Anda di halaman 1dari 13
786027 l066304 BUKU PROSIDING naSi 3 the Third National Scientific Seminar in HM eriodontics 6 6 Enhancing Professionalism in Dental Treatment Based on Periodontal Consideration in Dentistry 66 Ra 3 - 7 September 2014| Sa ae erro NASIP: the Third National Scientific Seminar in Periodontics - IPERI © ® BUKUPROSIDING the Third National Scientific Seminar in HJ eriodontics 66 Enhancing Professionalism in Dental Teament Based on Periodontal. Consideration in Dentistry 66 * 6-7 September 2014|ezrineBalicom @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 NAGIPs Fhe Third National Scientific Seminar in Periodontics - IPERI NaSSiP3 The Third National Scientific Seminar in Periodontics Ikatan Periodonsia Indonesia © 2014 Badan Penerbit FK UI Jakarta 10430 Hak cipta dlindungi Undang-undang Dilarang mengutip, memperbanyak dan ménerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulls dari penerbit Cetakan | 22014 Editor :drg. Irene Sukardi, SpPerio(k) Reviewer 1 Z) 3 4, ISBN Dr. Sri Lelyat SU., drg, SpPerio(K) Dr. Yuniarti Soeroso., drg, SpPerio(K) drg. Yulanti Kemal, SpPerio(K) |. Prof. Dr. Lies Zubardiah...drg., SpPerio + 978-602-70663-0-4 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 ‘Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. 4 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimiaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dpidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan darVatau denda paling sedikt Rp. 1.000,000,00 (satu juta rupih), atau pidana penjara paling lama 7 (tjuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (ima miiar rupizh), Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual Kepada unum suatu cptaan aiau barang hesil pelanggeren Hak Cipla alau Hak Terai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana peniara paling lama 5 (Ina) tahun dan’ atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (ima ratus uta rupiah. ISBN 978-b02-7063-0-4 MIM uN @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 naSip; The Third National Scientific Seminar in Periodontics - IPERI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...... DAFTAR ISI v MAIN SPEAKER 1. Pencitraan Moderen Radiologi Kedokteran Gigi Dalam Diagnosis Kasus-Kasus Periodontal Dan Prostodontal; Bramma Kiswanjaya ... 1 2. Infeksi Periodontal Dan Infeksi Endodontik Perannya Dalam Penyakit Sistemik; Sudibyo ...... Bee a 3. Non Surgical Of Periodontal Therapy In Chronic Periodontitis-Update; Yuniarti Soeroso 1 LAPORAN KASUS 1.1 Persiapan Jaringan Periodontal pada Pasien Ortodonti-Periodonti; Benso Sulijaya; Hari Sunarto 18 1.2 Peri Implantitis Sebagai Penyebab Kegagalan Implan Gigi; : Nina Nilawati; Dianty Saptaswari 23 1.3 Penatalaksanaan Periodontitis Agresif: Jelita Rindly Fachrina; rma Ervina ar 1.4 Penatalaksanaan Kasus Gummy Smile dan Hiperpigmentasi Gingiva; Noor Rimawati; Dahlia Herawati ..... 1.5 Hiperplasia Gingiva; Adrianus Wicaksono, Yuniarti Soeroso ......... 1.6 Efek Trauma Oklusi Pada Penyakit Periodontal; Nadhia Anindhita Harsas, Yuniarti Soeroso 42 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penggunaan Platelet-Rich Plasma dan Platelet-Rich Fibrin dalam Terapi Regenerasi Periodontal; Chandra Susanto; Irma Ervina Esse , 48 1.2 Penulisan Kode Penyakit Gigi dan Mulut Menurut International Classification of Disease X (ICD X); Nina Nilawati ne pane 55) @)IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 v naSip; ine Third National Scientific Seminar in Periodontics - IPERI 1.1. Klasifikasi Dan Perawatan Abses Periodontal; Ferdinan-Pasaribu; Pitu Wulandari 60 1.2. Alternatif Splinting pada Kegoyangan Gigi Akibat Penyakit Periodontal; Lilies Anagarvati Astuti; Sri Oktawati 4 66 1.3 Mikrobiologi Periodontitis Kronis: Kolonisasi Bakteri, Patogen Utama, dan Virus; Billy Martin; Fatimah Maria Tajoedin ........... 5 72 1.4 Pemanfaatan Platelet Rich Plasma (PRP) untuk Penanganan Resesi Gingiva; Davita Dona Saranga; Ami Irawaty Djais 79 1.5 Keberhasilan dan Kegagalan Implan Gigi; Ma Jupeter; Ima Ervina 84 1.6. Identifikasi Hiperplasia Gingiva sebagai Penanda Keganasan Sistemik Hadijah; Arni Irawaty Djais 90 1.7 Splinting Permanen dengan Gigi Tiruan Kerangka Logam sebagai Terapi Penyakit Periodontal; Martina Amalia ; Krisna Murty Pasaribu s 98 1.8 Peranan Nutrisi sebagai Antioksidan terhadap Kondisi Periodontal; Saufi Khairani; Krisna Murty Pasaribu ; 104 1.9 Efek Hormon Seks Perempuan pada Periodonsium; Nurul Adha Marzuki; irmansyah Rangkuti 110 1.10 Diabetes Mellitus Tipe Il dan Periodontitis; Hendry Dwi Wijayanto; ‘Ahmad Syaify ... "7 1.11 Korelasi Penyakit Periodontal dengan Atherosclerotic Vascular Disease (ASVD); Vincensia Maria Karina; Sri Pramesti Lastianny ... 120 1.12 Mekanisme Hubungan Periodontitis dengan Stroke; Kosno Suprianto; Sri Pramesti Lastianny 123, 1.13 Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut; Armia Syahputra; Aini Hariyani Nasution 126 1.14 Hubungan Antara Penyakit Periodontal dan Penyakit Kardiovaskuler; Herlambang Suryo Putro; Dahlia Herawati 132 1.15 Peranan Perawatan Periodontal Supportif dalam Menunjang Keberhasilan Perawatan Periodontal; Hilma Rasni; Pitu Wulandart ....... 135 vi @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 NAGIP= the Third Na nal Scientific Seminar in Periodontics - IPERI 1.1 Tatalaksana Perawatan Periodontitis Agresif; Andrew; Aini Hariyani Nasution eieees oe 40) 1.2. Lesi Furkasi: Klasifikasi dan Penatalaksanannya; Pitu Wulandari 146 1.3. Pentalaksanaan Hilangnya Papila Interdental; Aini Hariyani Nasution 153 1.4 Pembesaran Gingiva (Gingival Enlargement) Karena Pengaruh Obat Antihipertensi dan Stroke; Chaerita Maulani esos pe 160 PENELITIAN 1.5 Hubungan Kondisi Saliva dengan Status Periodontal pada Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2; Mira Madjid; Hari Sunarto; Irene A Sukardi 167 1.6 Perawatan Bedah Flep dengan Aplikasi Platelet Rich Fibrin dan Cangkok ‘Tulang pada Kasus; Nazzia Camelia M; Sri Lelyati C. Masulili 174 1.7. Pengaruh Aktivasi Platelet-Rich Plasma dengan Kolagen Terhadap Aktivitas Seluler Fibroblas Ligamen; Pati Tangsupati; Kosno Suprianto; Sri Pramesti Lastianny; Kwartarini Murdiastuti .. 181 1.8 Pengaruh Stres Akademik Terhadap Kondisi Jaringan Periodontal dan Kadar Interleukin-6 Cairan Krevikular Gingiva (Tinjauan pada Mahasiswa Program Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia); Indah Kusuma Pertiwi; Irene Sukardi; Nurtami Soedarsono; Hari Sunarto 190 1.9 Efek Obat Kumur yang Mengandung Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) terhadap Gingivitis secara Klinis; Rivanti Imadela Devina . Serres 2100) 1.10 Efek Obat Kumur Mengandung Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia ‘Sinensis) terhadap Gingivitis Secara Klinis; \deline Clarissa. 205 @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 vii NAGIPs the Third National Scient Seminar in Periodontics - IPERI PERKEMBANGAN TERAPI PERIODONTAL NON BEDAH PADA PERIODONTITIS KRONIS LITERATURE REVIEW Yuniarti Soeroso*, Mora Octavia**, Raymond Salim**, Juandi Setiawan*** ‘Stat Pengajar Dept. Periconsia, Fakukas Kadokteran Gig) Ex PPDGS Periodonsia, Dept Perisonsia, Fakulas Kedokteran Gigi ““PPDGS Periodorsia, Dopt Pendonsia, Fakutas Kedokteran Gigi, Universita indonesia Abstract Introduction: Survey of periodontal disease in Periodontology Clinic Dental Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia (2002) showed that chronic periodontitis was in the first ranks (89%). Chronic periodontitis 's the most prevalent form of periodontitis, as an infectious disease resulting in inflammation in the periodontal tissuies that causes damage the alveolar bone and attachment loss of connective tissue. Phase | therapy is a entical aspect of periodontal treatment. Objective: To review non-surgical periodontal therapy in chronic periodontitis. Treatment of chronic periodontitis can be either surgical and non-surgical in arder to stop the progression of the disease. Tho long term success of periodontal treatment depends predominantly on maintaining the results of phase | therapy. The important aim of phase | therapy is effective daily plaque control. Summary: Periodontal disease therapy has been directed to altered the periodontal environment to the condition which is less conducive to retention of bacterial plaque inthe gingival tissues. Keywords: Non-surgical periodontal therapy, chronic periodontitis. Diterima tanggal 1 Juli 2014 ‘Artikel ini dipublikasi pada buku prosiding dan dipresentasikan pada NaSSiP3 yang diadakan oleh IPERI PENDAHULUAN Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa Periodontitis kronis merupakan penyakit Periodontitis kronis menduduki —_urutan infeksi yang terjadi pada jaringan pendukung pertama, yaitu 89% .° gigi, sehingga menyebabkan_kehilangan ‘Terapi periodontal non-bedah merupakan perlekatan gigi dan terjadi kerusakan tulang, {hap _awal_perawatan periodontal. Pem- Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga uangan biofilm dan deposit mineral dari permukaan gigi merupakan dasar penentu (SKRT 2001) Departemen Kesehatan R | keberhasitan terapi periodontal, Keberhasitan menunjukkan bahwa penyakit gigidan mulut — jangka panjang perawatan periodontal iebin merupakan masalah yang cukup tinggi —_bergantung kepada hasil terapi tahap pertama dikelunkan masyarakat (60%), termasuk atau tere inisial yang disebut juga terapi non penyakit periodontal (Depkes).! Survei bedah. Terdapat beberapa cara perawatan NHANES III (1988-1994) US menyatakan _non-bedah, antara lain instrumentasi mekanis bahwa prevalensi periodontitis meningkat Be es den hee sesuaidengan bertambahnyausia, yaitu37% Kat, ink pragma Ca poNeipem pada kelompok usia 30-39 tahun, hingga Dorian obat-obatan antibiotic, dan host odtula- 7 : tion therapy.4* 89,2% pada kelompok usia 80-90 tahun. Dalam dekade terakhir ini, terapi non bedah Hasil survei distribusi penyakit periodontal di memfokuskan diri pada terapi baktersidal atau Klinik Periodontologi Rumah Sakit Gigi dan eleminasi bakteri, Beberapa cara perawatan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas yang dilakukan sepertipenggunaan obatkumur, @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 HW NAGIP: the Third National Scientific Seminar in Periodontics - IPERI pemberian doxycycline dan metronidazole; tetrasiklin topikal yang diletakkan pada cord dan minosiklin sphericals serta terapi tetrasiklin dosis rendah dua kali sehari selama 9 hari atau lebin dan yang terbaru adalah penggunaan sinar dosis rendah dan aplikasi laser.*®*7* Keberhasilan terapi periodontal bergantung pada perubahan lingkungan pertumbuhan bakteri yang kondusif, menjadi lingkungan yang Kurang kondusif untuk perkembangan plak bakteri di sekitar jaringan periodonsium.s%"? Terapi periodontal fase 1 ini serng diabaikan, padahal keberhasilan perawatan periodontal sangat tergantung kepada eliminasi bakteri dan eleminasi faktor-faktor lokal yang memperberat penyakit periodontal. Dalam makalah ini akan dibahas perawatan non bedah periodontal atau terapi fase 1 yang merupakan salah satu kunci keberhasilan perawatan periodontal Periodontitis Kronis Periodontitis kronis awalnya disebut juga Adult periodontitis °, merupakan penyakit infeksi, disebabkan plak gigi yang mengandung mikroorganisme. Pada keadaan ini terjadi ketadangan pada. jaringan pendukung gigi ditandal dengan adanya kerusakan tulang, hilangnya perlekatan, dan kegoyangan gigi. Periodontitis kronis _merupakan _ penyakit periodontal yang paling sering terjadi.°,” Kerusakan biasanya berjalan lambat, tetapi pada beberapa kasus kehilangan perlekatan dapat terjadi sangat cepat dan dalam waktu singkat.""'"? Pada gambaran klinis. dijumpai akumulasi plak supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, terbentuknya poket, hilangnya perlekatan, kerusakan tulang alveolar, dan kadang-kadang ada supurasi."® Periodontitis kronis berdasarkan kedala- mannya dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu: tipe ringan dengan kedalaman poket 1-3 mm, tipe sedang dengan kedalaman poket 4-6 mm, dan tipe berat dengan kedalaman poket lebih dari 6 mm. Periodontitis kronis berdasarkan dae- rah yang terkena dibagi menjadi dua yaitu periodontitis kronis lokalis dan periodontitis kronis generalis.*"* Keparahan periodontitis kronis tergantung kepada lamanya paparan akumulasi plak pada individu. © Etiologi Periodontitis Kronis Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak gigi yang mengandung mikroflora patogen. Dalam rongga mulut terdapat lebih dari 400-500 spesies yang berbeda, dan hanya sedikit yang bersifat patogen. Sekitar 150 atau lebih spesies yang berbeda dapat dideteksi dari rongga mulut seseorang. Beberapa bakteri_ mampu melekat dan_ berkolonisasi di permukaan gigi, yang kemudian sebagai tempat untuk kolonisasi__mikroorganisme lainnya. "” Lapisan ini disebut plak gigi yang mengandung bakteri, atau disebut juga biofilm. Plak akan menyebabkan keradangan gingiva diesebut gingivitis, yang ka tidak dirawat akan menyebabkan periodontitis _kronis, ditandai dengan kehilangan tulang alveolar dan hilangnya perlekatan gingiva. **°"® Periodontitis merupakan hasil interaksi antara_ bakteri, lingkungan, danrespon mekanismepertahanan pejamu terhadap invasi bakteri. Periodontitis juga dipengaruhi oleh mekanisme respon imun dan inflamasi terhadap mikroflora mulut atau plak bakteri:"*'® Hilangnya perlekatan dan kerusakan tulang pada periodontitis kronis berhubungan dengan peningkatan bakteri Gram negatif pada biofilm plak subgingiva, dengan peningkatan spesifik bakteri patogen dan virulen."="” Reaksi mediator radang seperti IL-4, TNF-a dan PGE2 terhadap tulang alveolar akan menyebabkan terjadinya _ketidak seimbangan resorpsi dan aposisi tulang, yang mengakibatkan terjadinya kehilangan tulang alveotar."®1820 P. gingivalis, T. forsythia, dan T. denticola sering ditemukan pada daerah kerusakan periodontal, dan sebagai faktor risiko peri- odontitis.®" P. gingivalis merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang, bersifat anaerobic, dan menghasilkan pigmen hitam. P. gingivalis sering ditemukan pada daerah subgingiva, disamping pada lidah, tonsil, saliva, dan plak supragingiva, sedang Treponema denticola dinyatakan terkait dengan keparahan penyakit periodontal.22* IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 naSip; The Third National Scienti T. forsythia, bakteri gram negatif anaerob berbentuk batang fusiform, banyak diumpai pada berbagai bentuk penyakit periodontal, infeksi saluran akar, dan perimpiantits.:72° Terapi Non Bedah pada Periodontitis Kronis Eleminasi bakteri penyebab penyakit periodontal merupakan hal yang sangat penting untuk ditakukan, dimana pada periodontitis kronis telah terjadi pergeseran flora normal bakteri menjadi patogen.*%* Perawatan periodontitis non bedah juga disebut perawatan inisial, perawatan yang. berkaitan dengan Penyebab, atau perawatan fase etiotropik, tujuannya untuk menghentikan perkembangan penyakit agar gigi geligi Kembali ke keadaan sehat dan nyaman.®2"25 Indikasi_ perawatan periodontal non bedah untuk periodontitis kronis ringan sampai sedang, dan penderita yang merupakan_ kontraindikasi tindakan bedah, serta menolak tindakan bedah periodontal,?"? Pada terapi periodontal non bedah dinarapkan terjadi reduksi kedalaman poket dan hilangnya keradangan, — penurunan jumiah bakteri subgingiva dan penurunan plak supragingiva. Pada fase ini terjadi Penyembuhan jaringan akibat terjadinya aposisi kolagen dan peningkatan fibroblast. Secara klinis terjadi penurunan pendarahan gingiva dan peningkatan resistensi jaringan saat probing £*"S Terapi non bedah berupa instruksi kebersihan mulut yang ketal, skeling dan penghalusan akar, koreksi restoratif dan prostetik, ekskavasi karies dan restorasi, Kontrol diet, terapi antimikroba, terapi oklusal, minor orthodontic movement, splinting dan protesa, terapi host modulation, terapi laser serta terapi fotodinamic.+7912 Skeling dan Penghalusan Akar Skeling adalah proses pembuangan plak dan kalkulus atau deposit terkalsifikasi dari permukaan gigi supragingiva dan subgingiva.°"22 Penghalusan akar adalah tindakan pembuangan sementum akar yang “berpenyakit’ atau terkontaminasi dan kalkulus pada Sementum untuk menghasikan permukaan yang halus, keras, dan bersin 22> ar in Periodontics - IPERI Terapi_skeling dan penghalusan akar (SPA) diharapkan dapat ~—merubah —_ingkungan Pertumbuhan bakteri, menjadi ingkungan yang Kurang kondusif untuk perkembangan plak bakteri di sekitar jaringan gingiva, terutama daerah periekatan jaringan*2° Tujuan utama SPA adalah untuk mengembalikan kesehatan gingiva, dimana_ tindakan ini merupakan Prosedur klinis yang membutuhkan wakty dan ketrampilan operator. Pembersihan harus meliputi seluruh area poket yang dalam, area furkasi serta area konkavitas permukaan akar. Pembuangan jaringan sementum yang terlalu banyak dapat mengakibatkan hipersensitf.° Pada banyak kasus periodontitis kronis ringan sampai sedang berhasil dirawat dengan membersihkan deposit bakteri subgingiva secara mekanis saja dan kombinasi terapi antinfeksi2”2"2° §keling subgingival dapat mengubah mikroflora dalam poket periodontal, dari keadaan dominasi bakteri anaerob gram negatif ke bakteri fakultatif gram positif, seperti keadaan lingkungan _ periodontal sehat.'®"° Perubahan ini kemungkinan karena terangkatnya sumber-sumber nutrisi bagi bakteri,terutama protein saatprosedurskeling."® Komposisi dan kuantitas periodontal patogen ini akan kembali seperti keadaan semula dalam hitungan hari hingga bulan, umumnya dalam 9-11 minggu.* Terdapat penurunan jumiah populasi bakteri Porphyromonas gingivalis dan Tannerella forsythia yang bermakna hingga 6 bulan setelah tindakan skeling dan penghalusan akar saja pada terapi Periodontitis kronis dengan kedalaman poket 4 ~ 6 mm." Hasil penelitian menunjukkan terdapat_ peningkatan densitas _tulang alveolar antara sebelum dan sesudah SPA dalam waktu tiga dan enam bulan.** Terapi Antibiotik Saat ini sering digunakan obat antimikrobial untuk mengontrol bakteri penyebab penyakit Periodontal. Beberapa spesies bakteri dapat mengadakan invasi ke jaringan ‘kat gingiva, akar gigi, bahken sampai ke permukaan tulang alveolar. Pada keadaan tertentu invasi bakteri tidak dapat hanya dieleminasi dengan #) IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 1B naSip:; The Third National Scientific Seminar in Periodontics - IPERI pembersihan mekanis seperti sikat gigi skeling, dan penghalusan permukaan akar saja, sehingga perlu dikombinasi pemberian antiiotika sebagai penunjang, baik secara Jokal maupun sistemik 223" Pemilihan antibiotika harus sesuai dengan dominasi bakteri yang konsentrasinya tinggi dalam cairn sulkus gingiva. Antibiotika yang dipllin harus mempunyai efek samping seminimal mungkin, tidak umum digunakan pada perawatan medis, dan sedapat mungkin murah harganya2"#2* Antibiotik sebagai perawatan terhadap infeksi memiliki mekanisme kerja sebagai berikut: menghambat sintesis dinding sel, menghambat fungsi membran sitoplasma, menghambat sintesis asam nucleic, menghambat fungsi ribosom dan sintesis “protein, dan menghambat metabolisme folat.*27289! Antibictik Topikal Saat ini banyak dikembangkan cara pem- berian antibiotika secara lokal. Pemberian agen antibakteri secara lokal dengan dosis rendah yang dikombinasikan dengan pembersihan secara mekanis terbukti mampu_menghasil- kan kesembuhan Klinis yang lebih signifikan jika dibandingkan dengan pembersihan secara mekanis saja. Keuntungan pemberian antibio- tika secara lokal adalah konsentrasi antibiotika dapat dipertahankan lebih lama pada daerah subgingival, menghindari ketidak teraturan pasien dalam minum obat sesuai anjuran, dan dapat mengurangi risiko efek samping.2?722 Secara teknis aplikasi anti biotik secara lokal pada area tertentu sulit dilakukan yaitu pada area terdalam dari poket periodontal dan membutuhkan banyak waktu jika banyak sisi yang harus dirawat. Masalah tersebut diatasi dengan penyempumaan secara terus menerus sistem pengaplikasian antibiotika secara lokal, yang dimasukkan ke daerah subgingival. ? Gel metronidazol bensoat 25% didalam matriks yang terdiri dari campuran gliseril monooleat dan minyak sesam (Elyzol). Sediaan ini dikemas didalam suatu aplikator yang dilengkapi dengan kanula (jarum) yang tumpul, sehingga dengan mudah dapat diaplkasikan ke subgingival.* Minosiklin yang merupakan antibiotik alami saat ini dimodifikasi secara kimia (semisintetik) untuk meningkatkan farmakokinetik atau efeknya. Minosiklin hidroklorida merupakan obat antibiotik bakteriostatik derivat tetrasiklin yang semisintetik, bakteriostatik, berspektrum luas, yang meliputi kuman gram positf dan negatif, aerobikdananaerobik (Periocline).?”** Derivat tetrasiklin lainnya yang diberikan secara lokal adalah doksisiklin (Atridox) yang mengandung doksisiklin hiklat 10% diaplikasikan dengan sistem pelepasan Atrigel, menggunakan dua syringe. Tetrasiklin yang diberikan secara lokal juga tersedia dalam bentuk serat yang tidak teresorbsi, berdiameter 0,5 mm terdiri dari polimer yang mengandung tetrasikiin 25 % (Actisite). Serabut tersebut dibiarkan selama 7 - 10 hari, dimana tetrasiklin akan dilepas secara bertahap dan konsentrasi tetrasikin didalam cairan sulkus pertahankan sebesar 1.300 ug! ml. Setelah itu serabut dikeluarkan dati dalam poket gingiva.72929 Antimikroba lainnya yang juga tersedia untuk aplikasi lokal adalah kiorheksidin (PerioChip) yang berbentuk lempeng berukuran 4 mm x 5 mm dengan tebal 350 um dan mengandung Klorheksidin glukonat 2,5 mg didalam matriks gelatin. Lempeng yang dikemas dalam paket foil dijepit dengan pinset dan tepi yang melengkung ditekankan ke dasar saku periodontal. Karena bahan ini terabsorbsi secara biologis maka lempeng akan larut dan tidak perlu dikeluarkan. Konsentrasi klorheksidin didalam cairan sulkus adalah 125 ug/ml yang bertahan selama satu minggu."*? Antibiotik Sistemik Pemberian antibiok secara__sisternik sebagai penunjang perawatan periodontal telah banyak ditelii. Kombinasi pemberian antibiotik secara sistemik dan perawatan mekanis, selain dapat menghilangkan deposit pada permukaan akar juga bakteri patogen dari jaringan periodonsium.*7"%* Tetrasiklin dapat mempertahankan ° konsentrasi_ yang tinggi di jaringan periodonsium dan memiliki 4 @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 NAGIP the third National Scientific Semina Periodontics - IPERI kemampuan membunuh bakteri patogen A.actinomycetemcomitans dan telah digunakan: secara luas dalam perawatan periodontal. Tetrasiklin juga memiliki efek antikolagenase yang dapat menghambat kerusakan jaringan, dan membantu regenerasi tulang 7 Metronidazol ~merupakan — campuran nitroimidazol yang mulanya digunakan untuk mengobati infeksi protozoa. Preparat ini bersifat bakterisid terhadap organisme anaerob, dan diduga dapat mengganggusintesis DNAbakter. Metronidazol efektif dalam mempertahankan level terapeutik karena metabolit hidroksinya, bila dikombinasikan dengan antibiotika lain efektif terhadap A.actinomycetemcomitans dan bakteri anaerob obligat lainnya seperti Porphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia *7”2° Pemberian metronidazole biasanya dikombinasi dengan Amoksisilin yang merupakan penisilin semisintetik dengan spektrum luas terhadap bakteri Gram negatif maupun Gram positif yang efektif terhadap bakteri anaerob. Amoksisilin rentan terhadap penisilinase atau B-laktamase, yaitu ensim yang dihasikkan bakteri tertentu yang cara kerjanya dengan menghancurkan struktur cincin penisilin sehingga penisilin menjadi tidak efektif.“2*2° Klindamisin juga efektif untuk perawatan periodontitis yang tidak sensitive terhadap tetra- siklin, atau untuk kasus periodontitis yang tidak berkaitan dengan A.actinomycetemcomitans, Terdapat efek samping dari Klindamicin berupa colitis pseudomembranous sehingga pemakai- anya harus hati-hati 2° Saat ini siprofloksasin juga dicoba dalam perawatan periodontal karena merupakan satu- satunya antibiotika yang sesuai dengan semua strain A.actinomycetemcomitans. Pemakaian- nya juga dapat dikombinasi dengan metroni- dazol”" Siprofloksasin adalah quinolon yang aktifterhadap bakteri_batang gram negative, termasuk patogen periodontal fakultatif dan anaerob. Penggunaan antibiotik sistemik se- cara rutin dalam jangka waktu yang lama me- rupakan Kontraindikasi karena di perlukan dosis tinggi untuk mencapai Konsentrasi pada daerah target, sehingga memiliki risiko timbulnya efek samping, Efek samping tersebut dapat berupa berkembangnya strain bakteri yang resisten, sensitiftas, kerusakan alat pencemaan, ginjal, jantung, kul, dan sebagainya.*= Terapi Fotodinamik Terapi fotodinamik adalah teknik yang menggunakan kombinasi sinar berkekuatan rendah dengan senyawa fotosensitisasi untuk memproduksi molekul singlet oksigen dan radikal bebas, bertujuan untuk menghancurkan sel target*""** Ketika terjadi fotoaktivasi maka terbentuk radikal bebas yang toksik terhadap sel bakteria. Efek energi sinar berkekuatan rendah pada sel hidup dikenal sebagai biostimulasi, yang ditentukan oleh panjang gelombang dan total energi pengirman yang ciukur dengan Joules/om2. Terapi fotodinamik yang dikombinasidenganterapisinarkekuatanrendah kemungkinan memiliki efek sinergis biologis pada Kontrol infeksi mikrobial dan respons inflamasi_serta_ membantu penyembuhan jaringan. Terapi fotodinamik dapat membantu perbaikan jaringan dengan meningkatkan produksi kolagen dan meningkatkan kestabilan keseluruhan jaringan ikat. 62+ lrigasi Supragingiva dan Subgingiva Hasil penelitian menyatakan irigasi supra- gingiva dapat meningkatkan efek penyikatan gigi dan mengurangi jnflamasi gingiva pada pasien dengan kebersihan mulut yang kurang. Kontrol plak supragingiva yang baik dapat mengurangi populasi bakteri di dalam poket sampai kedalaman 5mm.*> Beberapa pene- lian menemukan bahwa irigasi subgingiva dengan berbagai macam obat-obatan mampu ‘menguraingi jumiah bakteri patogen subgingiva. Aplikasi Laser Penggunaan laser mulai banyak diminati dalam perawatan periodontal, seperti terapi poket, ablasidandatoksifikasi. Pemiakalanlaser disarankan sebagai instrumentasi._mekanis tambahan. Untuk pembuangan__kalkvlus subgingiva dapat digunakan laser Er:YAG karena tidak menyebabkan perubahan suhu pada permukaan akar. Er:YAG menggunakan @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 15 NAGIP: the third National Scien ic Seminar in Periodontics ~ IPERI pendingin air yang efektif tanpa mengurangi efektivitasnya. Hasil penelitian pada binatang menunjukkan secara histologis tidak ada efek merugikan terhadap jaringan pulpa, setelah debridement dengan laser Er:YAG."" PEMBAHASAN Tetapi periodontal non-bedah adalah tahap awalrangkaian prosedurperawatan periodontal. Pembuangan biofilm dan deposit mineral dari permukaan gigi merupakan dasar dan penentu dari terapi periodontal, Data klinis menunjukkan keberhasilan jangka panjang _perawatan lebin bergantung pada hasil dari terapi tahap pertama dibadingkan terhadap terapi bedah spesifik. Terdapat beberapa cara perawatan non-bedah, antara lain instrumentasi mekanis, ultrasonic debridement, irigasi supragingiva dan subgingiva, pemberian obatobatan lokal, antibiotik sistemik, dan modulasi respon inang, Keberhasilan terapi_ periodontal bergantung pada penataan lingkungan negatif, faktor Kebiasaan dan pengurangan bakteri patogen melalui kombinasi lingkungan yang lebih baik, yaitu dengan suasana kurang anaerobic sehingga mikrobiota yang baik dapat hidup. Tujuan terapi non-bedah adalah mengurangi etiologi_mikroba dan faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan_ penyakit gingiva dan periodontal, Hasil akhimya adalah berhentinya proses perkembangan penyakit serta kembalinya kondisi gingiva dan jaringan pada keadaan sehat. Salah satu masalah dalam menerapkan terapi antibiotika di Indonesia adalah belum tersedianya laboratorium yang dapatmembantu dalam pemeriksaan bakteri patogen periodontal dari daerah subgingival. KESIMPULAN Terapi periodontal non-bedah merupakan tahap awal prosedur perawatan periodontal. Pembuangan biofilm dan deposit mineral dari permukaan gigi merupakan dasar penentu dari keberhasilan_terapi periodontal. Keberhasitan jangka panjang perawatan periodontal sangat bergantung pada hasil terapi tahap pertama atau terapi non bedah. DAFTAR PUSTAKA. 1 10, tL. 12, Departemen Kesehatan Republk Indonesia. ‘Survey Kesehatan Nasional 2001. Daiam taporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabiltas. Badan penolitian dan Pengembangan Kesehatan 2002:43-53. Albandar JM. A 6-year Study on the Patem of Periodontal Disease Progression. J Clin Periodontol 1990;17:467 ‘Syaftil Y. The Diagnosis of Periodontal Diseases In Periodontal clinic, Dental Hospital, Univer of Indonesia. In: Bartold PM.Cumrent trends in Periodontal Diagnosis, Diseases Recognition and Management. Brisbane Asien Pasific Society of Periodontology.2003:34-38. Dorothy A, Pemy and Henry H, Takei. Phase | Periodontal Therapy in Carranzas Clinical Periodontology, 10th ed. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier, 2012: 448-511 Ryan M. Nonsurgical Approaches for the Treatment of Periodontal Disease The Dental Clinics of North ‘America 2005:49:611-636. Fontana C. Abernethy A, Som S, Ruggiero K, Doucette §, Marcantonio R, et al. The Antibacterial effect of photodynamic therapy in dental plaque - derived biofilms. J Periodontology Research 2009 44.751-759. Coluzzi D, Convissar R. Atlas of laser applications in dentistry. Ilino’s: Quintessence, 2007 Feitosa D. Use of the diode laser in the nonsurgical treatment of periodontal pockets. Odontologia Clin -Cientif2007:6(2):129-132 Pawlowski AP, Chen A, Hacker BM, Manci LA, Page: RC, Roberts FA. Ciinical Effects of Scaling and Root Planing on Untreated Teeth. J Clin Periodontol. 2005;32:21-28, Pinistrom BL, McHugh RB, Oliphant TH, Ontz- Campos C. Comparison of Surgical and Nonsurgical Treatment of Periodontal Disease. A Review of Current Studies and Additional Resuits After 6 1/2 Years. J Clin Periodontol. 1983;10:524-541 Lui J, Corbet EF, Jin L. Combined photodynamic and low-level laser therapies as an adjunct to nonsurgical lteatment of chronic periodontitis. J Periodontology Research 2011;46:89-96. Cobb, Charles M. Lasers and the Treatment of Chronic Periodontitis. J clinincal Dentistry 2009:35-50. Greenstain G. Periodontol response to mechanical on-surgical therapy :a review. J Periodontol. 1992: 63: 118-30, 16 @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 naSip; The Third National Scientific Seminar in Periodontics - IPERI ee 4 1. 18. 19, 24, 25, Ranney R. Classification of periodontal diseases. Pericctonto! 2000 1993;2:13. Wiebe CB, Putnins . Periodontal Disease Classification System of the American Academy of Periodontology ~An Update. J Gan Dent Assoc 2000 66:594.97. Novak MJ. Classification of Diasease and Conditions and Conditions Affecting the Periodontium. In Newman MG. Carranza'’s Ctinical Periodontology. St Louis, Missouri,Saunders Elsevier. 2006: 103-6. Moore WEC, Moore LVH, The Bacteria of Periodontal Diseases. Periodontology 2000 1994:5:66 - 77. Brown LJ, Loe H. Prevalence, extend, severity and progression of periodontal disease. J Periodontol 2000 1993;2:57-71 Socransky S. The Relationship of Bactetia to The Etiology of Periodontal Disease. J Dent Res. 1970:49 (Suppl 2):203 - 222. Chraibi D. 1, Girond S., Michel G. Evaluation of The Activity of Four Antimicrobial Agents Using an In Vitro Rapid Micromethod Against Oral Streptococci and Various Bacterial Strains Implicaied in Periodontits. J. Periodont Research 1980;25:201-206. igure T, Saito A, Seida K, Yamada S, Ishinara K, Okuda K. Distribution of Porphyromonas gingivalls and Treponema denticola in Human Subgingival Plaque at Different Periodontal Pocket Depths Examined by Immunohistochemical Methods. J Periodontal Res. 1995;30:332-341 . Socransky SS, Haffajee AD, Cugini MA, Smith ©, Kent RLJ. Microbial Complexes in Subgingival Plaque. J Glin Perioconiol, 1998:25:134-144, Gibson R. J., van Houte J. On The Formation of Dental Plaque. J. Periodontol 1973;44:347 - 357. Mison TG, Komman KS. Treating Chronic Periodontitis with Early or Moderate Attachment Loss, Fundamentals of Periodontics. Quintessence Publishing Co. tinois. 1996: 349-387 Pattison AM, Pattison GL. Scaling and Root Planing. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA, editors. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed, St, Louis, Missour: Saundres Co, 2006:749-797, 26. 2. 36. Wennstrom JL, Tomasi C, Bertelle A, Dellasega E. Full Mouth Ultrasonic Debridement Versus Quadrant ‘Scaling and Root Planing As An Initia Approach in The Treatment of Advanced Periodontal Disease. J Clin Periodontol 2005;32:851-859. Jorgensen M. G., Safatian A, Daneshmand N., Keim R. J., Slots J, Initial antimicrobial effect of controled- release doxycycline in subgingival sites. J Periodont Research 2004;39:315 - 319, Drisko C. H. Non-surgical Pocket Therapy: Pharmacotherapeutics. Annals of Periodontology 1996;1:491 - 566. Thomas Er, S. K. Local Delivery of Antimicrobial Agents in The Periodontal Pocket In: Systemic and Topical Antimicrobial Therapy in Periodontics. Periodontology 2000 1996;10:139 - 154, Mora ©, Soeroso Y. Efek Klnis dan Mikrobiologis P. Gingivalis dan T. Forsythia Setelah Skeling dan Penghalusan Akar pada Periodontitis Kronis. Perpustakaan Fakuitas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia 2013. Salim R, Soeroso Y. Pengaruh Skeling dan Penghalusan Akar Tethadap Densitas Tulang ‘Aveoiar serta Jumlah P. Gingivalis dan Denticola Pada Periodontitis. Perpustakaan Fakultas Kodokteran Gigi, Universitas Indonesia 2013, . Paquette DW, Ryan ME, Wilder RS. Locally Delivered Antimicrobials: Clinical Evidence and Relevance. The journal of Dental Hygiene 2008:82:10 - 15 Mombeli A, Lehmann B, Tonneti M. Clinical Response to Local Delivery Of Tetracycline in relation to overall and local periodontitis condition. J Clin Periodontol 199724: 470-7 i. Raghavendra M, KoregolA, Bhola S. Pyhotodynamic therapy: a targeted 2008;54:s102-108. therapy in periodonties, . Haffajee AD, Arguello El, XimenezFyvie LA, Socransky SS. Controling The Plaque Biofilm Intemational Dental Joural 2003;53:191-199. Haffaiee AD, Socransky SS, Patel MR, Song X. Microbial Complexes in Supragingival Plaque. Oral ‘Microbiol immuno! 2008;23:196-206. @ IPERI Jakarta, September 6-7", 2014 7

Anda mungkin juga menyukai