LP Fraktur Humerus
LP Fraktur Humerus
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Rosyidi, 2013) pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Rontgen: Menentukan lokasi atau luasnya Fraktur atau trauma, dan
jenis fraktur.
2) Sken tulang, tomogram, CT SCAN/MRI: memperlihatkan tingkat keparahan fraktur,
juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3) Arteriogram:dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
4) Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multiple
trauma).Peningkatan jumlah SDP adalah proses stress normal setelah trauma.
5) Kreatinin : Trauma otot meningkat beban kreatinin untuk klien ginjal.
6) Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi multiple
atau cidera hati
H. Penatalaksanaan
1) Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis
a. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
b. Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
c. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat
fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam
yang dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
2) Imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi penyembuhan. Setelah
fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam
posisi dan kesejajaran yang benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau
fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang
dapat berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
3) Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah dilakukan
reduksi dan imobilisasi
I. Prognosis
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana pengananan yang tepat dan usia penderita.
Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat, sementara
pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penaganan baik maka
komplikasi dapat diminamilasir, begitupun sebaliknya
j. Paru
Inspeksi : Pernafasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung
pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi : Suara ketok sonor, tidak ada redup, suara tambahan lainnya.
Auskultasi : Suara napas normal, tidak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi
j. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Suara s1 dan s2 tunggal, tidak ada mur-mur
k. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar , simetris,tidak ada hernia
Palpasi : Turgor baik, tidak ada defands muskuler (nyeri tekan pada
seluruh lapang abdomen), hepar tidak teraba
Perkusi : Suara timpani, ada pantulan gelembang cairan
Auskultasi : Peristaltik usus normal kurang lebih 20 kali permenit.
l. Inguinal-Genetalia-Anus : Tak ada hernia , tak ada pembesaran limfe,
tak ada kesulitan BAB.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera fisik.
2) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan
sirkulasi, imobilisasi dan penurunan sensabilitas (neuropati).
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
4) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan pengetahuan yang kurang untuk
menghindari pajanan pathogen.
5) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
akses terhadap makanan terbatas.
6) Defisit perawatan diri : mandi/hygiene berhubungan dengan nyeri, kelemahan.
7) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Indikator (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan dengan NOC NIC
agen penyebab cedera fisik. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
keperawatan selama 3x24 jam, klien mampu termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
mengontrol nyeri, nyeri berkurang dan kualitas dan ontro presipitasi.
tingkat kenyamanan meningkat. 2. Observasi reaksi nonverbal dari
Indikator : ketidaknyamanan.
Klien dapat melaporkan nyeri, frekuensi 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
4. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri
nyeri, ekspresi wajah, dan menyatakan
seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
kenyamanan fisik dan psikologis.
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
TD : 120/80 mmHg, N : 60-100x/menit,
(farmakologis/non farmakologis).
S : 36-36,5°C, P : 16-20x/menit.
6. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll)
7. Evaluasi tindakan pengurangan nyeri/kontrol
nyeri.
8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik.
2 Kerusakan integritas jaringan Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan
berhubungan dengan faktor keperawatan selama 3x24 jam, terjadi kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulkus.
mekanik: perubahan sirkulasi, penyembuhan pada luka dan keutuhan 2. Bersihkan dengan cairan anti bakteri.
imobilisasi dan penurunan struktur maupun fungsi fisiologis normal 3. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%.
4. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
sensabilitas (neuropati). kulit.
5. Lakukan pembalutan
6. Amati setiap perubahan pada balutan
Indikator : 7. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan
pada luka
8. Berikan posisi terhindar dari tekanan
3 Hambatan mobilitas fisik Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh
berhubungan dengan gangguan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan cidera/pengobatan dan perhatikan persepsi
muskuloskeletal. klien menunjukkan mobilitas optimal. pasien terhadap imobilisasi.
Indikator : 2. Awasi TD dengan melakukan aktivitas.
Mempertahankan posisi fungsional. Perhatikan keluhan pusing.
Menunjukkan teknik yang memampukan 3. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang
melakukan aktivitas. gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit
dan yang tidak sakit.
4. Dorong peningkatan masukan cairan sampai
2000-3000 ml/hari, termasuk air asam/jus.
5. Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin,
dan mineral. Pertahankan penurunan kandungan
protein sampai setelah defekasi pertama.
6. Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi
roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin.
Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat
mobilitas.
7. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk
latihan batuk/napas dalam.
8. Kolaborasi, konsul dengan ahli terapi fisik
4 Risiko terhadap infeksi Tujuan ; Setelah dilakukan intervensi selama 1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi
berhubungan dengan 3x24 jam, diharapkan tidak terjadi infeksi 2. Perhatikan keluhan klien terhadap keluhan
pengetahuan yang kurang untuk pada luka peningkatan nyeri, rasa terbakar, eritema atau bau
menghindari pajanan pathogen. Indikator : tak sedap.
Mencapai penyembuhan luka sesuai 3. Observasi luka terhadap pembentukan bula,
waktu perubahan warna luka, bau drainase yang tidak
Bebas drainase purulen, eritem dan sedap.
demam 4. Lakukan perawatan luka sesuai protocol dengan
tehnik steril.
5. Lakukan perlindungan infeksi.
6. Berikan therapy obat-obatan sesuai indikasi; anti
biotic, TT dll.
5 Resiko ketidakseimbangan Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
nutrisi kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan 2. Beri dorongan individu untuk makan bersama
berhubungan dengan akses nutrisi dapat terpenuhi orang lain
terhadap makanan terbatas Indikator : 3. Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat
Berat badan dan tinggi badan ideal. gigi) sebelum dan sesudah mengunyah makanan
Tidak ada tanda-tanda 4. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
5. Identifikasi perubahan pola makan.
hiperglikemia/hipoglikemia.
6. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
6 Defisit perawatan diri : Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1. Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu.
mandi/hygiene berhubungan 3x24 jam, klien mampu melakukan atau 2. Kaji kemampuan mukosa oral dan kebersihan
dengan nyeri, kelemahan. mmenuhi aktivitas mandi/hygiene. tubuh setiap hari.
Indikator : 3. Anjurkan klien/keluarga penggunaan metode
Klien mampu mengakses kamar mandi alternative untuk mandi dan hygiene oral.
Klien mampu mengambil perlengkapan 4. Dukung kemandirian klien dalam melakukan
mandi mandi dan hygiene oral, bantu klien hanya jika
Klien mampu membersihkan tubuh diperlukan.
5. Tawarkan untuk mencuci tangan setelah eliminasi
dan sebelum makan.
6. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan.
7 Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebabnya
perubahan status kesehatan. keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan bila mungkin.
ansietas pasien dapat diatasi 2. Orientasikan pada aspek-aspek fisik dari fasilitas,
Indikator : jadwal dan aktivitas. Perkenalkan pada teman
Pasien tampak rileks sekamar dan staf. Berikan penjelasan tentang
peran-peran.
3. Berikan informasi tertulis atau rekaman.
4. Berikan waktu untuk mendengarkan pasien
mengenai masalah dan dorong ekspresi perasaan
yang bebas, misalnya marah, ragu atau takut.
Daftar Pustaka
Adi Mahartha Gde Rastu, Dkk. 2013. Manajemen Fraktur Pada Trauma Muskuloskeletal.
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Mansjoer Arif, dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Price S.A, Wilson L.M. 2006. Patofifisiologi Konsepklinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif & Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc. Jilid 2.Yogyakarta:EGC
Herdman, T. Heather (2015) Nanda International Inc. diagnosis keperawatan : definisi &
klasifikasi 2015 ed 10, jakarta : EGC
Bulechek Gloria, Butcher Howard,dkk (2016) Nursing Interventions Classification (NIC), 6th
edition, Elsevier Singapore Pte Ltd
Moorhead Sue, Marion Johnson, dkk (2016) Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th
edition, Elsevier Singapore Pte Ltd