Anda di halaman 1dari 7

Pemeriksaan Lymphatic Filariasis Pada Sediaan Darah Jari

Pendahuluan

Beberapa penyakit tropis yang terabaikan (NeglectedTropicalDiseases, NTD)

masih ditemukan pada populasi miskin di negara berkembang. Terdapat 17 jenis

penyakit NTD yang berasal dari 4 jenis agen/penyebab penyakit yang berbeda yaitu

virus, bakteri, cacing, maupun protozoa. Salah satu penyakit NTD yang disebabkan

oleh cacing dan saat ini masih ditemukan di Indonesia adalah lymphatic filariasis.

Lymphatic filariasis atau lebih dikenal sebagai penyakit kaki gajah

(elephantiasis) adalah penyakit infeksi akibat cacing filaria (mikrofilaria). Ada 3

spesies mikrofilaria penyebab penyakit ini yaitu Wuchereria bancrofti(ditemukan

pada 90% kasus filariasis di dunia),Brugia malayi, dan Brugia timori Semua spesies

tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia

disebabkan oleh Brugia malayi.

Manusia terinfeksi melalui gigitan nyamuk vektor yang mengandung larva

infektif (L3) dari spesies mikrofilaria tersebut. Meskipun jarang menimbulkan

kematian, cacing filaria yang berkembangbiak di dalam pembuluh limfe akan

menyebabkan kerusakan dan penyumbatan pada saluran limfatik dan pada stadium

akhir dari kasus kronis sering ditemukan pembengkakan (kecacatan) pada kaki,

tangan, maupun organ genital. Upaya pencegahan dan infeksi awal dapat dilakukan

dengan pemberian obat anti-filaria. Namun pada kondisi yang sudah terjadi

pembengkakan diperlukan langkah dan tata laksana kasus yang berbeda. Pada

tahun 2000 lalu, WHO membentuk Global ProgrammetoEliminateLymphatic

Filariasis (GPELF) dengan maksud untuk mengeliminasi penyakit ini pada 2020.

SOP Pemeriksaan Mikrofilariasis D4 Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Banjarmaisn 1


Diagnosa Laboratorium

Baku emas pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa filaria adalah

pemeriksaan secara mikroskopis pada sediaan darah jari (SDJ). Pengambilan

sampel darah dilakukan pada pukul 22.00 malam sampai 02.00 dini hari sesuai

periodisitas dari spesies cacing filaria. Namun saat ini di pasaran telah tersedia kit

immunochromatographiccardtest (ICT) yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas

yang tinggi. Teknik ini untuk mendeteksi adanya antigen dari W. bancrofti dari

sampel dengan membutuhkan 100 uL darah. Ada pula uji cepat untuk mendeteksi

antibodi terhadap Brugia spesies (Brugia Rapid Test). Pengambilan sampel darah

dapat dilakukan pada siang maupun malam hari. Teknik pemeriksaan filaria pada

sediaan darah jari (SDJ) akan dijelaskan di bawah ini.

A. Pembuatan Sediaan Darah Jari untuk Pemeriksaan Mikrofilaria dalam Darah Tepi

1. Kenakan sarung tangan sebelum memulai proses.

2. Siapkan kaca slide berlabel yang bersih dan bebas lemak, beri label/kode.

3. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya (jari tengah atau jari manis)

dengan kapas alkohol dan keringkan dengan kapas atau tisu yang bersih.

4. Tusuk sisi bagian dalam jari dengan menggunakan jarum penusuk yang steril.

5. Tekan jari tersebut dengan lembut dan kumpulkan 60 uL darah ke dalam tabung

kapiler non heparin yang telah ditera.

6. Posisikan tabung kapiler secara horizontal (merata) saat mengumpulkan darah

agar darah dapat masuk ke dalam tabung dengan lancar.

7. Bersihkan sisa darah pada ujung jari dengan kapas dan pasien diminta

memegang kapas tersebut sampai darah berhenti mengali.

8. Teteskan darah dalam tabung kapiler di tiga titik pada permukaan kaca slide

secara berseling (masing-masing titik 20 uL darah). Dengan tutup jarum

SOP Pemeriksaan Mikrofilariasis D4 Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Banjarmaisn 2


penusuk, ratakan darah membentuk tiga jalur paralel (masing-masing jalur

paralel darah berukuran lebar X panjang = 0,5 X 4 cm). Untuk memudahkan

dapat diletakkan pola panjang hapusan darah di bawah kaca slide.

9. Biarkan sediaan darah pada kaca slide mengering dengan menempatkannya

pada posisi horizontal di tempat yang aman sampai proses pengumpulan darah

selesai.

GAMBAR 1.1

GAMBAR 1.2

SOP Pemeriksaan Mikrofilariasis D4 Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Banjarmaisn 3


B. Pewarnaan Sedian Darah Jari

1. Lakukan pewarnaan sediaan darah, 24 - 32 jam setelah pengambilan darah dan

sediaan darah sudah kering sempurna dengan bantuan udara.

2. Dehemoglobinasi sediaan darah menggunakan air suling atau air kemasan botol

merek tertentu yang memiliki pH 7,2 dengan cara merendam sediaan darah di

dalam air sampai air berwarna merah dan jalur paralel darah pada slide berwarna

putih susu. Buang air dengan hati-hati, kemudian susun slide dalam rak

pewarnaan dan dibiarkan mengering di udara selama 10-20 menit.

3. Teteskan metanol pada slide yang sudah kering selama 1 menit.

4. Lanjutkan dengan pewarnaan menggunakan larutan Giemsa 3% selama 30

menit.

5. Bersihkan warna larutan Giemsa yang menempel pada kaca slide dengan

mencelupkannya ke dalam sebaskom air kemudian slide dibiarkan kering

sempurna dengan bantuan udara. Slide diposisikan berdiri dengan kemiringan

45 derajat agar air dapat mengalir turun. Apabila tidak dapat langsung diperiksa,

simpan slide di dalam kotak slide.

C. Teknik Pembuatan Larutan Giemsa

1. Larutan Giemsa adalah larutan yang digunakan untuk pewarnaan Sediaan Darah
Jari
2. Untuk membuat larutan Giemsa dibutuhkan cairan buffer pH 7,2.

3. Cairan buffer pH 7,2 dibuat dengan cara melarutkan 1 tablet buffer forte ke dalam

1000 ml air jernih dan bersih. Cairan buffer ini bisa juga diganti dengan air mineral

yang mempunyai pH 7,2.

4 Larutan Giemsa dibuat dengan melarutkan cairan Giemsa dengan cairan buffer pH

7,2 dengan perbandingan 1 : 20

5 Untuk mewarnai 500 Spesimen Darah Jari dibutuhkan larutan Giemsa kurang lebih

sebanyak 500 mL (25 mL cairan Giemsa dan 500 mL cairan buffer pH 7,2)

SOP Pemeriksaan Mikrofilariasis D4 Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Banjarmaisn 4


D. Pemeriksaan Mikroskopis

1. Untuk menemukan filaria pada preparat digunakan perbesaran obyektif 10X10;

2. Jumlah mikrofilaria yang ditemukan di semua lapangan pandang dihitung. Agar

tidak terlewatkan dan setiap lapangan pandang dapat diperiksa, pengamatan

dimulai dari tepi kiri kemudian digeser ke kanan sampai tepi preparat. Dilanjutkan

ke bidang pandang berikutnya dan menggeser ke arah yang berlawanan ke tepi

lagi.

GAMBAR 1.4

SOP Pemeriksaan Mikrofilariasis D4 Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Banjarmaisn 5


SOP Pemeriksaan Mikrofilariasis D4 Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Banjarmaisn 6
Daftar Pustaka

1. WHO, n.d., The 17 NeglectedTropicalDiseases, diakses dari


http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/en/, tanggal 1 Juli 2014
2. WHO, Maret 2014,Lymphatic Filariasis, diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/, tanggal 1 Juli 2014
3. WHO, n.d., Filariasis, diakses dari http://www.who.int/topics/filariasis/en/ ; tanggal
1 Juli 2014
4. Kemenkes RI, Juni 2010, Filariasis di Indonesia, Buletin Jendela Epidemiologi,
Volume 1, Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI,
diakses dari
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20FILARIASIS.pdf ,
tanggal 1 Juli 2014
5. WHO, n.d., Continueto March towardsEliminationofLymphatic Filariasis, diakses
dari
http://www.searo.who.int/entity/vector_borne_tropical_diseases/topics/lymphatic_filar
iasis/Progress_LF/en/, tanggal 1 Juli 2014
6. WHO, n.d., FormofLymphatic Filariasis and Diagnosis, diakses dari
http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/epidemiology_forms/en/,
tanggal 1 Juli 2014
7. Kemenkes RI, 2014, Panduan Pemeriksaan Lymphatic Filariasis Dengan Metode
Survei Darah Jari, Subdit Filariasis dan Kecacingan, Ditjen P2PL, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta

SOP Pemeriksaan Mikrofilariasis D4 Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Banjarmaisn 7

Anda mungkin juga menyukai