TINJAUAN PUSTAKA
Kozier, Erb, Berman dan Snyder (2010: 537) menyatakan bahwa masa
dewasa dewasa menengah disebut juga dengan masa paruh baya, dari usia 40-65
tahun, disebut sebagai masa stabilitas dan konsolidasi. Sedangkan Kaplan,
Sadock, dan Grebb (2010: 106) menyatakan bahwa usia yang digunakan untuk
mendefenisikan masa dewasa pertengahan adalah bervariasi di antara ahli-ahli
teori. Biasanya, periode terentang dari 40 sampai 65 tahun. Jung menamakan usia
40 tahun sebagai tengah hari kehidupan. Tugas untuk menyelesaikan masa dewasa
awal adalah termasuk proses meninjau kembali masa lalu, mengingat bagaimana
kehidupan seseorang telah berlalu dan memutuskan masa depan apa yang akan
dihadapi. Dengan memperhatikan pekerjaan, banyak orang mulai mengalami
kesenjangan antara cita-cita awal dengan yang tercapai saat itu. Mereka dapat
bertanya apakah gaya hidup dan komitmen yang mereka ambil pada masa dewasa
awal berharga untuk diteruskan. Mereka mungkin merasa bahwa mereka ingin
menjalani kehidupan sisanya dengan cara yang berbeda dan lebih memuaskan,
tanpa mengetahui secara tepat bagaimana. Saat anak-anak semakin tumbuh dan
meninggalkan rumah, peran orangtua berubah, pada saat itu, orang juga
menegaskan kembali peranannya sebagai suami dan istri.
9
10
No Kategori Deskripsi
1. Penampilan Rambut mulai tipis dan beruban. Turgor dan
kelembapan kulit berkurang, dan muncul kerutan pada
kulit, jaringan lemak diretribusikan kembali,
menyebabkan deposit lemak di area abdomen.
2.2.2 Etiologi
Untuk menyimpulkan penyebab hipertensi masih sulit dilakukan hingga saat
ini. Bahkan, para ahli beranggapan hipertensi lebih tepat disebut sebagai
13
2.2.3 Klasifikasi
14
dialami penderita hipertensi), kadang disertai dengan mual dan muntah, telinga
berdenging, gelisah, rasa sakit di dada, mudah lelah, muka memerah, serta
mimisan.
2.2.5 Patofisiologi
Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik.Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme
fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung.Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah.
Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada
eksresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Hormon
Ketebalan
natriuretik
dinding
pembuluh
Resistensi perifer
total
b. Penyakit penyerta
Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang juga sering
diikuti penyakit lain yang menyertai dan memperburuk kondisi organ
penderita. Penyakit yang seringkali menjadi penyerta dari penyakit hipertensi
antara lain sebagai berikut.
1) Kencing manis (diabetes mellitus)
Penyakit ini perlu segera ditangani sehingga kadar gula darah penderita
terkontrol. Hal itu dapat menjauhkan penderita dari komplikasi sehingga tidak
memperberat kerusakan organ yang ditimbulkan hipertensi selain kerusakan
akibat diabetes itu sendiri.
2) Resistensi insulin (R-I)
Resistensi insulin adalah penyakit yang timbul karena sel tubuh tidak dapat
memanfaatkan maksimal insulin yang tersedia dalam darah sehingga glukosa
darah tidak dapat seluruhnya masuk ke jaringan tubuh.Keadaan ini banyak
terjadi pada penderita obesitas (kegemukan). Resistensi insulin itu dapat
menjadi penyebab timbulnya penyakit diabetes, gangguan kadar lemak darah
(dislipidemia), ataupun hipertensi yaang pada akhirnya dapat merusak lapisan
pembuluh darah (endotelium) dengan berbagai efek medisnya.
3) Hiperfungsi kelenjar tiroid (hipertiroid)
Gangguan hiperfungsi kelenjar tiroid merupakan penyakit endokrin yang
meningkatkan metabolisme normal di dalam tubuh dan menyebakan naiknya
tekanan darah.Oleh karena itu, metabolisme dalam tubuh yang terganggu dan
naiknya tekanan darah perlu segera ditangani.
4) Rematik
Jenis penyakit rematik sangat beragam, bahkan mencapai lebih 100 jenis, dari
yang ringan sampai yang berat. Ada jenis yang merusak berbagai macam organ
20
2.2.8 Pengobatan
Secara garis besar pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pengobatan non obat (non-farmakologis) dan pengobatan dengan obat medis.Pada
awalnya pengobatan hipertensi hanya ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
menuju tingkat normal.Dalam perkembangnya, pengobatan diarahkan pada
berbagai macam aspek.Secara garis besar pengobatan hipertensi dibagi menjadi
dua, yaitu pengobatan non-obat (non-farmakologis) dan pengobatan dengan obat
medis.
a. Pengobatan non-farmakologis (non-obat)
Pengobatan non-farmakologis di antaranya dengan melakukan hal-hal berikut.
1) Mengatasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan.
2) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Cara pengobatan itu akan lebih
baik jika digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
22
3) Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi, seperti meditasi, yoga, atau
hipnosis dapat dilakukan untuk mengontrol system syaraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
4) Melakukan olahraga, seperti aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
5) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol yang berlebihan.
atau kerugian kesehatan biasa disebut dengan faktor risiko. Berikut ini beberapa
faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.
2.3.2 Merokok
Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya
hipertensi. Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen
untuk disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan. Bagi penderita yang
memiliki aterosklerosis atau penumpukan lemak pada pembuluh darah, merokok
dapat memperparah kejadian hipertensi dan berpotensi pada penyakit degeneratif
lain seperti stroke dan penyakit jantung.
24
Seorang ahli polusi udara dari London bernama Ivan Vince mengatakan
bahwa rokok mengeluarkan lebih banyak partikel dibanding mesin diesel. Apabila
kita merokok, iritan yang ada dalam asap rokok selain berpengaruh langsung pada
paru-paru yang akan menyebabkan batuk-batuk, sesak dan kanker paru juga
masuk ke dalam darah yang mengakibatkan antara lain: denyut jantung lebih
cepat, pembuluh darah cepat kaku dan mudah spasme, sel-sel darah lebih
gampang menggumpal, ditambah lagi oksigen di dalam darah berkurang karena
tempatnya diambil alih oleh karbon monoksida. Dengan demikian, dapat
dimengerti bahwa perokok memiliki risiko 2 kali lebih mudah mendapat serangan
jantung dibanding orang yang tidak merokok. Apabila seorang perokok juga
memiliki hipertensi, risiko mendapat serangan jantung 2 x 2 atau 4 kali lebih besar
dibanding orang yang tidak merokok. Apabila di perokok ini menderita hipertensi
dan juga kencing manis, risiko mendapat serangan jantung dilipatgandakan lagi
menjadi 8 kali dan begitu seterusnya (Kabo, 2008: 43).
Olahraga yang teratur rata-rata selama 30 menit per hari. Dan akan lebih
baik apabila dilakukan rutin setiap hari. Diperkirakan sebanyak 17% kelompok
usia produktif memiliki aktivitas fisik yang kurang. Dari angka prevalensi
tersebut, antara 31% sampai dengan 51% hanya melakukan aktivitas fisik < 2
jam/minggu. Aktivitas olahraga dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Baik, jika dilakukan ≥30 menit, ≥3 kali per minggu.
b. Cukup, jika dilakukan ≥30 menit, <3 kali per minggu.
c. Kurang, jika dilakukan <30 menit, <3 kali per minggu (Artiyaningrum, 2014: 41).
Salah satu olahraga yang dapat dilakukan adah latihan aerobik. Latihan
aerobik adalah tipe yang bergerak kelompok otot besar dan menyebabkan
bernapas lebih dalam dan hati untuk bekerja lebih keras dalam memompa darah.
Ini juga disebut latihan kardiovaskular. Hal ini dapat meningkatkan kesehatan
jantung dan paru-paru. Contohnya: berjalan, joging, berlari, menari aerobik,
bersepeda, mendayung, dan renang (Russel, 2011: 143). Dosis optimum olahraga
adalah 30 menit aktivitas aerobik, yang menyebabkan meningkatnya denyut
jantung dari 55-70% dari maksimum sesering mungkin dalam satu minggu
(Divine, 2012: 13).
2.3.4 Stres
Stres adalah subjek kontroversial di kalangan komunitas para medis,
meskipun dokter rumah sakit sering melihat bahwa stres sangat memengaruhi
kondisi pasien mereka. Stres mempercepat produksi senyawa berbahaya,
meningkatkan kecepatan jantung dan kebutuhan akan suplasi darah, dan tidak
26
Stres merupakan suatu keadaan non spesifik yang dialami penderita akibat
tuntutan emosi, fisik atau lingkungan yang melebihi daya dan kemampuan untuk
mengatasi dengan efektif. Stres diduga melalui aktivitas syaraf simpatis (syaraf
yang bekerja saat beraktivitas). Peningkatan aktivitas syaraf simpatis
mengakibatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Gangguan
kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang yang menghadapi
keadaan yang menimbulkan stres. Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Tingkatan stres dapat
diketahui menggunakan kriteria HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale), yang
terdiri dari 14 pertanyaan, dinilai menggunakan scoring berkisar antara 0-56.
Kategori skornya, yaitu:
a. Tidak ada gejala dari pilihan yang ada: skor 0
b. 1 gejala dari pilihan yang ada: skor 1
c. < separuh gejala dari pilihan yang ada: skor 2
d. ≥ separuh dari pilihan yang ada: skor 3
e. Semua gejala ada: skor 4