Hemorrhoid
Oleh
dr. Rifni Amalia
Pembimbing
dr. Inzta Arbi, Sp.B
RS BHAYANGKARA
PEKANBARU
2017
i
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Hemorrhoid”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada supervisor
kamidr. Inzta Arbi, Sp.Byang telah meluangkan waktu dan memberi masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 47 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pekanbaru
MRS : 15/11/2017
1. ANAMNESA
Keluhan utama :
Terdapat benjolan yang keluar dari anus
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli bedah RS Bhayangkara dengan keluhan
terdapat benjolan yang keluar dari anus saat buang air besar, dan terasa
menggaggu.Setiap ingin buang air besar, benjolan tersebut keluar dari
anus. Benjolan tidak dapat masuk sendiri setelah buang air besar selesai,
namun dapat masuk dengan bantuan jari. Buang air besar kadang disertai
darah, berwarna merah segar, menetes saat feses keluar, darah tidak
bercampur dengan feses.
Sejak ± 8 tahun yang lalu, saat pasien hamil anak yang ke empat,
pasien sering merasakan sulit buang air besar, feses terasa keras sehingga
pasien harus mengedan sangat kuat, dan terkadang disertai nyeri saat
buang air besar. Selain itu juga dirasakan seperti ada benjolan yang mau
keluar dari anus saat buang air besar, kadang disertai darah. Darah tidak
2
3
3
4
2. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Keadaan Gizi : Baik
Sensorium : Composmentis (GCS 15)
Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 36,7°C
Pernafasan : 20 x/menit
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 55 kg
Keadaan Gizi : Normoweight (IMT 22,9)
4
5
Jantung :
Batas Jantung Relatif : Atas : ICR III Sinistra
Kanan : Linea Parasternal Dextra
Kiri : ICR V Sinistra, LMCS
HR: 78x/’ 5rolaps, Bunyi Jantung: S1 dan S2 Reguler, Murmur (-), Gallop
(-).
- Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, Nyeri Tekan (-), Hepar,Lien dan Renal tidak
teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal,
- Ekstremitas :
Superior : Akral teraba hangat dan kering (+) CRT < 2’’, oedem (-)
/(-)
Inferior : Akral teraba hangat dan kering (+) CRT < 2’’, oedem (-)
/(-)
Status lokalisata :
- Pemeriksaan colok dubur :
- Inspeksi : Fisure (-), Abses (-), hematom perianal (-), skin tag (-), tak
tampak benjolankeluar dari anus
- Palpasi : Tonus sphincter ani baik; ampulla recti tidak kolaps; mukosa
rektum licin; teraba massa di jam 7, 9 dan 11; nyeri tekan (+) pada jam 7,9
dan 11; pada sarung tangan tidak didapatkan darah, lendir (+),feses (-).
- Anoskopi : tidak dilakukan.
5
6
4. Pemeriksaan Penunjang
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
6
7
MID 7%
GRAN 56 %
Hematologi
Masa Pendarahan 2 menit 30 detik
Masa Pembekuan 5 menit 30 detik
Kimia Klinik
SGOT 21 u/l
SGPT 17 u/l
Ureum 21 mg%
Creatinine 0,8 mg%
Glukosa darah sewaktu 102 mg%
7
8
2. Foto Thoraks PA
Kesan :
Cor : CTR 48%, Aorta dan Mediastinum superior tidak melebar, Trakea di tengah
Pulmo :
Corakan bronkovaskuler baik
Tidak tampak infiltrat di kedua lapangan paru
Kedua Hilus tidak menebal
Kedua Hemidiafragma Licin
Kedua sinus costofrenikus lancip
Tulang dan jaringan dinding dada baik
Kesan : Cor dan Pulmo tidak ada kelainan
5. Diagnosis Banding:
Hemorrhoid interna grade III
Polip anal
Karsinoma kolorektum
Divertikel kolon
8
9
6. Diagnosis Kerja:
Hemorrhoid Interna grade III
7. Rencana Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr 1 jam sebelum operasi
- Dulcolax tab jam 20.00
- Dulcolax sup jam 05.00
- Operasi hemoroidektomi pukul 14.00 tanggal 16/11/2017 oleh dr. Inzta Sp.B
Laporan Operasi Herniotomi Tanggal 16/11/2017 pukul 14.00 wib
9
10
8. Follow up :
Tanggal S O A P
17 Nyeri pada Sens : composmentis Post - IVFD RL 20gtt/i
Oktober luka bekas TD: 110/80 mmHg Hemoroidekt - Ketorolac iv
2017 operasi, Nadi: 64 x/menit omi Hari ke-1 3x50 mg
Flatus(+), Nafas: 20 x/menit a/i - Ceftriaxon iv 2
mual (-) Suhu: 37 oC hemorrhoid x 1g
Muntah (-) interna grade - Hesroid 3x1
10
11
11
12
12
13
9. Prognosis
13
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Anatomi
Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang
dari ampulla recti ke anus. Kecuali defekasi, dinding lateralnya tetap teraposisi
oleh m.levator ani dan sphincter ani.2
Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale, yang
merupakan massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os coccygis.
Di lateral di batasi oleh fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior
dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis, urethra pars membranacea,
dan bulbus penis. Pada wanita, di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma
urogenitalis dan bagian bawah vagina.2
Bantalan hemoroid adalah jaringan normal dalam saluran anus dan
rectum distal Untuk fungsi kehidupan bersosial yang normal dapat berfungsi
sebagai Fungsi kontinens yaitu menahan pasase abnormal gas, feses cair dan feses
padat Fungsi lainnya adalah efektif sebagai katup kenyal yang “watertight”.2
Bantalan vaskuler arterio-venous, matriks jar. Ikat dan otot polos.
Bantalan hemoroid normal terfiksasi pada jaringan fibroelastik dan otot polos
dibawahnya. Hemoroid interna dan eksterna saling berhubungan, terpisah linea
dentate.2
Jaringan hemorrhoid mengandung struktur arterio-venous fistula yang
dindingnya tidak mengandung otot, jadi pembuluh darah tersebut adalah sinusoid,
bukan vena
14
15
Gambar.3.1.Bantalan hemorrhoid1
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut).
Gambaran anatomi yang penting adalah :
1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan
satu sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan
valvula analis (sisa membran proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom
pleksus hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri
rectalis superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah
vena terutama oleh vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica
inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju
nodi lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica
inferior.
15
16
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan
struktur sebagai berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus
dengan epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. Rectalis inferior sehingga peka
terhadap nyeri, suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. Rectalis inferior, suatu cabang a. Pudenda
interna. Aliran vena oleh v. Rectalis inferior, muara dari v. Pudenda interna,
yang mengalirkan darah vena ke v. Iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis
medialis.
Gambar.3.2Anal Kanal dan organ di anterion2
Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna, dibagi
menjadi lapisan otot lar logitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan sirkular
pada ujung atas canalis ani menebal membentuk spincter ani internus involunter.
Sphincter internus diliputi oleh lapisan otot bercorak yang membentuk sphincter
ani ekstenus volunter.2
16
17
3.2 HEMORRHOID
3.2.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis dan tidak merupakan
keadaan patologik. Tindakan hanya dilakukan bila hemoroid menimbulkan keluhan
atau penyulit.Kata hemoroid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti
aliran darah (haem=darah, rhoos=aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang
mengalir keluar.5 Bantalan hemoroid adalah hal yang normal sebagai bagian dari
canalis anal. Struktur bantalan hemoroid terdiri dari pembuluh darah, otot halus,
jaringan elastin dan penyambung dengan this tissue aid in continence untuk
mencegah kerusakan dari otot sfingter. Tiga kompleks hemoroid utama adalah canalis
anal transverslateral kiri, kanan depan, dankanan belakang. Halangan aliran darah
disekitar canalis analdan pereganganmemicu prolaps jaringan di canalis analis.
Seiring berjalannya waktu, sistem anatomi yang menunjang kompleks hemoroid
menjadi lemah,paparan jaringan ini kemudian keluar dari canalis anal dan
17
18
18
19
Hemoroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemoroid interna yang sudah
ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-cabang v. rectalis
inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya bekuan darah kecil pada
jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil berwarna biru ini dinamakan
hematoma perianal.1
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke v. hemoroid
superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan
darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke daerah v.
Iliaka.1
3.2.2FAKTOR RESIKO
19
20
3.2.3 PATOGENESIS1
Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu
risiko untuk terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu
beristirahat akan menurunkan venous return sehingga vena membesar dan
merusak jar. Ikat penunjang Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan
faktor endokrin dan usia.
Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang mengalami
konstipasi, feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi yang
menyebabkan vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian hemmorhoid
masih belum jelas hubungannya.
Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. Rectalis
superior (v. Hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak
pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat paien dalam posisi
litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid interna diduga
kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota
keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung
pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar
pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar
submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran
balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama
defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang lama
merupakan faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan sering terjadi akibat
penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid. Hipertensi portal akibat
sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan kanker rectum juga
menghambat vena rectalis superior.
Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis
(hemorroidalis) inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus.
Hemorroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemorroid interna yang
sudah ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-cabang v.
20
21
Rectalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya bekuan
darah kecil pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil berwarna
biru ini dinamakan hematoma perianal.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v.
Hemoroid superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha
ke daerah v. Iliaka.
3.2.4 KLASIFIKASI
Gambar.3.4 Hemorrhoid3
21
22
22
23
3.2.5GEJALA KLINIS
Banyak kasus anorectal , termasuk fissura, fistulae, abses, atau iritasi dan
gatal (pruritus ani), memiliki gejala yang minimal dan akan menimbulkan kearah
23
24
1. Hemorrhoid Eksterna
B.Hemorrhoid Interna
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa
nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan
menjadi stangulata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna
adalah pendarahan darah segar tanpa nyeri perrektum selama atau setelah
defekasi.
2. Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul; dan biasanya merupakan awal
dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah
24
25
3. Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk
kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.
5. Keluarnya Sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, secret yang menjadi lembab
sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu
kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.
3.2.6DIAGNOSIS4
A. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan /
tonjolan yang muncul.
6. Palpasi
25
26
Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri dalam
anal kanal. Dinilai juga tonus dari spicter ani.. Bisanya hemorrhoid sulit untuk
diraba, kecuali jika ukurannya besar. Pemeriksaan colok dubur diperlukan
menyingkirkan adanya karsinoma rectum. Pada pemeriksaan colok dubur,
hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar.
7. Anoskopi
Pada anoskopi dicari bentuk dan lokasi hemorrhoid, dengan memasukan
alat untuk membuka lapang pandang. Telusuri dari dalam keluar di seluruh
lingkaran anus. Tentukan ukuran, warna dan lokasinya.
D. Proktosigmoidoskopi
Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemorrhoid
merupakan keadaan yang fisiologis saja ataukan ada tanda yang menyertai
E. Pemeriksaan Feses
Dilakukan untuk negetahui adanya darah samar.
1. Karsinoma kolorektum
26
27
kotaran kambing, tidak terjadi penurunan berat badan, tidak ada keluhan nyeri
didaerah umbilicus maupun di epigastrium.5
9. Polip
3.2.8 PENATALAKSANAAN
27
28
B. Skleroterapi
28
29
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7 – 10 hari. 3,5
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada
sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan
yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin
diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini.
Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik.
Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang ireponibel.4
29
30
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan. 4
F. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari
baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
30
31
2. Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan
dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara
terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional (
menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong)
dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Bedah konvensional
31
32
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada
satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika
mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu
sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan. 6
2.Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3.Teknik Langenbeck
32
33
1. Open hemorrhoidectomy
2. Closed hemorrhoidectomy
Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal
ditutup atau tidak setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi5
Open Hemorrhoidectomy
Dikembangkan oleh Milligen- Morgan, dilakukan apabila terdapat
hemorrhoid yang telah mengalami gangrenous atau meliputi seluruh lingkaran
ataupun bila terlalu sempit untuk masuk retractor.7
Teknik Open Hemorrhoid (Miligan-Morgan)
1. Posisi lithotomy
2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin: saline =
1 : 300.000
3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri
dan ditarik
4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.
5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5 – 3 cm
dari anal verge.
6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5 – 2
cm
7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis
8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal
hemorrhoid.
9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal
hemorrhoid.7
Closed Hemorrhoidectomy.
Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3 prinsip pada teknik ini,
yaitu:
1.Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa mengorbankan
anoderm.
33
34
34
35
Gambar.3.7Ferguson Hemorrhoidectomy3
3. Bedah Laser
35
36
serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka
bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan
mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan 7 .
4. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids
(PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun
1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga
sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun
1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
36
37
37
38
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. Sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk,
jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.6
38
39
Terapi
39
40
gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat
membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik
dengan cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap
secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan,
kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan
pembentukan kembali trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang pada saat
tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada di
daerah yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini
terapi konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi
hemoroid ekstern yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena
kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi. 4
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri
atau posisi litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga
dapat dilalui 6–8 jari. Sangat penting sekali bahwa untuk prosedur ini
diperlukan waktu yang cukup agar tidak merobekkan jaringan. Satu menit
40
41
untuk sebesar satu jari sudah cukup ( berarti dibutuhkan waktu 6-8 menit),
terutama jika kanalis agak kaku. Selama prosedur tersebut, sfingter anus dapat
terasa memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi menurut Lord ini
kadang disertai penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
3.2.9 Prognosis
41
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Anamnesis dan Pemeriksaan Pasien wanita 47th datang ke Pada hemorrhoid gejala yang
Fisik poli bedah RS Bhayangkara ditimbulkan dapat
dengan keluhan terdapat menunjukkan gejala keliru
benjolan yang keluar dari sehingga sulit mendiagnosa
anus saat buang air besar, dan dengan kasus anorectal lain.
terasa menggaggu.Setiap Gejala yang ditimbulkan
ingin buang air besar, adalah perdarahan, nyeri dan
benjolan tersebut keluar dari gatal. Thrombosis atau
anus. Benjolan tidak dapat prolapse akut disertai edema
masuk sendiri setelah buang atau ulserasi luar biasa
air besar selesai, namun dapat nyerinya. Hemoroid interna
masuk dengan bantuan jari. biasanya bersifat asimtomatik
Buang air besar kadang kecuali bila prolapse.tanda
disertai darah, berwarna satu-satunya yang disebabkan
merah segar, menetes saat oleh hemorrhoid interna
feses keluar, darah tidak adalah perdarahan segar
bercampur dengan feses. tanpa nyeri perrektum selama
Pemeriksaan Fisik atau setelah defekasi
- Pemeriksaan colok
dubur : Pada pemeriksaan fisik
- Inspeksi : Inspeksi : dilihat kulit
Fisure (-), Abses (-), disekitar perineum dan dilihat
hematom perianal (-), secara teliti adakah
42
43
43
44
44
45
Grade II :
-skleroterapy
-infraredcoagulation
-banding
45
46
Grade III :
-banding hemoroidectomy
Produce for 46rolapse
hemorrhoids (PPH)
Grade IV :
-hemoroidectomy
Produce for 46rolapse
hemorrhoids (PPH)
46
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis
Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
2. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi
Hardjasudarma ( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia
Alat – Alat Dalam.
3. Anonim, 2004, Hemorrhoid, http://www.hemorrhoid.net/hemorrhoid
galery.html. Last update Desember 2017.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III,
FK UI, Jakarta.
6. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled
Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update
Desember 2017.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta.
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,
Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC,2001.
9. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 2. Edisi 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2014. hal 1868-72.
47