru. Perusahaan dalam menjalankan berbagai kontrak dengancara
menjalankan operasi perusahaan, seperti misalnya kontrak dengan karyawan (manajemen),
kontrak dengan pemasok dan kontrak dengan penyedia modal, maka dalam hal ini akan
muncul biaya kontrak yang termasuk di dalamnya, antara lain biaya negosiasi, maupun
biaya untuk mengantisipasi tekanan keuangan. Kontrak dengan menggunakan biaya yang
paling rendah disebut sebagai kontrak efisien. Manajer akan berusaha untuk menerapkan
standar akuntansi yang memberikan keuntungan maksimal bagi dirinya ataupun bagi
perusahaan.
Teori akuntansi positif berpendapat bahwa kebijakan akuntansi perusahaan akan
dipilih dalammenyelesaikanmasalahperusahaan yang memiliki perspektif yang lebih luas
untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang efisien. Sesuai dengan tiga hipotesis dari
teori akuntansi positif, yaitu bahwa adanya kebebasan bagi perusahaan untuk menerapkan
standar akuntansi menimbulkan tindakan oportunistik oleh manajer. Manajer perusahaan

4
yang diberikan kelonggaran atauwewenang untuk memilih kebijakan akuntansi, memiliki
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik di mana kebijakan yang dipilih adalah yang
memenuhi tujuan mereka sehingga mengurangi kontrak efisien.
1. Perspektif Oportunistik versi Teori Akuntansi Positif
Pada perspektif oportunistik, diasumsikan bahwa manajer akan memilih
kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan tingkat utilitas yang diharapkan
sehubungan dengan upah yang diberikan, kontrak-kontrak hutang, serta biaya-
biaya politik.
2. Perspektif Kontrak Efisien versi Teori Akuntansi Positif
Pada persepektif kontrak efisien, diasumsikan bahwa kontrak kompensasi,
sistem pengendalian internal, serta tata kelola yang baik dari perusahaan dapat
membatasi munculnya sifat oportunistik dan sebaliknya dapat memotivasi
manajer dalam memilih kebijakan akuntansi untuk mengendalikan biaya-biaya
kontrak, sehingga dapat menyeimbangkan kepentingan perusahaan dengan para
pemegang saham.
Tiga hipotesis yang dinyatakan di atas merupakan suatu bentuk oportunistik yang
mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan
harapan mereka. Hipotesis ini juga dinyatakan sebagai suatu bentuk efisiensi yang
mengasumsikan bahwa sistem pengendalian internal termasuk monitoring direktur utama,
keterbatasan kesempatan, serta motivasi manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang
dapat meminimalkan biaya kontrak. Konsekuensinya adalah sulit untuk memberitahu
apakah perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansinya telah mempertimbangkan
oportunistik atau efisiensi.
Menurut para ahli dalam studinya, seperti Subramanyam (1996) juga mendukung
dilakukannya efisiensi kontrak. Manajer yang memilih melakukan discretionary accruals
akan mempunyai kemampuan lebih dalam meningkatkan earnings untuk memprediksi
kinerja perusahaan di masa depan, serta akan meningkatkan persistensi earnings.
Subramanyam juga mengemukakan bahwa pasar merespon positif terhadap harga saham
yang berpengaruh pada meningkatnya earnings manajemen. Selanjutnya, Dechow (1994)
memberikanpendapat sehubungan dengan dua versi teori akuntansi positif. Dechow
menemukan bahwa net income memiliki hubungan signifikan terhadap return atau
pengembalian daripada aliran kas. Ketika sistem akrual memberikan makna yang relatif
luas, maka net income seharusnya berhubungan signifikan dengan return saham dan aliran
kas perusahaan akanb erada dalam keadaan steady state, di mana aliran kas dan net income

5
akan berada pada posisi yang sama. Temuan empirisnya tersebut telah menambah
dukungan terhadap teori akuntansi positif versi kontrak efisien.
Subramanyam (1996) juga mendukung dilakukannya efisiensi kontrak. Manajer
yang memilih melakukan discretionary accruals akan mempunyai kemampuan lebih dalam
meningkatkan earnings untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan, serta akan
meningkatkan persistensi earnings. Subramanyam juga mengemukakan bahwa pasar
merespon positif terhadap harga saham yang berpengaruh pada meningkatnya earnings
manajemen.

6
Referensi
Ahned Riahi dan Belkauri. 2007. Accounting Theory buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat
Januarti, I. 2004. Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif. Jurnal Akuntansi dan
Auditing (JAA), Vol.1(1), h: 83-94.
Scoot, Wiliam Robert. 2000. Financial Accounting Theory Second Edition. Ontario:
Pearson Education.
Setijaningsih, Herlin Tundjung. Teori Akuntansi Positif dan Konsekuensi Ekonomi. Jurnal
Akuntansi Universitas Tarumanagara. Jakarta. Vol. 16(03), h:427-438.

Anda mungkin juga menyukai