TA Ch. 13 KLP 13
TA Ch. 13 KLP 13
Pada dasarnya, inflasi menyebabkan informasi pada kos historis menjadi kurang
relevan apabila digunakan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, khususnya
keputusan yang berkaitan dengan investasi dan kredit. Inflasi adalah kenaikan rata-rata
harga untuk semua barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam suatu
perekonomian dalam suatu kegiatan ekonomi. Harga akan berubah seiring dengan
permintaan dan penawaran barang dan jasa. Dalam suatu sistem akuntansi yang berbasis
kos historis inflasi dapat menjadi masalah, karena inflasi dapat menimbulkan 2 masalah
besar yaitu :
1. Pertama, banyaknya pernyataan finansial yang tidak relevan secara ekonomi karena
harga-harga berubah sejak laporan keuangan dikeluarkan.
2. Kedua, sejak sejumlah laporan-laporan keuangan dikeluarkan dolar telah
dibelanjakan pada titik yang berbeda pada suatu waktu pada gilirannya meliputi
jumlah berbeda dari daya beli, mereka membedakan titik dari sejumlah daya beli
itu tidak ditambah.
Kedua kendala diatas menyebabkan aspek kualitas yaitu relevan dibawah kos
historis menjadi rusak. Dampak dari kondisi tersebut :
1. Kemungkinan nilai prediksi manfaatnya berkurang sebagai suatu hasil dari
penggunaan dan pengabungan nilai (dolar/rupiah) dari perputaran dengan daya beli
yang berbeda.
2. Penggunaan pelaporan berbasis akuntansi keuangan untuk mengukur
pertanggungjawaban jangka pendek yaitu dengan membandingkan antar laporan
keuangan perusahaan lain yang berbeda.
3. Kurangnya prinsip mendasar yang mendukung kos historis sehingga tidak
memberikan gambaran yang memadai tetang konsep pemeliharaan modal.
4. Dibawah historical costing, laba biasanya relatif ditekan kedalam suatu jumlah
yang atau dapat atau pada pemegang saham tanpa penyusutan yang seimbang pada
permulaannya terhadap aktiva bersih perusahaan.
Inflasi pernah melanda hampir setiap negara di dunia, tidak terkecuali negara maju
seperti Amerika Serikat. Indonesia pun pernah mengalami krisis besar di tahun 1997-1998
yang disebabkan oleh jatuhnya harga pasar saham di Amerika Serikat pada tahun 2008.
Krisis di Amerika Serikat ini juga berakibat pada krisis global di seluruh dunia. Inflasi
dianggap sebagai masalah terbesar akuntansi karena menyebabkan harga-harga selalu
berubah yang disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran untuk barang dan
jasa, sehingga menyebabkan dua permasalahan yang sangat mendasar pada akuntansi
keuangan yang menggunakan basis kos historis. Hal ini berimbas pada rusaknya beberapa
aspek kualitas informasi keuangan suatu entitas, terutama aspek relevan di bawah
akuntansi biaya historis.
1
John C. Burton menyatakan:
Bahwa inflasi akan menyebabkan suatu penyimpangan yang besar apabila dalam
pengukurannya menggunakan pendekatan satuan uang yang bersifat historis.
Tidaklah tepat apabila menandingkan kos historis dengan pendapatan periode
berjalan karena tidak akan memberikan prediksi rata-rata aliran arus kas bersih
jangka panjang yang baik jika berada dalam perubahan harga yang sangat cepat.
2
∑𝑖 𝑃𝑛𝑖 × 𝑄𝑜𝑖
𝐼𝑛 = 100 ×
∑𝑖 𝑃𝑜𝑖 × 𝑄𝑜𝑖
Keterangan:
In = Angka indeks harga untuk tahun n
Pni = Harga pada periode n untuk komoditi i
Poi = Harga pada periode o (periode dasar) untuk komoditi i
Qoi = Kuantitas terjual pada periode o untuk komoditi i
∑i = Jumlah seluruh item
3
Dari kombinasi-kombinasi penilaian di atas menghasilkan beberapa gambaran
keputusan yaitu:
Aset dimiliki untuk digunakan sepanjang PV > NRV (situasi 3, 4, dan 5). Aset
lainnya menunjukkan perbandingan nilai dimana NRV > PV (situasi 1, 2, 6), maka
aset tersebut harus dijual.
Apabila NRV > EV, aset dapat dijual atau tetap digunakan.
Situasi 1, 2, dan 6 dimana penjualan kembali dapat diaplikasikan pada persediaan.
Perkalian antar nilai diperlukan maka digunakan deprival value dengan
menentukan nilai tertinggi antara PV dan NVP.
Jika menggunakan banyak penilaian, dapat terjadi deprival value yang lebih besar
dari PV dan NRV.
Nilai EV yang lebih rendah dibandingkan NRV dan PV juga akan membuat
penghalang nilai.
Masalah Pengukuran
Pengukuran nilai beli saat ini sangat sulit ditaksirkan, maka pengukuran langsung
lebih digunakan karena lebih menggambarkan yang sebenarnya serta dapat diverifikasi dan
biasanya lebih murah dibandingkan pengukuran tidak langsung.Selain itu pengukuran
langsung juga mampu mengukur persediaan barang diperoleh dari harga barang di pasar
normal.Sedangkan depresiasi aset tetap menggunakan pengukuran tidak langsung.
4
dengan mengukur daya beli pos moneter dalam suatu perusahaan dan membandingkannya
dengan jumlah sebenarnya pos moneter bersih.
Kondisi Kondisi Ekonomi
Perusahaan Inflasi Deflasi
Aktiva Bersih Kerugian Daya Beli Keuntungan Daya Beli
Kewajiban Bersih Keuntungan Daya Beli Kerugian Daya Beli
Gearing Adjusment
Berhubungan dengan keuntungan atas aset yang digunakan di Inggris sebagai
bagian dari mekanisme akuntansi inflasi negara tersebut. FASB menjelaskan perusahaan
diharapkan melaporkan informasi tambahan dengan kedua pengukuran fundamental, yaitu
1. Penyesuaian tingkat harga umum (general price level adjustment) dan
2. Biaya pengganti (replacement cost).
Keduanya pengukuran fundamental tersebut digunakan untuk pemeliharaan
keuntungan (holding gains) terpisah ke dalam posisi moneter dan posisi yang nyata.
5
Penyesuaian Tingkat Harga Umum (General Price-Level Adjustment/ GPLA)
Tambahan satu point yang ditambahkankedalam diskusi yaitu GPLA. Fokus
perhatian terletak pada pemeliharaan modal.Biaya historis mengukur pemeliharaan modal
disesuaikan dalam hal ini yaitu dolar. GPLA berjalan satu langkah lebih cepat: dimana
pemeliharaan modal diukur dalam hal penyesuaian tingkat harga umum dolar (GPLA-
dollars).
Kelebihan
1. Menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan.
2. Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antara periode.
3. Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara
lebih baik.
4. Memperbaiki kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka
laporan keuangan yang disesuaikan.
Kekurangan
1. Inflasi terjadi untuk barang dan perusahan berbeda
2. GPLA tidak bermakna bagi perusahaan.
3. Tidak menggambarkan arus kas walaupun angka yang disesuaikan
4. Rasio yang digunakan adalah indikator Mentah.
6
Pendapatan Daya Produktif (earning power income/ EPI)
Pemeliharaan keuntungan pendapatan (income holding gains) muncul selama tahun
yang bersangkutan.Hal ini berhubungan dengan teori persamaan residu karena prediksi
dianggap tidak digunakan pada peningkatan keuntungan nyata selama beberapa tahun.
SFAS No. 82
SFAS No. 82 yang diterbit diakhir tahun 1984, untuk menghapus pengungkapan
pendapatan dolar konstan yang sebelumnya diharuskan dalam SFAS No. 33. Informasi
yang disajikan membuat pengguna bingung dan merupakan penyebab dari overload
informasi, karena kesamaan pengungkapan pendapatan biaya.
SFAS No. 89
SFAS No. 89 tidak lagi mewajibkan (to require) pengungkapan pengaruh
perubahan harga sebagai informasi pelengkap tetapi sangat menganjurkan (to encourage)
pengungkapan tersebut. SFAS No. 89 terbit hanya dengan tiga sampai empat dukungan.
Dimana David Mosso mempercayai bahwa isu terkait perubahan harga umum dan harga
spesifik adalah masalah utama yang akan dihadapi oleh FASB. Hal tersebut melawan
pernyataan dari SFAS No. 33. Hal serupa juga diungkapkan oleh Raymond Lauver. Robert
Swieringa juga sependapat dengan Mosso dan Lauver yang juga melihat adanya
kekurangan sistem dan data berkelanjutan, khususnya terkait biaya tetap dari pemasangan
dan penetapan data biaya saat ini.
8
VI. MASALAH KHUSUS DALAM PENGUKURAN DAN PENILAIAN
Ilmu pengetahuan saat ini masih terlalu dangkal untuk menghadapi perubahan
harga dan inflasi. Sehingga perlu diteliti dua permasalahan yaitu:
1. Penilaian saat ini dari aset tetap yang setengah usang.
2. Hutang jangka panjang dalam pengukuran kerugian dan keuntungan daya beli.
9
Referensi
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, James L. Dodd. 2001. Accounting Theory “A
Conceptual and Institutional Approach” Fifth Edition. USA: South-Western
College Publishing.
10