Anda di halaman 1dari 11

PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK

INFLASI DAN PERUBAHAN HARGA

Pada dasarnya, inflasi menyebabkan informasi pada kos historis menjadi kurang
relevan apabila digunakan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, khususnya
keputusan yang berkaitan dengan investasi dan kredit. Inflasi adalah kenaikan rata-rata
harga untuk semua barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam suatu
perekonomian dalam suatu kegiatan ekonomi. Harga akan berubah seiring dengan
permintaan dan penawaran barang dan jasa. Dalam suatu sistem akuntansi yang berbasis
kos historis inflasi dapat menjadi masalah, karena inflasi dapat menimbulkan 2 masalah
besar yaitu :
1. Pertama, banyaknya pernyataan finansial yang tidak relevan secara ekonomi karena
harga-harga berubah sejak laporan keuangan dikeluarkan.
2. Kedua, sejak sejumlah laporan-laporan keuangan dikeluarkan dolar telah
dibelanjakan pada titik yang berbeda pada suatu waktu pada gilirannya meliputi
jumlah berbeda dari daya beli, mereka membedakan titik dari sejumlah daya beli
itu tidak ditambah.
Kedua kendala diatas menyebabkan aspek kualitas yaitu relevan dibawah kos
historis menjadi rusak. Dampak dari kondisi tersebut :
1. Kemungkinan nilai prediksi manfaatnya berkurang sebagai suatu hasil dari
penggunaan dan pengabungan nilai (dolar/rupiah) dari perputaran dengan daya beli
yang berbeda.
2. Penggunaan pelaporan berbasis akuntansi keuangan untuk mengukur
pertanggungjawaban jangka pendek yaitu dengan membandingkan antar laporan
keuangan perusahaan lain yang berbeda.
3. Kurangnya prinsip mendasar yang mendukung kos historis sehingga tidak
memberikan gambaran yang memadai tetang konsep pemeliharaan modal.
4. Dibawah historical costing, laba biasanya relatif ditekan kedalam suatu jumlah
yang atau dapat atau pada pemegang saham tanpa penyusutan yang seimbang pada
permulaannya terhadap aktiva bersih perusahaan.
Inflasi pernah melanda hampir setiap negara di dunia, tidak terkecuali negara maju
seperti Amerika Serikat. Indonesia pun pernah mengalami krisis besar di tahun 1997-1998
yang disebabkan oleh jatuhnya harga pasar saham di Amerika Serikat pada tahun 2008.
Krisis di Amerika Serikat ini juga berakibat pada krisis global di seluruh dunia. Inflasi
dianggap sebagai masalah terbesar akuntansi karena menyebabkan harga-harga selalu
berubah yang disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran untuk barang dan
jasa, sehingga menyebabkan dua permasalahan yang sangat mendasar pada akuntansi
keuangan yang menggunakan basis kos historis. Hal ini berimbas pada rusaknya beberapa
aspek kualitas informasi keuangan suatu entitas, terutama aspek relevan di bawah
akuntansi biaya historis.

I. SEJARAH AKUNTANSI TENTANG PENGARUH PERUBAHAN HARGA DI


AMERIKA SERIKAT SEBELUM SFAS NO. 33
 Tahun 1920, beberapa perusahaan menyajikan kembali laporan keuangan mereka
sebagai akibat perubahan harga.
 Pertengahan tahun 1930-an, AAA dan AICPA mendukung igunakannya kos historis.
AAA berpendapat bahwa akuntansi bukanlah suatu proses penilaian, namun
merupakan alokasi dari kos historis dan pendapatan pada periode saat itu dan
seterusnya
 Awal tahun 1951, AAA mengeluarkan Suplementary Statement No. 2, tentang
“Perubahan Tingkat Harga dan Laporan Keuangan”. Laporan keuangan seharusnya
dinyatakan dalam satuan daya beli umum sebagai tambahan untuk laporan yang
berbasis kos historis.
 Tahun 1961, diperkuat lagi oleh ARS No. 6 dan APB Statement No. 3 yang
dikeluarkan AICPA, mendukung laporan penyesuaian tingkat harga umum.
 Konsep ini kembali diperkuat oleh Komite Trueblood yang menegaskan kembali
pentingnya pengakuan atas perubahan harga dalam laporan keuangan.
 Akan tetapi, SEC memiliki pandangan yang berbeda. Pihaknya melarang penyajian
laporan keuangan selain dengan kos historis. SEC meminta adanya pengungkapan
mengenai informasi kos pengganti yang mencerminkan efek karena penggantian aset
baru yang lebih efisien, dan produktif.
 Selama 40 tahun, perubahan tingkat harga dan laporan keuangan terus menggunakan
kos historis tanpa ada keinginan untuk mengganti sistem pengukuran menjadi kos
sekarang. Alasannya, pengukuran menggunakan kos sekarang lebih sulit karena
melibatkan informasi pasar seperti harga indeks.
 Namun sekarang, pendekatan mulai bergeser pada kos sekarang seiring dengan
dikeluarkannya ASR 190 oleh SEC.

1
John C. Burton menyatakan:
Bahwa inflasi akan menyebabkan suatu penyimpangan yang besar apabila dalam
pengukurannya menggunakan pendekatan satuan uang yang bersifat historis.
Tidaklah tepat apabila menandingkan kos historis dengan pendapatan periode
berjalan karena tidak akan memberikan prediksi rata-rata aliran arus kas bersih
jangka panjang yang baik jika berada dalam perubahan harga yang sangat cepat.

Pengaruh perubahan tingkat harga dalam laporan keuangan memiliki


perkembangan yang bisa dikatakan cukup revolusioner. AAA, AICPA dan FASB meminta
entitas untuk cenderung hati-hati dalam memperlakukan price-level, dengan dasar
pertimbangan sebagai berikut:
1. Metodologi yang dapat digunakan untuk mengubah kos historis dalam unit mata
uang lebih mudah untuk dilakukan apabila dibandingkan dengan pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan kos saat ini.
2. Penggunaan mata uang hanya menyangkut satu indeks internal seperti consumer
price index melalui kos historis.

II. KONSEPSI INDEK-INDEK HARGA


Indeks harga merupakan susunan rata-rata dari harga barang dan jasa pada saat ini,
yang dibangun untuk dapat mengukur perubahan dalam tingkat harga yang terjadi pada
suatu periode tertentu, serta bertujuan untuk menentukan seberapa besar perubahan yang
terjadi. Pembangunan indeks harga dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu:
a. Pembangunan indeks harga secara sempit, atau disebut juga dengan indeks harga
khusus, di mana indeks harga dibangun untuk menyatukan perubahan tingkat harga
yang terjadi pada suatu segmen perekonomian. Misalnya saja, barang modal yang
digunakan pada sektor industri.
b. Indeks harga umum, di mana pembangunan indeks harga dilakukan dengan
mengkonstruksi keseluruhan tingkat harga pada barang dan jasa dalam aktivitas
perekonomian.
Terdapat dua metode untuk menentukan indeks harga, yaitu dengan menggunakan
indeks Laspeyres dan indeks Paasche. Pada indeks Laspeyres hanya menggunakan
kuantitas sebagai tahun dasar, padahal perhitungannya cenderung lebih teoretis. Sedangkan
pada indeks Paasche menggunakan kuantitas tahun sekarang dengan memasukkan
pengeluaran ke dalam barang dan komoditi, sehingga relatif lebih murah. Rumus untuk
indeks Laspeyres yaitu:

2
∑𝑖 𝑃𝑛𝑖 × 𝑄𝑜𝑖
𝐼𝑛 = 100 ×
∑𝑖 𝑃𝑜𝑖 × 𝑄𝑜𝑖
Keterangan:
In = Angka indeks harga untuk tahun n
Pni = Harga pada periode n untuk komoditi i
Poi = Harga pada periode o (periode dasar) untuk komoditi i
Qoi = Kuantitas terjual pada periode o untuk komoditi i
∑i = Jumlah seluruh item

Sedangkan rumus untuk indeks Paasche yaitu:


∑𝑖 𝑃𝑛𝑖 × 𝑄𝑛𝑖
𝐼𝑛 = 100 ×
∑𝑖 𝑃𝑜𝑖 × 𝑄𝑛𝑖
Keterangan:
Qni = Kuantitas yang terjual pada periode n untuk komoditas i

III. GAMBARAN UMUM MENGENAI AKUNTANSI INFLASI


Penyesuaian daya beli umum dengan nilai sekarang sangat ditekankan mengenai
akuntansi inflasi. Menyesuaikan tingkat harga umum dengan perubahan kemampuan daya
beli untuk unit moneter dalam satuan waktu atas keseluruhan barang dan jasa yang
diproduksi. Penyesuaian inidihitung menggunakan indeks harga umum, sedangkan
penilaian sekarang (current cost) yang menjelaskan usaha dalam mendapat harga pada
periode tertentu atas aktiva, kewajiban, biaya, dan pendapatan. Terdapat dua tipe penilaian
sekarang, antara lain :

Nilai Beli (entry value)


Nilai yang digunakan perusahaan serta dijelaskan oleh harga pengganti. Sehingga
mampu memahami penggunaan nilai beli. Terdapat tiga jenis penilaian yaitu :
(1) PV (nilai sekarang dari perputaran arus kas masa depan yang dipengaruhi oleh
aset),
(2) EV (nilai beli atau harga penggant),
(3) NRV ( nilai jual atau nilai bersih yang direalisasi).
Kombinasi yang mungkin terjadi diantara ketiga jenis penilaian tersebut adalah:
(1) NRV>PV>EV (4) PV >NRV>EV
(2) NRV>EV>PV (5) EV>PV>NRV
(3) PV>EV>NRV (6) EV>NRV>PV

3
Dari kombinasi-kombinasi penilaian di atas menghasilkan beberapa gambaran
keputusan yaitu:
 Aset dimiliki untuk digunakan sepanjang PV > NRV (situasi 3, 4, dan 5). Aset
lainnya menunjukkan perbandingan nilai dimana NRV > PV (situasi 1, 2, 6), maka
aset tersebut harus dijual.
 Apabila NRV > EV, aset dapat dijual atau tetap digunakan.
 Situasi 1, 2, dan 6 dimana penjualan kembali dapat diaplikasikan pada persediaan.
 Perkalian antar nilai diperlukan maka digunakan deprival value dengan
menentukan nilai tertinggi antara PV dan NVP.
 Jika menggunakan banyak penilaian, dapat terjadi deprival value yang lebih besar
dari PV dan NRV.
 Nilai EV yang lebih rendah dibandingkan NRV dan PV juga akan membuat
penghalang nilai.

Masalah Pengukuran
Pengukuran nilai beli saat ini sangat sulit ditaksirkan, maka pengukuran langsung
lebih digunakan karena lebih menggambarkan yang sebenarnya serta dapat diverifikasi dan
biasanya lebih murah dibandingkan pengukuran tidak langsung.Selain itu pengukuran
langsung juga mampu mengukur persediaan barang diperoleh dari harga barang di pasar
normal.Sedangkan depresiasi aset tetap menggunakan pengukuran tidak langsung.

Nilai Tukar (exit value)


Nilai yang dapat berubah konstanserta mampumenunjukkan harga jual yang
diperoleh saat penjualan aset perusahaan dari proses likuidasi tetapi dalam situasinya
perusahaan tetap meneruskan operasinya. Neraca dijadikan laporan keuangan utama jika
menggunakan nilai tukar, sedangkan laporan laba rugi digunakan untuk meningkatkan
kemampuan perusahaan bersumber dari operasi suatu periode.

Keuntungan dan Kerugian dari Kemampuan Daya Beli


Ini terjadi akibat memiliki aset atau kewajiban moneter bersih saat tingkat harga
berubah. Aset moneter dan kewajiban termasuk kas, aset lainnya dan kewajiban lainnya,
seperti piutang dan utang. Keuntungan dan kerugian kemampuan daya beli ditentukan

4
dengan mengukur daya beli pos moneter dalam suatu perusahaan dan membandingkannya
dengan jumlah sebenarnya pos moneter bersih.
Kondisi Kondisi Ekonomi
Perusahaan Inflasi Deflasi
Aktiva Bersih Kerugian Daya Beli Keuntungan Daya Beli
Kewajiban Bersih Keuntungan Daya Beli Kerugian Daya Beli

Memelihara Keuntungan dan Kerugian (holding gains and losses)


Pemeliharaan keuntungan dan kerugian aset riildibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Pemeliharaan keuntungan dan kerugian moneter (monetary holding gains and
losses), timbul dengan murni akibat perubahan tingkat harga umum satu periode.
2. Pemeliharaan keuntungan dan kerugian nyata (real holding gains and losses),
perbedaan jumlah penyesuaian tingkat harga umum (general price level adjusted)
dengan nilai saat ini.
Pemeliharaan tersebut merupakan bentuk penyesuaian modal (capital adjustment)
dan bukan merupakan pendapatan (income). Disposisi pada keuntungan dan kerugian yang
nyata sangat penting dalam penentuan pendapatan.

Gearing Adjusment
Berhubungan dengan keuntungan atas aset yang digunakan di Inggris sebagai
bagian dari mekanisme akuntansi inflasi negara tersebut. FASB menjelaskan perusahaan
diharapkan melaporkan informasi tambahan dengan kedua pengukuran fundamental, yaitu
1. Penyesuaian tingkat harga umum (general price level adjustment) dan
2. Biaya pengganti (replacement cost).
Keduanya pengukuran fundamental tersebut digunakan untuk pemeliharaan
keuntungan (holding gains) terpisah ke dalam posisi moneter dan posisi yang nyata.

IV. SISTEM PENGUKURAN PEDAPATAN


Laporan laba rugi dan laporan perubahan posisi keuangan yang digunakan dengan
pendekatan teori problem inflasi yang berbeda.
1. Laporan laba rugi menyebabkan banyak isu teoritik yang signifikan,
2. Laporan posisi keuangan untuk penyesuaian tingkat harga umum dan penilaian
sekarang dengan tujuan pemeliharaan modal.

5
Penyesuaian Tingkat Harga Umum (General Price-Level Adjustment/ GPLA)
Tambahan satu point yang ditambahkankedalam diskusi yaitu GPLA. Fokus
perhatian terletak pada pemeliharaan modal.Biaya historis mengukur pemeliharaan modal
disesuaikan dalam hal ini yaitu dolar. GPLA berjalan satu langkah lebih cepat: dimana
pemeliharaan modal diukur dalam hal penyesuaian tingkat harga umum dolar (GPLA-
dollars).
 Kelebihan
1. Menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan.
2. Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antara periode.
3. Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara
lebih baik.
4. Memperbaiki kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka
laporan keuangan yang disesuaikan.
 Kekurangan
1. Inflasi terjadi untuk barang dan perusahan berbeda
2. GPLA tidak bermakna bagi perusahaan.
3. Tidak menggambarkan arus kas walaupun angka yang disesuaikan
4. Rasio yang digunakan adalah indikator Mentah.

Pendekatan Nilai Saat Ini


Terdapat tiga pendekatan nilai saat ini dalam menunjukkan pendapatan operasional
saat ini. Oleh karena itu, pendapatan operasional harus memiliki relevansi yang berlaku
bagi pengguna dari sudut pandang akuntabilitas dan kemampuan prediktif.
 Pendapatan Distribusi (distributable income/ DI)
Keuntungan modal bergantung dari penyesuaian modal, dimana elemennya berupa
ekuitas pemilik.Kemampuan daya beli keuntungan dihitung memakai indeks tipe Paasche
untuk mengukur perubahan biaya pengganti operasi aset yang dipakai oleh perusahaan.
 Pendapatan Realisasi (realized income/ RI)
Komponen realisasi dari pemeliharaan keuntungan berdasarkan pendapatan.Hasil
pengukuran pemeliharaan modalnya hampir sama dengan penyesuaian tingkat harga
umum.

6
 Pendapatan Daya Produktif (earning power income/ EPI)
Pemeliharaan keuntungan pendapatan (income holding gains) muncul selama tahun
yang bersangkutan.Hal ini berhubungan dengan teori persamaan residu karena prediksi
dianggap tidak digunakan pada peningkatan keuntungan nyata selama beberapa tahun.

Masalah Pemeliharaan Modal


Mengacu pada bukti pemeliharaan modal GPLA dan RI mengukur pemeliharaan
modal keuangan dalam dolar yang disesuaikan dengan perubahan daya beli umum,
sedangkan DI menggunakan pengukuran pemeliharaan modal fisik. Pengukuran dalam
dolar merupakan mata uang yang dipakai daya beli umum, terutama jika index harga
konsumen digunakan, akan lebih banyak diterapkan bagi investor (pemilik) daripada
perusahaan itu sendiri. Sehingga pemeliharaan modal keuangan lebih kearah teori
kepemilikan. Pemeliharaan modal fisik lebih ambigu dibandingkan dengan pemeliharaan
modal keuangan, karena pengukuran dalam dolar dimaksudkan untuk melihat
produktivitas modal di perusahaan tidak mudah dilakukan. Menurut Carsberg, modal fisik
dapat diartikan:
1. Pemeliharaan jumlah fisik dari aset operasi nonmoneter.
2. Pemeliharaan aset nonmoneter untuk memastikan barang dan jasa tetap diproduksi
dengan jumlah yang sama.
3. Pemeliharaan asset operasi nonmoneter dan moneter penting untuk produksi barang
dan jasa dalam jumlah tetap.
Masalah lain terkait pemeliharaan modal fisik adalah perusahaan yang memiliki
usaha baru membutuhkan total investasi yang sama sekali berbeda, dalam bentuk tanah
dan perlengkapan yang saat ini pengukurannya menggunakan modal fisik.

V. KETETUAN SFAS NO. 33 DAN PENOLAKAN DALAM SFAS NO. 82 DAN 89


FASB memutuskan untuk tetap memakai biaya historis nominal sebagai dasar
laporan keuangan. SFAS No. 33 secara spesifik menjelaskan pengaruh perubahan harga
seharusnya disajikan sebagai informasi tambahan dalam laporan tahunan. FASB
menyimpulkan perusahaan seharusnya melaporkan informasi tambahan selain informasi
utama dengan pendekatan pengukuran yang berbeda. Menurut SFAS No. 33 perusahaan
publik diartikan sebagai berikut:
1. Pemilik kewajiban atau sekuritas ekuitas yang diperdagangkan dalam sebuah pasar
umum di bursa saham domestik atau dalam pasar di luar domestik.
7
2. Diwajibkan untuk mengajukan laporan keuangan kepada sekuritas dan SEC.
Selama pelaporan dolar konstan, SFAS mensyaratkan pengungkapan atas:
1. Informasi pendapatan dan operasi selanjutnya selama pajak tahunan beredar
berbasis kos historis atau dolar konstan.
2. Keuntungan atau kerugian daya beli atas nilai moneter bersih untuk pajak tahunan.
Mengenai nilai sekarang, hal yang perlu diungkapkan selanjutnya adalah:
1. Informasi pendapatan dari operasi berkelanjutan untuk peredaran pajak tahunan
berdasarkan basis biaya sekarang.
2. Jumlah dari biaya sekarang dari persediaan properti, tanah dan perlengkapan di
akhir peredaran pajak tahunan.
3. Peningkatan atau penurunan untuk peredaran pajak tahunan dalam harga sekarang
sejumlah nilai persediaan properti, tanah dan kepemilikan pada saat inflasi.
SFAS No. 33 akhinya gagal dengan beberapa alasan yaitu adanya penurunan drasti
inflasi selama awal tahun 1980an dan masalah pengukuran yang digunakan, pertanyaan
tentang pengertian dan penggunaan untuk tujuan prediktif.

SFAS No. 82
SFAS No. 82 yang diterbit diakhir tahun 1984, untuk menghapus pengungkapan
pendapatan dolar konstan yang sebelumnya diharuskan dalam SFAS No. 33. Informasi
yang disajikan membuat pengguna bingung dan merupakan penyebab dari overload
informasi, karena kesamaan pengungkapan pendapatan biaya.

SFAS No. 89
SFAS No. 89 tidak lagi mewajibkan (to require) pengungkapan pengaruh
perubahan harga sebagai informasi pelengkap tetapi sangat menganjurkan (to encourage)
pengungkapan tersebut. SFAS No. 89 terbit hanya dengan tiga sampai empat dukungan.
Dimana David Mosso mempercayai bahwa isu terkait perubahan harga umum dan harga
spesifik adalah masalah utama yang akan dihadapi oleh FASB. Hal tersebut melawan
pernyataan dari SFAS No. 33. Hal serupa juga diungkapkan oleh Raymond Lauver. Robert
Swieringa juga sependapat dengan Mosso dan Lauver yang juga melihat adanya
kekurangan sistem dan data berkelanjutan, khususnya terkait biaya tetap dari pemasangan
dan penetapan data biaya saat ini.

8
VI. MASALAH KHUSUS DALAM PENGUKURAN DAN PENILAIAN
Ilmu pengetahuan saat ini masih terlalu dangkal untuk menghadapi perubahan
harga dan inflasi. Sehingga perlu diteliti dua permasalahan yaitu:
1. Penilaian saat ini dari aset tetap yang setengah usang.
2. Hutang jangka panjang dalam pengukuran kerugian dan keuntungan daya beli.

Penyusutan dan Keusangan Teknologi Secara Parsial


Pengukuran langsung dari penggunaan nilai aset tetap tidak dapat dipakai untuk
kebanyakan aset tetap. Penilaian sekarang dari aset tetap dan penyusutannya menjadi sulit
ketika adanya keusangan teknologi. Keusangan teknologi dikarenakan adanya
pengembangan terhadap mesin baru, perlengkapan dan perangkat keras yang menyediakan
jasa produksi yang serupa dengan aset yang lama namun dengan biaya lebih rendah. Kasus
yang terjadi belakangan ini adalah keusangan aset secara parsial.

Keuntungan Daya Beli Dalam Hutang Jangka Panjang


Biasanya asumsi bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan dalam utang
jangka panjang selama inflasi karena surat perjanjian utang akan dibayar kembali dengan
dolar lebih murah menjadi pertanyaan yang serius. Pemegang obligasi memahami jika
inflasi terus terjadi, maka pembayaran kembali oleh pihak perusahaan akan memberikan
daya beli yang lebih kecil dibandingkan dengan dolar yang sesungguhnya dipinjamkan
pada perusahaan. Terdapat dua komponen suku bunga yaitu:
1. Pengembalian kembali dengan rate bebas resiko ditambah resiko pemegang
obligasi.
2. Penyesuaian elemen tambahan terhadap tingkat inflasi yang diharapkan selama
periode utang.
Sehingga hal ini akan menghasilkan laba, jika tingkat inflasi yang tejadi lebih
tinggi dari pada tingkat bunga antisipasi. Pada kenyataannya, hampir tidak mungkin
membedakan tingkat bunga antisipasi dan nonantisipasi saat terjadi inflasi.

9
Referensi
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, James L. Dodd. 2001. Accounting Theory “A
Conceptual and Institutional Approach” Fifth Edition. USA: South-Western
College Publishing.

10

Anda mungkin juga menyukai