Bukti:
Misalkan S = { a -xb x suatu bilangan bulat; a – xb≥0}. Pertama-tama akan
ditunjukkan S tidak kosong. Jelaslah S memuat bilangan bulat non-negatif. Karena 𝑏 ≥
1 maka|𝑎|𝑏 ≥ |𝑎|, juga𝑎 − (−|𝑎|)𝑏 = 𝑎 + |𝑎|𝑏 ≥ 𝑎 + |𝑎| ≥0. Untuk x =−|𝑎|, 𝑎 − 𝑥𝑏
terletak pada S. dengan demikian S tidak kosong.
Jika a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0, maka ada bilangan bulat yang unik q dan r
sehingga a = qb + r dengan dengan 0 ≤ 𝑟 < |𝑏|
Pembuktian ini cukup untuk 𝑏 < 0, sebab untuk 𝑏 > 0 telah dibuktikan
sebelumnya.
Jika b < 0, maka b > 0, berdasarkan teorema 1.3 di atas ada q’ dan r yang unik
sehingga a = q’ b + r dengan 0 r < b .
Sebagai catatan bahwa b = -b, dapat dipilih q = -q’, hingga diperoleh a = qb + r
dengan 0 r < b .
Contoh 1
Misalkan a bilangan bulat dengan a 1 .
Tunjukkan bahwa a(a2 +2)/3 adalah sebuah bilangan bulat.
Bukti:
Menurut algoritma pembagian, setiap bilangan bulat a dapat diklasifikasikan ke
dalam bentuk 3q, 3q + 1, atau 3q + 2
a(a 2 2) 3q(9q 2 2) 2
Jika a = 3q, maka q(9q 2)
3 3
2
a(a 2) (3q 1)((3q 1)2 2)
Jika a = 3q + 1, maka (3q 1)(3q 2 2q 1)
3 3
Sedangkan jika a = 3q +2, maka
a(a 2 2) (3q 2)((3q 2)2 2)
(3q 2)(3q2 4q 2)
3 3
Dengan demikian untuk semua kasus telah dibuktikan bahwa setiap bilangan bulat a ≥ 1
ekspresi a(a2 +2)/3 adalah bilangan bulat.
2. The Greatest Common Divisor (Gcd) And The Euclidean Algorithm (Pembagi Yang
Terbesar)
Jika a dan b sembarang bilangan bulat dan d bilangan bulat yang memenuhi sifat
d|a dan d|b, maka d disebut pembagi persekutuan dari a dan b. Nilai terbesar dari d disebut
pembagi persekutuan terbesar Greater Common Divisor (GCD) dan ditulis dengan GCD
(a, b), misal : GCD (8, 12) = 4.
Diberikan dua bilangan bulat a dan b dengan a > b > 0, maka GCD (a, b) bisa dicari
dengan mengulang algoritma pembagian.
b = q2 r1 + r2 0 < r2 < r1
r1 = q3 r2 + r3 0 < r3 < r2
rn-1 = qn+1 rn + 0
maka rn , sisa terakhir dari pembagian di atas yang bukan nol merupakan GCD (a, b).
Contoh Soal 7
Penyelesaian :
304 = 1 X 296 + 8
296 = 37 X 8 + 0
Jika GCD (a, b) = c maka ada bilangan bulat m dan n sehingga am + bn = c. Mencari m
dan n digunakan AlgoritmaEuclede.
Seperti pada contoh soal 7 di dapat bahwa GCD (4840, 1512) = 8, maka ada bilangan
bulat m dan n segingga 4840m + 1512n = 8. Mencari m dan n dimulai dari baris kedua dari
bawah pada Algoritma EucledeI.
8 = 304 – 296
Contoh soal 8
c = mac + nbc
c = mac + nak
Contoh soal 9
Jika GCD (a, m) = GCD (b, m) = 1, maka buktikan bahwa GCD (ab, m) = 1.
Bukti :
1 = ax0 + my0
= bx1 + my1
= 1 – m (y1 + y0 – my0y1)
Suku banyak adalah suatu bentuk yang memuat variabel berpangkat. Suku banyak
dalam x berderajat n dinyatakan dengan:
Dengan syarat: n bagian dari bilangan cacah dan an, an – 1, … , a0 disebut koefisien-
koefisien suku banyak, a0 disebut suku tetap dan an ≠ 0
Contoh
1) 6×3 – 3×2 + 4x – 8 adalah suku banyak berderajat 3, dengan koefisien x3 adalah
6,koefisien x2 adalah –3, koefisien x adalah 4, dan suku tetapnya –8.
2) 2×2 – 5x + 4 – 7/x adalah bukan suku banyak karena memuat pangkat negatif yaitu
7/x atau
7x–1 dengan pangkat –1 bukan anggota bilangan cacah.
f(3) = 2 . 33 + 4 . 32 – 18
= 2 . 27 + 4 . 9 – 18
= 54 + 36 – 18
f(3) = 72
Jadi, nilai suku banyak f(x) untuk x = 3 adalah 72.
2. f(x) = x4 + 3×3 – x2 + 7x + 25
f(–4) = (–4)4 + 3⋅ (–4)3 – (–4)2 + 7 ⋅ (–4) + 25
= 256 – 192 – 16 – 28 + 25
f(–4) = 45
Jadi, nilai suku banyak f(x) untuk x = –4 adalah 45.
2) Cara Horner/bangun/skema/sintetik
Misalkan suku banyak f(x) = ax3 + bx2 + cx + d. Jika akan ditentukan nilai suku
banyak x = k, maka:
f(x) = ax3 + bx2 + cx + d
f(x) = (ax2 + bx + c)x + d
f(x) = ((ax + b)x + c)x + d
Sehingga f(k) = ((ak + b)k + c)k + d.
Bentuk tersebut dapat disajikan dalam bentuk skema berikut ini.
Agar lebih memahami tentang cara Horner, pelajarilah contoh soal berikut.
Contoh soal
Hitunglah nilai suku banyak untuk nilai x yang diberikan berikut ini.
1. f(x) = x3 + 2×2 + 3x – 4 untuk x = 5
2. f(x) = 2×3 – 3×2 + 9x + 12 untuk x = ½
Penyelesaian :
INGAT !!!
• Masing-masing koefisien x disusun dari pangkat terbesar sampai terkecil
(perpangkatan x yang tidak ada, ditulis 0).
• Tanda panah pada skema berarti mengalikan dengan k, kemudian dijumlahkan
dengan koefisien yang berada di atasnya.
Jika kita bandingkan hasil di atas dengan pembagian cara susun, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. ak3 + bk2 + ck + d merupakan hasil bagi.
b. a, ak + b, dan ak2 + bk + c merupakan koefisien hasil bagi berderajat 2.
Dengan demikian, menentukan nilai suku banyak dengan cara Horner dapat juga
digunakan untuk menentukan hasil bagi dan sisa pembagian dengan pembagi (x – k).
Berdasarkan uraian yang telah kita pelajari maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
Perhatikan contoh soal berikut ini untuk memahami cara menentukan derajat hasil bagi
dan sisa pembagian suku banyak.
Contoh soal:
Tentukanlah derajat dari hasil bagi dan sisa pembagian suku banyak berikut.
2×3 + 4×2 – 18 dibagi x – 3.
Penyelesaian
2×3 + 4×2 – 18 dibagi x – 3.
a. Dengan cara susun
Dari penyelesaian tersebut diperoleh 2×2 + 10x + 30 sebagai hasil bagi berderajat 2 dan
72 sebagai sisa pembagian.
x – (- b/a ). Berarti, nilai k = – b/a , sehingga pada pembagian suku banyak f(x) tersebut
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut.
Suku banyak f(x) dibagi (ax + b) menghasilkan ( (h (x))/a ). a sebagai hasil bagi dan f (-
b/a ) sebagai sisa pembagian, sehingga f(x) = (ax + b) . ( (h (x))/a ) + f (- b/a )
f(x) = ( x – ½ )(2×2 + 2x + 6) + 2
= (( 2x-1 ))/2 (2×2 + 2x + 6) + 2
= (2x – 1)(x2 + x + 3) + 2
Jadi, (x2 + x + 3) merupakan hasil bagi dan 2 merupakan sisa pembagian.
1) f(x) dibagi (ax – p1), sedemikian hingga f(x) = (ax – p1) . h1(x) + f (p1/a ), di mana
h1(x) = (h (x))/a
2) h(x) dibagi (x – p2), sedemikian hingga h1(x) = (x – p2) ⋅ h2(x) + h1(p2).
Agar kamu memahami pembagian suku banyak oleh bentuk kuadrat, pelajarilah contoh
soal berikut.
Contoh soal
Tentukanlah hasil bagi dan sisa pembagian jika:
3×4 + 4×3 – 5×2 – 2x + 5 dibagi (x2 + 2x + 3)
Penyelesaian
1. 3×4 + 4×3 – 5×2 – 2x + 5 dibagi (x2 + 2x + 3)
Karena x2 + 2x + 3 tidak dapat difaktorkan, maka dilakukan pembagian biasa
(cara susun).
Pembagian suku banyak hampir sama dengan pembagian bilangan. Ketika kita
membagi 46 dengan 5, hasil baginya adalah 9 dan sisanya adalah 1.
Untuk membagi suku banyak, kita gunakan pembagian bersusun yang dijelaskan
sebagai berikut.
4. Different Base Number Systems (Sistem Bilangan Dengan Basis Yang Berbeda)
System bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari
suatu item fisik. Sistem bilanan yang banyak dipergunakan oleh manusia adalah system
biilangan desimal, yaitu sisitem bilangan yang menggunakan 10 macam symbol untuk
mewakili suatu besaran.Sistem ini banyak digunakan karena manusia mempunyai
sepuluh jari untuk dapat membantu perhitungan. Lain halnya dengan komputer, logika
di komputer diwakili oleh bentuk elemen dua keadaan yaitu off (tidak ada arus) dan on
(ada arus). Konsep inilah yang dipakai dalam sistem bilangan binary yang mempunyai
dua macam nilai untuk mewakili suatu besaran nilai.
Selain system bilangan biner, komputer juga menggunakan system bilangan octal
dan hexadesimal.
a. Sistem Desimal ( Dinari )
Pada sistem desimal ( lat. decum =10 ), seperti telah kita ketahui bersama bahwa sistem
ini berbasis 10 dan mempunyai 10 simbol yaitu dari angka 0 hingga 9. Setiap tempat
mempunyai nilai kelipatan dari 10 0, 10 1, 10 2, dst . Penulisan bilangan terbagi dalam
beberapa tempat dan banyaknya tempat tergantung dari besarnya bilangan.
Kebiasaan sehari-hari harga suatu bilangan desimal dituliskan dalam bentuk yang
mudah sbb :
10932 = 1 . 10000 + 0. 1000 + 9 . 100 + 3 . 10 + 2 . 1
= 1 . 10 4 + 0. 103 + 9 . 10 2 + 3 . 10 1 + 2 . 10 0
b. Sistem Biner
Sistem Biner ( lat. Dual ) atau “duo” yang berarti 2, banyak dipakai untuk sinyal
elektronik dan pemrosesan data. Kekhususan sistem biner untuk elektronik yaitu bahwa
sistem biner hanya mempunyai 2 simbol yang berbeda, sehingga pada sistem ini hanya
dikenal angka “ 0 “ dan angka “1 “.
Contoh
d. Sistem Heksadesimal
Sistem Heksadesimal yang juga disebut Sedezimalsystem, banyak dipakai pada teknik
komputer. Sistem ini berbasis 16 sehingga mempunyai 16 simbol yang terdiri dari 10 angka
yang dipakai pada sistem desimal yaitu angka 0 … 9 dan 6 huruf A, B, C, D, E, dan F.
Keenam huruf tersebut mempunyai harga desimal sbb : A=10; B=11; C=12; D=13;
E=14; dan F=15. Dengan demikian, untuk sistem heksadesimal penulisannya dapat
menggunakan angka dan huruf.
Contoh :
2 AF3 = 2. 163 + 10 . 16 2 + 15 . 16 1 + 3 . 16 0
=2 . 4096+ 10. 256 + 15. 16 + 3 . 1
= 10955 ( desimal )
5. Modular Arithmetic (Bilangan Modulo)
Definisi
Misalkan n adalah suatu bilangan bulat positif, a dan b adalah suatu bilangan
bulat. a dikatakan kongruen b modulo n, ditulis
a b (mod n)
jika dan hanya jika a – b adalah kelipatan n.
Untuk memantapkan pemahaman kita tentang definisi di atas, perhatikan
contoh di bawah ini:
Contoh 1.
Periksa kebenaran pernyataan berikut ini:
a) 3≡ 24 (mod 7)
b) –31≡11 (mod 7)
c) –15 ≡ -64 (mod 7)
d) 13 ≡ -1 (mod 7)
e) 23≡3(mod 7)
Jawab
a) 3≡24 (mod 7) benar karena 3 – 24 = -21 kelipatan dari 7
b) –31 ≡ 11 (mod 7) benar karena –31 – 11 = -42 kelipatan dari 7
c) –15≡ -64 (mod 7) benar karena –15 + 64 = 49 kelipatan dari 7
d) 13≡-1 (mod 7) benar karena 13 + 1 = 14 kelipatan dari 7
e) 23 ≡3 (mod 7) salah karena 23 – 3 = 20 bukan kelipatan dari 7.
Contoh 2 :
Tentukan semua bilangan bulat x sedemikian sehingga x≡1 (mod 10).
Jawab.
x≡1 (mod 10) jika dan hanya jika x – 1 = 10 k untuk setiap k bilangan bulat.
Jika k = 0, 1, 2, 3, … maka berturut-turut x = 1, 11, 21, 31, …
Begitu pula k = -1, -2, -3, … maka berturut-turut x = -9, -19, -29, …
Dua barisan tersebut digabungkan sehingga himpunan penyelesaian x≡1 (mod 10)
adalah {…, -29, -19, -9, 1, 11, 21, 31, …} .
Pada contoh 2 di atas, tampak bahwa stiap elemen pada 1, 11, 21, 31, …}
mempunyai sisa 1 jika dibagi oleh 10. Secara umum dapat dikatakan bahwa dua buah
bilangan cacah adalah kongruen modulo n jika dan hanya jika sisanya pada
pembagian oleh m adalah sama.
Misalkan n suatu bilangan bulat positif dan a, b, c, dan d bilangan bulat sebarang
berlaku:
1) a≡ a (mod n)
2) jika a≡b (mod n) maka b≡a (mod n)
3) jika a≡b (mod n) dan b≡c (mod n) maka a≡c (mod n)
4) jika a≡b (mod n) dan c ≡ d (mod n) maka a + c ≡ b + d (mod n)
5) jika a≡b (mod n) dan c ≡ d (mod n) maka ac ≡ bd (mod n)
6) jika a≡b (mod n) maka a + c ≡ b + c (mod n)
7) jika a≡b (mod n) maka ac ≡ bc (mod n)
8) jika a≡b (mod n) maka ak≡ bk (mod n) untuk k bilangan bulat positif
sebarang.
Bukti :
1) untuk a bilangan bulat sebarang dan n suatu bilangan bulat positif berlaku
a – a = 0.n.
Dengan demikian, a≡a (mod n)
2) a≡b (mod n)
ada k suatu bilangan bulat,
akibatnya, b-a = -(a-b)
= -(kn)
= (-k)n
Karena –k juga bilangan bulat, a≡b (mod n)
3) a≡b (mod n) dan b≡c (mod n)
ada h dan k bilangan bulat sehingga
a – b = hn dan b – c = kn.
Akibatnya, a – c = (a – b) + (b – c)
= hn + kn
= (h + k)n
Karena h dan k bilangan bulat, maka a≡c (mod n)
4) a ≡ b (mod n) dan c ≡ d (mod n)
Ada h dan k bilangan bulat sehingga
a – b = hn dan b – c = kn
(a + c) – (b + d) = (a – b) + (c – d)
= hn + kn
= (h + k)n
Karena h + k juga bilangan bulat, a + c ≡ b + d (mod n).
5) a≡b (mod n) dan c ≡ d (mod n)
Pandang ac = (b + hn)(d + kn)
bd + (bk + dh + hkn)n
Karena (bk + dh + hkn) bilangan bulat,
Ada h dan k bilangan bulat, ac ≡ bd (mod n)
6) a≡b (mod n)
Ada h bilangan bulat sehingga a – b = hn
Karena (a + c) – (b + c) = a – b = hn, a + c≡b + c (mod n).
7) a≡b (mod n)
Ada h bilangan bulat sehingga a – b = hn ac – bc
= (a – b)c
= hnc
= (hc)n
Karena hc bilangan bulat, ac≡bc (mod n).
8) Untuk bukti ini kita gunakan induksi matematik.
Untuk k = 1, berlaku a ≡ 𝑏(mod n).
Asumsikan ak≡ bk (mod n) berlaku,
Harus ditunjukkan ak+1≡ bk+1 (mod n) juga berlaku.
Dari (5), jika a≡b (mod n) dan c≡d (mod n) maka ac≡bd (mod n).
Kita ganti c oleh ak dan d oleh bk diperoleh
aak ≡ bbk (mod n) atau
ak+1≡ bk+1 (mod n)